EJ – Persebaya harus melakoni laga tanpa penonton saat melawan PSBI Blitar (11/7) dan Persinga Ngawi (15/7). Bonek dilarang hadir mendampingi Persebaya di stadion. Praktis, Bonek hanya bisa berdiri di luar stadion.
Efek ketidakhadiran Bonek di dua laga away sangat kentara. Manajer Persebaya, Chairul Basalamah, pun mengakuinya. Menurutnya, pemain lawan cenderung kasar saat menghadapi para pemainnya. Bahkan ia menyebut jika timnya melakoni laga pencak silat.
“Apapun kita syukuri. Laga tertutup ini, harus kita terima. Kita mengalami dua laga pencak silat,” ujar Chairul saat konperensi pers.
Sebutan “laga pencak silat” disematkan Chairul karena saat menghadapi dua laga away, para pemainnya mendapat perlakuan kasar dari lawan. Sementara wasit juga tidak tegas dalam melindungi pemain.
Saat lawan PSBI, gelandang Kurniawan Karman menjadi korban permainan kasar lawan. Sehingga ia mengalami cedera lutut dan membuatnya harus absen saat melawan Persinga. Misbakhus Solikon juga menjadi korban. Saat dimainkan lawan Persinga, Misba dalam kondisi tidak fit akibat cedera.
Alfredo Vera terpaksa menarik keluar Rendi Irwan dan Misba di awal babak kedua karena menghindari cedera lebih parah. Meski langkah itu membuat timnya harus kehilangan dua angka.
Chairul mengatakan jika pertandingan diselenggarakan tertutup terus tentu akan berat bagi timnya. “Ini tidak baik. Sepak bola rohnya satu paket, ada pertandingan, pemain, perangkatnya, dan suporter. Kalau tidak mau ada suporter, latihan saja,” ujar pria yang akrab dipanggil Abud ini.
Ia berharap laga away melawan Madiun Putra tidak digelar tertutup lagi. Ia juga berharap kepada PT LIB sebagai regulator untuk tegas dalam hal ini. “Kami sangat dirugikan. Penundaan kemarin saja membuat kita tidak punya waktu untuk recovery. Jadi semua tim harus siap menghadapi Persebaya dengan basis suporter besar,” imbuhnya. (iwe)