Suporter adalah bagian yang tidak bisa ditinggalkan dari cabang olah raga mana pun. Namun di sini kita akan mengulas lingkup suporter sepak bola yang memang sangat dibutuhkan dalam sebuah klub sepak bola. Maka ada anggapan bahwa suporter adalah pemain ke-12 dalam kesebelasan.
Sebenarnya cukup sensitif bila kita berbicara kultur sepak bola khususnya sepak bola Surabaya yakni Nyeker (tanpa alas kaki). Perkembangan sepak bola di Indonesia memang tidak se-mentereng Eropa bahkan Asia. Walaupun rating tertinggi di Asia adalah Indonesia.
Gegap gempita kompetisi dan suporternya terdengar sampai ke benua Eropa. Tapi di sisi lain, dari sepak bola ini terselip tradisi yang tak bisa sepenuhnya diabaikan.
Nyeker, bila kita lihat dalam kompetisi sepak bola pasti kita temui pendukung yang berbondong-bondong tanpa alas kaki, ya mereka adalah Bonek. Mungkin terlihat mbladus (kata kasarnya agak kumuh) tapi mereka adalah suporter militan yang tidak pernah absen dalam mendukung Persebaya dan awaydays pun mereka pasti ada. Salut!
Perkembangan sepak bola Surabaya cukup fantastis dengan adanya faham pendukung Eropa yang menjadi kiblatnya, sebut saja Ultras dan Hooligan. Mengadopsi perkembangan dari faham tersebut sebenarnya tidak salah. Karena sebagian besar mereka mengambil hal-hal yang bersifat atraksional seperti menyalakan flare, chant, melepas baju, koreo, dll. Tapi di sisi lain menunjukkan budaya Casual Style (gaya casual) seperti bersepatu dengan merek yang hampir kesemuanya itu tidak murah. Dan itu cukup mengubah gaya kultur sesungguhnya menjadi lebih rapi.
Menjadi perbandingan yang cukup signifikan bila melihat suporter Nyeker dan suporter Bersepatu. Banyak yang beranggapan bahwa Nyeker itu sebaiknya dihilangkan dan sebaiknya kita bersepatu. Apa susahnya? Eits jangan egois! Kita sangat menghormati mereka yang Nyeker karena mereka lebih militan. Walau di sisi lain menjadi bahan olok-olok suporter luar Surabaya, terutama di media sosial.
Intinya, yuk budayakan saling respect. Slogan kita tetap seduluran saklawase. Kita sama-sama mendukung Persebaya dengan sepenuh hati dengan gaya dan kultur yang khas. Jika ada hal-hal yang merusak, itu adalah ulah suporter yang tidak bertanggung jawab dan pastinya menjadi pekerjaan rumah yang harus dijaga dan diawasi.
“Suatu saat kita akan mengerti cara mencintai Persebaya dengan edukasi”.