Memasuki pekan ke-2 Liga 2 musim 2017, mulai marak perubahan jadwal yang merugikan klub-klub peserta. Kebijakan ini agaknya untuk mengakomodir kepentingan rating televisi tanpa mempedulikan kelimpungan dan bengka nya biaya operasional tiap klub peserta yang terkena dampak perubahan.
Fakta yg terjadi di grup 5 Liga 2 yang diikuti Persebaya semakin menjadi ironi. Perpindahan jadwal dari weekend ke tengah pekan, kemudian yang menjadi perdebatan “latahnya” klub yang akan menjadi lawan Persebaya memindahkan laga home-nya ketika menjamu Persebaya di Stadion GBT yang notabene adalah kandang Persebaya dengan dalih over capacity dan ijin tidak turun.
Ini kompetisi macam apa dengan kebijakan seperti ini?
Sisi positifnya:
- Bonek bisa dengan mudah mendukung Persebaya meski pertandingan berlabel laga away karena dilangsungkan di GBT.
- Biaya operasional tim Persebaya bisa ditekan.
- Hal ini menjadi keuntungan panpel lawan mengeruk income tiket dengan maksimal memanfaatkan antusiasme Bonek yang tinggi.
Sisi negatifnya:
- Kebijakan ini sangat mencederai unsur sportivitas dalam suatu kompetisi.
- Hal ini bisa menjadikan persepsi masyarakat sepak bola jika Persebaya diistimewakan oleh federasi atau nantinya timbul isu miring persebaya diberi slot lolos Liga 1 2018 jika hal ini terus dilakukan bahkan kita tahu jika Persebaya dan Bonek menjadi garda terdepan melawan federasi.
- Ini akan menjadi contoh buruk jika klub yang akan bertanding dengan Persebaya memindahkan home-nya ke GBT meskipun itu dengan alasan izin tidak turun atau kapasitas stadion tidak memadai.
Manajemen harus berani menolak dengan tegas keputusan manajemen lawan. Dan untuk manajemen tim lawan, jika orientasi untuk mengikuti kompetisi hanya demi bisnis semata tanpa ada unsur persaingan, lebih baik slotnya diberikan kepada tim yang siap bersaing dengan penuh sportivitas. Prestasi tim selalu berbanding lurus dengan kesuksesan bisnis.
Semua tahu, materi tim Persebaya di atas rata-rata kontestan Liga 2 bukan berarti dengan mudahnya memberikan poin 3 kepada Persebaya. Kenapa tidak memindahkan pertandingan itu ke tempat netral yang representatif sperti Stadion Wilis Madiun, Gelora Delta Sidoarjo. Bahkan untuk PSBI bisa memakai gajayana yang jarak tempuhnya relatif dekat dengan Blitar.
Jika keputusan pindah homebase di kandang lawan di setujui oleh PT LIB, regulasi kompetisi di negeri ini nyata-nyata bobrok. Bukankah lebih elegan dan menarik jika kemenangan diraih di kandang lawan dengan teror ribuan suporter tuan rumah? Saya rasa itu esensi yg sebenarnya dari makna awaydays.
Salam satu nyali!
*) Eka Prasetya Surya, Pecinta Persebaya dari Universitas Brawijaya Malang