EJ – Dalam beberapa hari ini, nama Gelora 10 Nopember (G10N), Tambaksari kembali mencuat di kalangan Bonek dan manajemen Persebaya. Hal ini dikarenakan Persebaya dan Bonek ingin kembali berkandang di stadion yang sangat bersejarah itu. Berbagai faktor menjadi pertimbangan manajemen untuk menggunakan stadion tersebut.
Menengok ke belakang, terakhir Persebaya bermain di sana adalah saat menjamu Persija pada 3 Juni 2012 dalam lanjutan kompetisi IPL. Dalam laga yang berkesudahan seri 3-3 tersebut sempat terjadi kerusuhan yang membawa korban. Purwo Adi Utomo meninggal dalam peristiwa tragis tersebut. Sejak peristiwa itu, stadion yang dulu dibangun untuk penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) 1969 tidak pernah lagi digunakan menggelar pertandingan resmi Persebaya.
Sepakbola industri saat ini tentu saja selalu mempertimbangkan aspek keuangan untuk bisa menjadikan klub sehat secara finansial. Nah, faktor biaya tinggi yang selama ini dikeluarkan saat memakai GBT menjadi faktor utama. Tentu saja ada faktor lain semisal akses transportasi dan kapasitas stadion sendiri. Dalam analisa dan evaluasi manajemen selama partai home, G10N masih bisa menampung jumlah penonton. Jika pada partai melawan Madiun Putra, 19.000 penonton hadir, saat menjamu Persepam MU, 25.000 yang hadir. Atas dasar itu, kapasitas G10N dirasa masih bisa menampung jumlah penonton.
Kini wacana memakai stadion tersebut kembali digulirkan. Manajemen dan Bonek sudah melakukan berbagai upaya komunikasi dengan pemerintah kota Surabaya. Dalam hal ini adalah Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Surabaya sebagai pengelola stadion. Selama ini, Persebaya menggunakan Gelora Bung Tomo sebagai tempat bermain saat menjadi tuan rumah.
Hal menarik lainnya, di stadion ini pula Persebaya meraih juara Liga Indonesia terakhir pada tahun 2004. Secara kebetulan dalam pertandingan terakhir 23 Desember 2004 itu Persebaya juga bertemu Persija Jakarta. Saat pertandingan terakhir tersebut, Persebaya berhasil menang 2-1 dan membuat Persebaya menjadi tim pertama yang berhasil menjadi juara Liga Indonesia dua kali.
Jadi keinginan kembali berkandang di Tambaksari menjadi hal yang sangat besar diharapkan bonek dan tentu saja manajemen Persebaya. Semoga secepatnya mendapatkan titik temu komunikasi dengan pemerintah kota. Semua demi satu nama Persebaya dan secara luas juga nama Kota Surabaya itu sendiri. Persebaya adalah Surabaya begitu juga sebaliknya. (bim)