Era milenial merupakan era di mana informasi bisa didapat dengan hanya kedipan mata (Lek wifi-ne gak lemot). Fungsi informasi memang bermacam-macam, termasuk propaganda. Hampir semua warga dunia pasti pernah merasakan betapa derasnya arus informasi, media sosial khususnya.
Tak terkecuali Bonek, yang juga memanfaatkan media sosial dan memaksimalkan perjuangan lewat serangan udara yang memang terbukti efektif meng-counter berita miring di tengah-tengah pergerakan lapangan serta lobi-lobi yahud agar Persebaya kembali bangun dari tidur panjangnya.
Selama perjuangan, Bonek memang seperti memiliki kesepakatan tersirat tentang pusat perjuangan Mess Karanggayam, yang juga memiliki pusat informasi di akun-akun media sosial yang menjadi rujukan arek-arek untuk mendapatkan, mendiskusikan, dan menyepakati segala keputusan.
Hoax, entah mahkluk apalah itu yang sedang booming belakang ini. Hoax memang memicu kegelisahan sebagian besar masyarakat akan gaduhnya informasi yang terjadi belakangan. Tak hanya rakyat jelata, mereka yang mengaku penguasa pun juga terkena jebakan batman hoax.
Memang, kita tak bisa membendung dahsyatnya gelombang informasi media sosial yang bercampur aduk dengan hoax. Juga tak sekali-dua kali arek-arek termakan isu hoax apapun. Contoh kecilnya ketika ada broadcast provokasi untuk menyerang rival atau info tentang pertandingan Persebaya. Padahal manajemen tidak pernah mengumumkan.
Mengalirnya akun-akun palsu yang menyebarkan konten yang tidak benar, provokatif dan bersifat mengadu domba juga menjadi musuh besar Bonek saat ini. Akun-akun palsu yang bertebaran justru menjadi headliners informasi juga memang karena kesalahan respon dari konsumen informasi. Inisiatif Bonek mendirikan portal berita selain sebagai produsen informasi memang secara tak langsung bisa menjadi salah satu benteng imun pertahanan yang mereduksi virus hoax dengan counter-counter berita yang tentunya sesuai fakta dan data yang konkrit.
Yang juga kadang mengerutkan dahi saat bermedia sosial dan masuk grup-grup facebook, nyatanya masih banyak dulur-dulur Bonek yang belum mampu memilah-milah mana informasi yang informatif dan mana informasi yang hanya mencari sensasi alias hoax atau palsu.
Bonek harus peka dengan keadaan, harus mengembangkan naluri sensor dalam dirinya. Bonek sebagai masyarakat timur harus mengedepankan naluri sensor. Begitu menerima informasi, mbok ya jangan langsung diuntal langsung, Rek. Minimal, cari referensi berita dengan mem-verifikasinya.
Bonek masuk ke era milenial ini harus memiliki wawasan luas dan tak mudah termakan spesies berita seperti “klik like comment dan share dijamin masuk surga”. Bonek harus wani dan telaten untuk menggali lebih dalam informasi yang beredar sebelum dikonsumsi pribadi dan disebarkan. Seperti kalian meyakini dan memperjuangkan Persebaya loh, Rek. Kurang lebih seperti itu lah, secara otomatis akan langsung mem-filter mana yang asli dan mana yang palsu.
Semoga dengan makin munculnya inovasi positif dan kreatif dari dulur-dulur Bonek paling tidak mampu mengurangi dan memerangi informasi-informasi yang terus menyapu hari-hari kita. Hanya berharap dulur-dulur Bonek tidak berhenti belajar demi pembenahan-pembenahan untuk generasi ke depan. Jangan mau kalah sama hoax ya, Rek. Wani!