EJ – Iwan Setiawan dikenal sebagai pelatih kontroversial. Stigma itu melekat dalam pribadi pelatih kelahiran Medan, 5 Juli 1968. Julukan pelatih bermulut besar disematkan kepada pelatih berusia 49 tahun. Ia jago melontar psy war kepada klub-klub yang dihadapinya. Kini, ia ditunjuk manajemen Persebaya sebagai arsitek klub berjuluk Green Force. Ia salah satu dari sedikit pelatih di tanah air yang mempunyai lisensi A AFC. Bagaimana sosoknya selama mengarsiteki klub-klub di Indonesia?
***
Jejak kepelatihan Iwan dimulai sejak 1992 bersama PSSI. Ia meraih lisensi A dari Asian Football Confederation (AFC) pada tahun 1997. Setahun kemudian, ia mendapat sertifikat A yang merupakan lisensi tertinggi dunia kepelatihan dari KNVB (PSSI-nya Belanda).
Pulang ke tanah air, ia sempat melatih Persija Junior. Jejak kepelatihan Iwan di klub kasta atas Liga Indonesia dimulai sejak ia ditunjuk sebagai pelatih Persikabo Kabupaten Bogor. Persikabo merupakan kontestan kompetisi Divisi Utama (DU), kompetisi kasta tertinggi waktu itu.
Karakter mulut besarnya dimulai kala Iwan mengarsiteki Persijatim Solo FC (kini Sriwijaya FC, Red). Iwan menjadi pelatih klub musafir itu menggantikan Muhammad “Mamak” Zain Alhadad pertengahan tahun 2002. Iwan gemar melontarkan kalimat-kalimat yang memicu pro dan kontra di depan publik. Pernyataan pertama yang keluar dari mulutnya adalah dirinya harus bengis kepada para pemainnya agar mendapatkan performa terbaik. “Memang harus sedikit bengis dalam menangani anak-anak ketika latihan, kalau tidak begini mustahil bisa menjadi lebih baik,” ujar Iwan seperti dikutip dari Solopos.
Ia merupakan pelatih dengan karakter bicara yang blak-blakan. Pernah suatu ketika ia menyebut Indriyanto Nugroho seperti perempuan karena dianggap tidak bergerak sama sekali saat di lapangan. Dari tribun penonton akibat sanksi dari PSSI, Iwan menginstruksikan asistennya mengganti pemain jebolan timnas Primavera itu tak lama setelah ia masuk lapangan.
Dengan segala kontroversi, Iwan sempat menorehkan prestasi mentereng bersama timnas junior. Di tahun 2004, ia membawa timnas U14 menjuarai Piala Asia Pasifik.
Iwan akhirnya mengarsiteki PSMS pada tahun 2008. Ia menakhodai klub asal Medan itu di putaran perdana Indonesia Super League (ISL). Sayang, hanya dua pertandingan, ia didepak manajemen klub berjuluk Ayam Kinantan meski mencatat hasil satu seri dan satu kekalahan.
Setelah pemecatan itu, ia berlabuh di klub Divisi III, Persas Sabang. Hanya setengah musim, ia direkrut Persiraja yang waktu itu menjadi peserta kompetisi Divisi Utama. Lagi-lagi, Iwan didepak karena gagal membawa Persiraja ke babak 8 besar.
Selanjutnya ia kembali berlabuh di Persikabo. Saat pertandingan melawan PSMS, ia melakukan psy war kepada Suimin Diharja, sosok yang didewakan publik Bogor yang kala itu bertandang ke kandang Persikabo. Ia hanya membawa klubnya di posisi tiga grup dan gagal lolos ke babak 8 besar.
Iwan sempat menganggur pada tahun 2010. Setahun kemudian, tepatnya Agustus 2011, ia balik ke klub yang pernah dibelanya, Persija Jakarta. Tiga tahun ia berlabuh di klub ibukota itu. Tahun 2013, ia memutuskan mundur dari Persija menyusul hasil buruk yang diderita klubnya. Meski beralasan kesehatan, namun posisi Persija sebagai juru kunci klasemen ISL dituding sebagai penyebabnya. Di samping itu, banyak desakan dari berbagai pihak yang memintanya mundur.
Pusamania Borneo FC (PBFC), klub baru yang waktu itu berambisi lolos ke ISL 2015, tertarik merekrut jasa Iwan sebagai pelatih. Ia berhasil membawa PBFC juara Divisi Utama 2014 dan otomatis promosi ke ISL. Setelah itu, ia menangani Persela Lamongan di QNB League 2015. Kompetisi itu dihentikan menyusul sanksi FIFA kepada Indonesia akibat intervensi pemerintah ke PSSI. Ia sempat kembali ke PBFC yang turun di Piala Presiden 2015.
Di Piala Presiden, ia melontarkan perang urat saraf kepada Persib Bandung. Ia sempat membuat kesal bobotoh dengan komentar-komentar miringnya soal Persib. Salah satunya menyebut Persib bukan tim istimewa kendati diisi pemain-pemain timnas. Meski membawa klubnya menang di leg pertama, ia kalah di leg kedua di Bandung dan gagal membawa PBFC lolos babak berikutnya karena kalah agregat gol.
PS TNI yang menjadi lawan PBFC di turnamen Piala Jenderal Sudirman tak luput dari psy war Iwan. Ia menyebut klub baru itu hanyalah klub amatir. Namun pada akhirnya, ia gagal membawa PBFC mengalahkan PS TNI setelah sempat unggul 2-0. PBFC tersingkir setelah kalah adu pinalti. Akibat kekalahan itu, Iwan meletakkan jabatan setelah sebelumnya sesumbar akan mundur jika kalah.
Jelang Liga 2 musim 2017 bergulir, manajemen Persebaya merekrut Iwan sebagai arsitek klub berjuluk Green Force itu. Tugasnya sungguh berat di tengah harapan Bonek dan masyarakat Pecinta Persebaya yang begitu membuncah. Pengalaman dan karakter kuatnya diharapkan mampu membawa Persebaya berprestasi dan tentu saja mengantarkan klub pujaan Bonek itu ke kasta tertinggi sepak bola tanah air. (iwe)
Jejak Kepelatihan Iwan Setiawan:
1997: Persija Junior
1998-1999: Persikabo
2001: Persija
2002: Persijatim Solo FC
2003: Penasehat teknis PSBL
2004-2005: Timnas Junior
2006-2007: Persibom
2008: PSMS Medan
2008: Persas Sabang
2009: Persiraja Banda Aceh
2009: Persikabo
2011-2013: Persija
2014-2015: Pusamania Borneo FC
2015: Persela
2015: Pusamania Borneo FC
2017: Persebaya