Hasil-hasil kurang memuaskan diraih Persebaya dalam menjalani Liga 2. Di laga perdana yang dimainkan di kandang sendiri yakni Stadion Gelora Bung Tomo, Persebaya tampil mlempem dengan hanya bisa bermain seri 1-1. Padahal Persebaya hanya berhadapan dengan tim yang katanya tim kampung dan suka main kasar.
Hasil yang lebih menyesakkan diraih Persebaya saat dijamu Martapura FC. Skuad asuhan coach Iwan Setiawan dipaksa pulang ke Surabaya dengan kepala tertunduk setelah menelan kekalahan. Bermain di kandang lawan dengan disaksikan ratusan Bonek yang ikut awayday ke Kalimantan seharusnya menjadikan motivasi pemain Persebaya berlipat dalam bermain. Atau paling tidak memberi ucapan terima kasih untuk suporter yang telah setia mendampingi. Sayangnya hanya sebaliknya, keunggulan 1-0 dibabak pertama harus pupus di babak kedua setelah kedudukan 2-1 bertahan hingga peluit panjang babak kedua dibunyikan.
Di sini penulis ingin menyoroti insiden seusai pertandingan di luar stadion yang membuat ramai hastag #IwanOut di medsos. Seharusnya sebagai seorang pelatih, Iwan bisa lebih legowo. Dipuji pun tidak saat menang, dan sebaliknya dikritik, bahkan dihujat saat kalah, dan mengambil tanggung jawab saat timnya kalah itu wajar dalam sepakbola. Semua itu resiko seorang pelatih. Bukan malah tidak terima. Itu sama saja memilih untuk berseberangan dengan suporter (Bonek).
Di benak penulis, mungkin juga benak yang lain, berpendapat mungkin Iwan belum paham sepak bola Surabaya, Persebaya, dan Boneknya. Pemilihan pemain juga demikian. Apa mungkin karena banyak pemain dari luar Jawa Timur yang sama sekali buta dengan Persebaya dan sejarahnya sehingga membuat fighting spirit Green Force memudar. Ciri khas permainan yang “ngeyel” juga tidak kunjung terlihat. Atau mungkin lupa kalau mereka sedang memakai jersey dengan emblem Persebaya di dada yang dulu para seniornya sangat bangga ketika mengenakan jersey tersebut. Entahlah.
Di sini penulis juga mau mengajak semuanya untuk bisa dewasa dalam menyikapi semua keadaan. Karena tujuan kita masih sama yaitu melihat Persebaya berjaya, berlaga kembali, dan mengangkat trofi di pentas seharusnya Persebaya berlaga, Liga 1. Amin.
Akhir kata semoga ke depannya lebih baik untuk Persebaya, apapun yang terjadi tetap Persebaya sak remek’e. Apapun yang terjadi menang kalah tetap dukung Persebaya.
Salam satu nyali! Wani!
*) Fred, fredferi*******@gmail.com