Boxing Day adalah hari paling menghibur bagi penikmat Liga Inggris. Laga yang digelar sehari setelah perayaan Natal itu menjadi tetenger akulturasi antara sepak bola dan budaya keagamaan negeri Ratu Elizabeth tersebut.
Ada yang menarik dari pertandingan musim ini. Manchester City yang akan menghadapi Sunderland bakal memperkenalkan logo baru. Beberapa hari lalu logo itu sudah beredar di internet. Banyak pendapat bermunculan, baik yang senang maupun benci dengan desain baru tersebut.
Tapi, keputusan menggunakan logo baru sudah diketok. Manajemen pasti sudah memikirkannya di internal pengurus dan suporter. Lantas, apa hubungan Boxing Day musim ini dengan Persebaya?
Di tengah upaya bangkit dari tidurnya, Persebaya Surabaya mempunyai dua logo yang sama-sama dipakai secara bergantian. Belum diputuskan akan memakai yang mana untuk ke depannya nanti. Dua logo tersebut memiliki ceritanya sendiri-sendiri.
Logo lama mempunyai banyak sekali cerita. Tentu saja karena logo ini sudah sangat lama dipakai. Kisah Persebaya menjuarai ajang Perserikatan dan Liga Indonesia selama ini tak terlepas dari jersey berlogo lama. Semua legenda Persebaya saat itu pasti pernah memakai jersey berlogo ini di dada kirinya.
Sedang logo baru yang berbentuk seperti perisai juga mempunyai kisah sendiri yang tak kalah heroik. Logo ini mulai dipakai saat mulai terjadi “dualisme” Persebaya. Pertandingan antara Persebaya (1927) melawan Indo Holland pada 10 November 2010 di Stadion Tambaksari adalah kali pertama logo ini dipakai.
Sejak saat itu, logo perisai menempel di jersey Persebaya (1927). Lalu ke mana logo lama saat itu? Sudah banyak kisah dan cerita yang di tulis di media cetak maupun online. Silakan dicari tahu sendiri. Bonek pasti jauh lebih paham.
Dalam sejarah, banyak klub besar dunia juga mengalami perubahan atau evolusi logo klub. Bahkan berkali-kali mereka melakukannya. Tercatat Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven, Manchester United, Paris Saint-Germain (PSG), Barcelona, Bayer Muenchen, Liverpool, Napoli, Chelsea, dan banyak lagi. Fandom Football pernah menuliskan tentang jejak kolonial pada logo klub sepakbola. Sangat menarik.
Bingung justru setelah menang di Kemenkumham
Kebingungan memakai logo yang mana dimulai setelah menerima keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asai Manusia (Kemenkumham) tentang hak kepemilikan logo Persebaya yang lama. Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) menyatakan bahwa logo tersebut milik Persebaya (1927).
Beberapa laga persahabatan sudah dilakukan Persebaya. Dan kebingungan antara manajemen dan suporter pun terus terjadi. Logo mana yang akan dipakai sekarang dan ke depan? Semua belum diputuskan dan dibicarakan. Saat ditanya, manajemen juga belum bisa memberikan jawaban.
Beberapa waktu lalu, salah satu akun Twitter mengadakan semacam polling tentang logo Persebaya. Para tweeps ditanya, memilih logo lama atau memilih logo baru? Hasil polling selama 24 jam menyatakan, sekitar 55 persen memilih logo baru dan 45 persen memilih logo lama. Tentu saja dengan berbagai macam alasan.
Saya sendiri lebih memilih untuk menggunakan logo baru di kompetisi mendatang. Di manapun divisi Persebaya akan berkiprah.
Ada beberapa alasan mengapa saya lebih memilih logo baru. Alasan pertama tentu saja logo ini dipakai mulai awal perjuangan melawan rezim yang mematikan dan menenggelamkan klub Persebaya. Suka duka dirasakan Bonek sampai saat ini. Perjuangan mengembalikan klub kesayangannya belum selesai.
Semua energi, jiwa, dan raga mereka kerahkan hanya untuk menegakkan kembali bendera klub bernama Persebaya Surabaya. Jadi logo ini adalah simbol perjuangan bonek sebagai pengawal setia Persebaya. Ada nilai yang tidak ternilai.
Alasan kedua adalah penyegaran. Rumah yang sudah kuno pasti memerlukan penyegaran. Penyegaran itu tidak hanya pada bangunannya, tapi juga penampilannya. Rumah yang selesai dipugar akan membawa semangat baru bagi penghuninya.
Begitu juga Persebaya. Logo lama sudah menjadi bagian dari sejarah dan prestasi yang berhasil ditorehkan di masa lalu. Kita tidak akan meninggalkannya. Namun, logo baru adalah monumen sejarah baru Persebaya untuk menunjukkan bahwa klub dan Bonek berhasil melewati badai politik dualisme sepak bola. Dan sejauh ini berhasil melewatinya meski perjuangan belum tuntas.
Logo baru membawa semangat kemandirian
Jika saat era Perserikatan sampai dengan saat masih diperbolehkan menggunakan dana APBD, Persebaya masih dimiliki dan memiliki kedekatan dengan penguasa kota. Dalam hal ini adalah Pemerintah Kota Surabaya.
Sejak diperlakukan aturan baru bahwa APBD dilarang digunakan lagi pada 2009, Persebaya telah menjadi badan hukum tersendiri. Ini juga alasan mengapa logo baru akan lebih menggambarkan klub berdiri sendiri lepas dari bayang-bayang pemerintah kota.
Logo lama identik dengan Persebaya sebagai klub yang menyusu APBD. Sedangkan logo baru adalah penanda perubahan bahwa klub sudah berdiri sendiri.
Logo baru juga berperan sangat penting bagi roda berjalannya klub. Di samping sebagai kehormatan klub, logo baru juga bisa sebagai pundi-pundi pemasukan. Langkah pertama adalah segera mematenkan logo baru tersebut.
Semua yang berkaitan dengan kewenangan atas logo harus berada di wilayah manajemen. Karena itu berkaitan dengan hak komersial. Ini mungkin hal kecil bagi manajemen akan tetapi menjadi besar jika dilihat dari kebutuhan keuangan klub. Potensinya juga luar biasa jika digarap serius.
Selama pengakuan eksistensi klub belum ada, kompetisi belum berjalan, dan federasi masih membeku, saat ini adalah waktu yang tepat bagi manajemen untuk merevolusi dirinya sendiri. Mengubah mentalitas dan pengelolaan internal kepengurusan. Berbenahlah kalau tidak mau dilindas oleh zaman. Persebaya akan tetap berjalan. Ada atau tanpa kalian.