EJ – Arsitek Persebaya, Iwan Setiawan lagi-lagi menjadi pusat perhatian akibat “mulut besarnya”. Beberapa hari jelang laga kandang melawan Madiun Putra di Stadion Gelora Bung Tomo, Kamis (20/4) tengah pekan ini, Iwan menyebut sang tamu sebagai tim yang memainkan “sepak bola kampung.”
“Grusa-grusu mainnya. Tipikal sepak bola kampung,” begitulah kira-kira kata Iwan Setiawan, seperti dikutip dari Jawa Pos.
Sebutan “sepak bola kampung” yang dilontarkan Iwan merujuk pada gaya sepak bola dengan permainan keras merujuk kasar. Sosok Iwan Setiawan sendiri memang sangat akrab dengan kata-kata bernada perang urat syaraf yang sering ia lontarkan. Tujuannya, memompa semangat tim sekaligus meruntuhkan mental calon lawan.
Sebenarnya, sudah tak terhitung lagi berapa kali Iwan melontarkan kata-kata psywar. Psywar yang ia lontarkan kepada Madiun Putra bukanlah yang pertama. Lalu, benarkah Madiun Putra memainkan “sepak bola kampung” seperti yang dikatakan coach Iwan?
Madiun Putra Terapkan Pressing Tinggi Untuk Matikan Lawan
Istilah “sepak bola kampung” yang diucapkan Iwan Setiawan memang memiliki banyak arti. Dalam konteks pertandingan, ucapan Iwan tersebut menyiratkan bahwa ia mewaspadai gaya main Madiun Putra yang bermain dengan direct football disertai dengan pressing tinggi menggunakan banyak pemain untuk menutup ruang gerak lawan. Pada laga uji coba melawan Persis Solo yang berakhir dengan skor 3-0 untuk tim tuan rumah beberapa waktu lalu, Madiun Putra menerapkan pressing tinggi terhadap pemain-pemain Persis. Kerap kali dua sampai tiga pemain Madiun Putra menjaga satu pemain Persis.
Tujuan dari diterapkannya pressing tinggi adalah untuk meminimalkan ruang bagi lawan, agar pemain lawan tidak leluasa memainkan bola. Madiun Putra pun juga kerap menempatkan banyak pemain di sekitar kotak penalti. Hal ini bisa dilihat pada proses gol kedua yang diciptakan oleh Persis.
Pada gol kedua Persis yang dicetak oleh Bakori pada menit ke-47, tercatat ada enam pemain Madiun Putra yang berada di dalam kotak penalti. Sedangkan pada momen gol tersebut, hanya ada empat pemain Persis yang terlibat dalam serangan yang dibangun dari sisi kiri pertahanan Madiun Putra. Itu pun, Bakori yang mencetak gol berada di luar kotak penalti ketika sayap kanan Persis mengirim umpan lambung menyilang ke kotak penalti Madiun Putra.
Dari proses gol yang dicetak Persis tersebut, dapat disimpulkan bahwa Madiun Putra memang menerapkan pressing menggunakan banyak pemain ke lawan. Tapi sayangnya, pressing yang dilakukan oleh Madiun Putra tidak benar-benar efektif. Buktinya, gawang Madiun Putra tetap kebobolan meski dalam posisi 6 vs 4 pemain.
Selain pada saat jumpa Persis Solo di laga uji coba, penerapan pressing ketat dengan menumpuk pemain ala Madiun Putra juga sempat terlihat pada laga Indonesia Soccer Championship B melawan PSS Sleman, bulan Agustus 2016 silam.
Pada laga yang berkesudahan 1-1 tersebut, Madiun Putra sukses meredam permainan agresif PSS berkat pressing tinggi sepanjang laga. Mengetahui PSS sangat mengandalkan ball posession, Madiun Putra menerapkan man-to-man marking kepada pemain-pemain Super Elja. Hasilnya, pemain-pemain PSS gagal mengembangkan permainan karena terus di-pressing sepanjang pertandingan.
Momen diatas adalah bagaimana tiga pemain PSS harus berhadapan dengan enam pemain Madiun Putra saat ingin masuk ke kotak penalti. Menghadapi pola permainan Madiun Putra yang menerapkan pressing tinggi, PSS pun lebih banyak memanfaatkan set-piece untuk mencuri gol. Hasilnya, PSS berhasil mencuri satu gol lebih dulu melalui sebuah skema tendangan penjuru.
Dari contoh dua pertandingan tadi, pantas memang bila akhirnya Iwan Setiawan cukup mewaspadi gaya main Madiun Putra. Istilah “sepak bola kampung” yang ia gunakan bukanlah tertuju kepada tim, melainkan merujuk kepada gaya main Madiun Putra yang sering “rame-rame” me-marking lawan. Menghadapi lawan dengan gaya main seperti ini, lalu bagaimana cara mengalahkannya?
Maksimalkan Serangan Sayap dan Peluang dari Bola Mati
Menghadapi lawan yang menerapkan pressing tinggi dan tak segan bermain keras, tentunya Persebaya harus lebih bersabar pada pertandingan nanti. Rendi Irwan dkk. harus pandai-pandai mengontrol emosi dan jangan sampai terpancing untuk mengikuti gaya main lawan.
Selain harus pandai mengontrol emosi, pemain-pemain Persebaya juga dituntut untuk kreatif dalam membongkar pertahanan Madiun Putra. Pemain-pemain dari lini kedua seperti Rendi Irwan dan Oktavianus Fernando harus lihai melihat celah di tembok pertahanan lawan. Jika Irfan Jaya atau Yogi Novrian tidak mendapatkan ruang di kotak penalti, maka Rendi dan Oktavianus bisa menjadi solusi mandegnya lini depan Persebaya.
Selain dituntut untuk lebih kreatif, Persebaya pun juga bisa memanfaatkan pola serangan sayap dan skema bola mati untuk mencetak gol. Dalam hal ini, Iwan Setiawan bisa belajar dari Persis Solo yang sukses mencetak tiga gol ke gawang Madiun Putra.
Gol pertama Persis dihasilkan lewat sebuah skema tendangan bebas di dekat kotak penalti. Skema bola mati memang bisa dimaksimalkan oleh Persebaya karena coach Iwan punya eksekutor bola mati yang mumpuni dalam diri Ridwan Awaludin dan Misbakhus Solikin. Sedangkan dua gol lain yang dicetak Persis ke gawang Madiun Putra berasal dari serangan cepat di area kiri pertahanan Madiun. Ini artinya, Madiun Putra memiliki kelemahan di area kiri pertahanan sendiri. Celah inilah yang bisa dimanfaatkan oleh Thaufan Hidayat atau Siswanto yang mengisi sayap kanan Persebaya. (rvn)