“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri” – Soekarno
Berbagai jalan telah ditempuh bonek dalam memperjuangkan Persebaya. Nama Persebaya sampai saat ini masih bisa dipertahankan oleh tim yang bermarkas di Karanggayam itu. Tentu saja semua tak bisa dilepaskan dari perjuangan bonek selama hampir enam tahun.
Tidak ada yang bisa mengklaim paling berjasa dalam perjuangan. Semua terlibat dalam bidang masing-masing. Dalam perjuangan juga ada perlawanan di dalam. Itu sesuatu yang wajar. Seperti kata pepatah jika ada gerakan revolusi pasti akan beriringan dengan gerakan kontra revolusi. Kita harus dewasa menyikapi dan pintar menjalankan strategi.
Mulai tagar #savePersebaya yang saat itu adalah mengembalikan nama Persebaya asli dari keanggotaan PSSI. Termasuk tentu saja perebutan nama dengan klub yang memakai nama sama. Berbagai macam aksi untuk itu sudah dilakukan bonek. Aksi tidak hanya dilakukan di Surabaya tetapi di semua kota. Jika ada pertandingan bola, pasti di stadion ada banner yang menyuarakan #savePersebaya.
Perjuangan ini juga dilakukan bonek dengan terus mengawal proses persidangan di Pengadilan Negeri Surabaya. Saat itu Persebaya menggugat penggunaan nama Persebaya. Sampai akhirnya ada keputusan Menkumham tentang pemilik logo dan penggunaan serta pengelolaan klub bernama Persebaya.
Yang paling mengejutkan saat bonek membuat aksi besar di saat KLB PSSI di Hotel JW Marriot, Surabaya. Saat itu, Menpora membekukan PSSI langsung dari Jakarta. Salah satunya juga tekanan bonek untuk mengeluarkan klub yang memakai nama Persebaya.
Saat ini tantangan bonek adalah menyuarakan #SIMCGout. Artinya mereka menolak Saleh Ismail Mukadar dan Cholid Goromah duduk di jajaran manajemen. Perjuangan ini akan terasa berat karena yang mereka lawan adalah orang dalam sendiri.
Soekarno, arek Suroboyo yang menjadi Presiden pertama sudah pernah mengatakan dan memprediksi dengan kalimat yang termashur itu.
Bonek dalam hal ini adalah melawan manajemen klub kesayangan sendiri. Sepak bola sudah tidak bisa dipisahkan dari politik. Manajemen juga “memainkan” hal tersebut di kalangan komunitas bonek. Ada yang total menolak manajemen, ada yang masih percaya. Semua bisa dilihat dari akun sosial media para bonek itu sendiri.
Jalan terbaik menurut saya adalah boikot total segala macam aktifitas yang berkaitan dengan Persebaya yang dijalankan manajemen. Jalan membubarkan partai ujicoba melawan PS Kaimana kemarin adalah salah satu contoh bentuk perjuangan.
Ada cara berbeda yang menurut saya juga baik. Bonek bisa meniru apa yang dilakukan suporter Manchester United saat melawan kebijakan klub dan pemiliknya, Malcom Glazer. Suporter pun mendirikan klub sendiri bernama FC United of Manchester (FCUM). Ini salah satu contoh saja. Namun, ini akan butuh sosialisasi yang lebih keras untk mewujudkannya.
Saat ini adalah waktu yang tepat menjalankan boikot. Tentu saja tetap mengupayakan agar secepatnya diadakan perubahan di tubuh manajemen. Caranya dengan terus menekan mereka dan tetap mengancam dan merealisasikan boikot ini dengan nyata. Sadarilah bahwa mereka telah gagal.
Boikot adalah jalan terbaik. Bersatulah bonek. Percayalah dengan boikot maka kita akan bisa menjalankan misi menurunkan Saleh dan Cholid dari jabatan. Siapapun pemimpin pengganti, wajib kita dukung. Asal mereka punya visi dan misi jelas dan transparan dalam mengelola klub.
Boikotlah mulai sekarang!