Rachmat Afandi vs Persebaya, Siapa Layak Dipercaya?

Rachmat Afandi dan Persebaya.
Iklan

EJ – Sebelum terjadi pertemuan antara manajemen Persebaya dengan tim kuasa hukumnya, Rachmat Afandi (RA) melakukan wawancara khusus dengan media sepak bola Pandit Football. Dalam wawancara yang dimuat 10 Mei lalu, Rachmat menuduh Persebaya menelantarkannya dengan memutus kontrak secara sepihak.

Sementara itu, seusai pertemuan di Kantor PT Persebaya Indonesia (12/5), Direktur Tim Persebaya Candra Wahyudi memberi keterangan kepada wartawan terkait kasus yang membelit di antara kedua belah pihak.

EJ memuat kembali jawaban Rachmat atas pertanyaan Pandit Football serta jawaban Candra mewakili Persebaya. Kami membandingkan jawaban kedua pihak agar tidak terjadi keterangan yang berat sebelah. Pendapat siapa yang layak dipercaya, anda sendiri yang memutuskan.

Soal cari terapis dengan biaya sendiri

Iklan

RA: “Saya cari terapis sendiri dan itu pakai dana sendiri. Akhirnya, saya hubungi beberapa teman dan hubungi juga dokter yang pernah di Persija, Dr. Nanang namanya. Saya temui dia di Jakarta, tapi saya izin ke manajernya. Saya tanya masalah biayanya, dan mereka bilang nanti diganti.”

Candra: “Rachmat kali terakhir bermain saat homecoming game melawan PSIS. Setelah itu ada agenda uji coba namun tidak jadi. Ia kemudian meminta izin ke Jakarta untuk berobat. Kami menawarkannya untuk berobat di Surabaya, namun ia menolak dengan alasan sudah punya terapis langganan.”

Soal hasil MRI

RA: “Saya akhirnya ketemu dengan Dr. Nanang, setelah itu saya balik lagi ke Surabaya. Tapi masih, saya tidak diurus. Akhirnya mereka suruh MRI, lima hari setelah MRI juga dibiarkan. Akhirnya, saya pinjam hasil MRI lalu saya foto, saya bawa ke dokter ortopedi masih dengan biaya sendiri. Setelah itu, mereka panggil saya, dan bilang kalau saya harus dioperasi, lalu butuh waktu enam bulan penyembuhan segala macam, dan putus kontrak saya.”

Candra: “Waktu itu, Rachmat meminta izin dua hari berobat ke Jakarta. Namun sampai seminggu tidak ada kabar. Kami pun memintanya untuk melakukan tes MRI. Hasil tes kemudian menyebutkan jika cedera yang didapatnya merupakan cedera bawaan. Kami juga melakukan konfirmasi kepada klub yang dibela Rachmat sebelumnya. Rupanya ia tidak jujur tentang cedera yang dideritanya. Akhirnya keluar rekomendasi berdasar hasil MRI.”

Soal kompensasi biaya

RA: “Waktu itu, saya juga bilang kalau memang itu keputusannya saya terima. Tapi saya mempertanyakan kompensasi dan biaya berobat, yang kemarin dan selanjutnya. Tapi, mereka bilang `tidak bisa`, saya bilang, `kan saya masih pemain Persebaya`. Besoknya saya tanya lagi soal operasi dan biayanya seperti apa dan bagaimana kompensasi itu.”

Candra: “Rachmat tidak memberi laporan kepada manajemen. Ia juga tidak mau menunjukkan bukti berobat berupa nota atau kuitansi. Bukti-bukti itu baru ditunjukkan tim kuasa hukumnya saat pertemuan dengan manajemen. Bagaimana kami membayar kompensasi jika tidak ada kuitansi pengobatan?”

Soal pemutusan kontrak

RA: “Tapi, manajemen bilang kita berjalan sesuai kontrak. Kalau sudah tidak ada kontrak, ya sudah. Saya pikir itu tidak pantas jawaban seperti itu. Saya juga belum tanda tangan pemutusan kontrak, karena saya juga belum tahu bagaimana kejelasan soal biaya berobat dan kompensasi yang harusnya saya terima.”

Candra: “Kami sudah bertemu Rachmat dan saat itu disepakati secara lisan jika manajemen akan membayar 1 kali gaji dan biaya perawatan sebesar Rp 6 juta. Dalam klausul kontrak disebutkan jika ada hal-hal terkait perselisihan maka dilakukan secara musyawarah secara lisan. Kami kemudian membuat draft pemutusan kontrak dan ditunjukkan kepada Rachmat untuk disepakati. Namun Rachmat menolaknya. Kontrak itu sebenarnya dasar untuk keluarnya biaya kompensasi. Jika kontrak pemutusan belum ditandatangani maka kompensasi tidak bisa turun. Sejak 27 April sampai sekarang, Rachmat tidak bersama tim Persebaya.”

Soal rekomendasi penyembuhan cedera enam bulan

RA: “Mereka malah keluarin berita saya cedera enam bulan, harus operasi. Mereka punya media, gampang bikin berita sepihak.

Candra: “Rekomendasi operasi, perawatan, dan penyembuhan cedera hingga enam bulan itu merupakan hasil tes MRI.”

Soal penanganan cedera

RA: “Setelah MRI, saya tidak pernah dibawa ke dokter ortopedi yang khusus menangani cedera saya ini. Saya mempertanyakan, keputusan tersebut dari mana. Akhirnya, saya penasaran dan mencoba konsultasi lagi ke dokter ortopedi, ada dua dokter dan Professor Indra dari Universitas Esa Unggul yang saya ajak konsultasi. Mereka bilang, kalau meniskes itu bila di operasi hanya butuh waktu 3 bulan pemulihan, itu pun sudah bisa beraktivitas lagi di lapangan. Kalau yang enam bulan itu kalau saya kena cedera ACL, dan itu beda kasus.”

Candra: “Kami meminta Rachmat untuk melakukan perawatan cedera di National Hospital di Surabaya. Namun Rachmat menolak karena ngotot ingin dirawat di Jakarta.”

Soal Persebaya menelantarkan pemain (Rachmat mengaku sempat bertemu Exco PSSI dan APPI)

RA: “Mereka juga waktu itu bilang seharusnya pihak klub tidak seperti itu, membuang pemain seenaknya karena cedera.”

Candra: “Persebaya tidak pernah menelantarkan pemain yang masih terikat kontrak. Saat Dimas sakit karena typhus dan membutuhkan perawatan selama dua minggu, manajemen merawatnya hingga sembuh. Begitu juga Oktafianus Fernando dan Yogi Novrian yang mengalami cedera. Persebaya tidak pernah mengingkari kesepakatan. Manajemen sudah memberi DP kepadanya sebesar Rp 93 juta sekian. Kami juga sudah melaksanakan kewajiban dengan memberi gaji bulan Maret dan April masing-masing sekitar Rp 20 juta sekian.”

***

Berita dan wawancara Rachmat dengan Pandit Football berjudul Perlakuan Tidak Adil Persebaya kepada Rachmat Afandi”, bisa dibaca di sini. (iwe)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display