Kehidupan ini serba paradoks
Sujiwo Tejo
Ada kalanya kita gundah karena kita kurang pengetahuan. Tapi justru karena itu kita akhirnya belajar dan mengumpulkan informasi dari manapun. Namun, ada kalanya kita akan jauh lebih menderita ketika terlalu banyak informasi. Terlalu banyak hal negatif yang kita tahu susah bahkan tidak bisa kita ubah.
Bahkan ketika kita akan mencoba membantu yang susah diubah tersebut, akan mustahil jika kita bukan bagian dari mereka. Atau, mereka tidak menginginkan kita yang mungkin mereka merasa terganggu dengan adanya kita.
Itulah yang terjadi antara Bonek dan manajemen Persebaya Surabaya. Mungkin sebagian besar Bonek, ketika mengetahui persoalan Persebaya secara mendalam kadang ada rasa penyesalan. Karena akan memunculkan rasa jengkel dan mangkel saat makin tau kondisi yg terjadi di manajemen Persebaya.
Yang paling terlihat mungkin adalah masih adanya tunggakan gaji mantan pemain dan pelatih Persebaya. Situasi buruk itu kemudian semakin bertambah dengan pernyataan blunder Cholid selaku Direktur PT Persebaya Indonesia, pemimpin tertinggi Persebaya.
Ada ungkapan yang mengatakan, “Kadang tindakan pelaku lah yang membuat dirinya ketahuan.”
Hal tersebut juga terjadi pada diri Cholid Ghoromah dengan statemen blundernya. Tapi, justru karena itu Bonek jadi memahami wajah sebenarnya manajemen Persebaya. Puncaknya saat Cholid mengatakan, “Wilayah suporter sebatas di tribun. Tidak perlu masuk terlalu dalam ke manajemen tim.”
Mungkin Cholid tidak tahu bagaimana pengelolaan tim profesional sekelas Real Madrid, Barcelona, dan Manchester United yang terbuka terhadap andil suporter. Bahkan, Borussia Dortmund memiliki pembagian saham dengan suporter. Di Chelsea, stadion Stamford Bridge dimiliki para fans!
Namun, karena pernyataan yang sangat menyakitkan dari Cholid tersebut, Bonek jadi belajar. Mungkin suatu saat nanti mereka dapat mendirikan koperasi dan membeli saham di Persebaya sehingga mereka dapat ikut andil menentukan arah tim kebanggaannya.
Meskipun tanpa masuk ke dalam manajemen, harusnya pengelolaan tim tidak dapat dipisahkan dari suporter. Sebab, mereka lah pemasukan utama tim dengan tiket yang mereka bayar.
Khusus Bonek, mereka bahkan telah berperan lebih jauh lagi. Tidak lagi sekadar membeli tiket, mereka dengan gigih memperjuangkan kembalinya Persebaya dengan berbagai pengorbanannya.
Selain itu, tindakan yang untuk kedua kalinya memilih tidak datang ke Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kota Surabaya untuk merampungkan tunggakan gaji juga sudah menggambarkan tidak ada itikad baik dari manajemen Persebaya.
Karena itu, Bonek bisa berterimakasih kepada Bapak Cholid Ghoromah dengan serangkaian pernyataan, sikap, dan langkah yang dia ambil. Bonek semakin paham kapabilitas pengelolaan tim kebanggannya. Semakin jelas potret wajah sebenarnya pengelolaan tim Persebaya: jauh dari kata profesional!
Sekali lagi terima kasih, Bapak Cholid Ghoromah! Bapak telah membakar dinamit yang telah lama tertanam dalam diri kami. Bapak telah membuat kami banyak belajar. Belajar lebih giat tentang bagaimana pergerakan suporter, pengelolaan klub, untuk kemudian di masa yang tidak lama. Menyadari bahwa Bapak tidak becus.