Tepat pada Minggu, 14 Februari, Bonek Campus mengajak rekan-rekan Bonek lainnya untuk ikut dalam acara bertajuk Cinta dan Kebanggaan untuk Persebaya. Aksi itu diawali dengan long march Bonek di area Car Free Day di sekitar Taman Bungkul, Surabaya.
Aksi yang sengaja digelar di Hari Kasih Sayang tersebut dilakukan untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap keadaan Persebaya. Bonek juga bisa melakukan hal positif di hari peringatan tanpa kebencian ini.
Target mereka adalah masyarakat umum dari berbagai kalangan. Mulai dari remaja, sampai orang tua, dan segenap anggota keluarga. Bonek yang terlibat tidak hanya dari kaum Adam, tapi juga kaum Hawa.
Para Bonita kebagian tugas membagi bunga mawar dengan berbagai warna. Tujuannya, untuk menunjukkan bahwa perempuan juga bisa menjadi suporter. Dan mereka tidak anarkis.
Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan ketika Bonek ada di antara masyarakat umum.
Disadari atau tidak, terjadi perubahan secara perlahan-lahan di kalangan Bonek. Mulai dari pola pikir, tingkah laku, ekspresi bentuk dukungan, dan upaya mereka agar dihargai oleh suporter lain. Hanya, banyak yang belum mengetahuinya. Sebab, yang diberitakan pasti yang jelek-jelek karena yang baik tidak menarik jadi berita.
Dalam kegiatan tersebut, para Bonek beraksi layaknya sedang berada dalam stadion. Mereka membentangkan giant flag, memainkan bass drum, dan menyanyikan sejumlah chant. Maskot badut Bajol Ijo juga ikut meramaikan suasana.
Rasanya, Stadion Gelora Bung Tomo pindah ke Jalan Darmo!
Biarkan saja mereka disebut berlebihan atau “alay”. Anggap saja ini upaya mereka mengobati kerinduan bernyanyi, berpegangan tangan, berpelukan, di tribun mendukung Persebaya.
Yang menarik, saat pembagian mawar, ada beberapa orang yang takut bahkan ragu-ragu untuk menerima. Kami tidak marah. Kami sadar bahwa masih ada keraguan dari masyarakat terhadap perubahan Bonek. Justru inilah kesempatan Bonek untuk meyakinkan lagi dan lagi bahwa mereka tak lagi ngawur, tidak mudah terpancing provokasi, dan bukan lagi sampah masyarakat.
Sebenarnya, masyarakat mulai membuka diri dengan kehadiran Bonek. Buktinya, ketika dua Aremania meninggal di Sragen dan Bonek dituduh sebagai biang kerok, kami tidak terprovokasi. Saat di Malang sedang ramai isu “sweeping” plat L, Bonek justru membalasnya dengan aksi bagi bunga bertema Surabaya Aman Bagi Pendatang. Termasuk warga Malang.
Sebelumnya, Bonek juga aktif bersih-bersih Pantai Klayar, Pacitan, demi alam yang bersih dan terawat. Mungkin apa yang dilakukan Bonek tidak berdampak langsung pada nasib Persebaya. Tapi, paling tidak kami ingin menunjukkan bahwa kami peduli. Tidak hanya soal sepak bola tapi juga tentang alam.
Suporter tidak berhenti ketika pertandingan selesai. Tetapi di manapun ia berada, identitasnya sebagai Bonek akan tetap ada dan harus menjaga reputasinya.
Bonek bukan pemuja Valentine’s Day. Tapi, Bonek ingin mengambil pesan universal darinya. Kami ingin membagi kasih kepada masyarakat sebagai bentuk rasa sayang kami kepada Persebaya.
Bonek sudah berubah. Tinggal manajemen Persebaya yang harus berubah. Kami akan terus menunggu dan mengawalnya untuk bangkit. Dengan dorongan rasa cinta yang besar. Selamat Hari Valentine, Persebayaku!