Pertandingan panas Persebaya kontra Martapura FC pada Kamis malam (27/7) menyisakan cerita bagaimana satu pertandingan yang tidak dimainkan dengan semangat sportifitas menjadi sangat tidak enak ditonton. Atmosfir laga yang panas sudah terasa bahkan jauh hari jelang pertandingan. Persebaya yang berada diperingkat dua klasemen grup betekat untuk membalas satu-satunya kekalahan selama Liga 2 berlangsung dari Martapura dan sekaligus mengkudeta posisi capolista pemimpin klasemen grup 5.
Sebelum laga digelar, memori pertandingan keras dan aroma kecurangan yang tercium pada pertandingan leg pertama di Martapura memicu atmosfir panas pertandingan. Narasi-narasi di media sosial Persebaya dan suporter Bonek menambah bumbu panas dari pertandingan yang akan digelar.
Hari-H pertandingan itupun digelar, puluhan ribu Bonek berdatangan di Gelora Bung Tomo, markas angker tim Bajol Ijo Persebaya. Tak sedikit dari puluhan ribu Bonek yang datang dengan satu misi, berikan teror mental buat tim lawan, Balas Kekalahan di Kandang Martapura!
Peluit pun ditiup dan pertandingan dimulai, Persebaya mendominasi dan menguasai bola pemain martapura terlihat frustasi mengimbangin permainan tuan rumah dan permainan mulai keras menjurus kasar. Atmosfir pertandingan mulai memanas. Permainan mulai berjalan kasar, emosi kedua tim meninggi hasilnya satu tandukan pemain Martapura kepada pemain persebaya berujung dikeluarkannya kartu merah pertama oleh wasit.
Kemudian terjadi insiden demi insiden di lapangan, termasuk saat disikutnya pemain Persebaya dan diinjaknya Rishadi oleh kiper Martapura. Terlihat setelah gagal mengembangkan permainan, frustasi dari pemain tim tamu mengakibatkan mereka bermain kasar, nyaris tanpa teknik maupun strategi bermain bola yang benar. Bagi penonton pertandingan sangat tidak enak dilihat karena wasit pun terpaksa berkali-kali meniup peluit tanda pelanggaran dan menghentikan pertandingan.
Pertandingan yang berakhir dengan kedudukan 2-0 dan dimenangkan oleh tim tuan rumah Persebaya, banyak diwarnai permainan permainan kasar yang mayoritas ditunjukkan oleh pemain Martapura. Tiga kejadian yang paling menonjol seperti yang dituliskan sebelumnya, menanduk kepala pemain, menyikut wajah pemain, kemudian penjaga gawang Martapura dengan sengaja menginjak paha pemain Persebaya. Permainan kasar dan kotor yang ditunjukan seakan ditujukan untuk memprovokasi pemain-pemain Persebaya atau malah sengaja provokasi suporter tuan rumah hanya sebagai dalih agar bisa membenarkan tindakan mereka kemudian mogok bermain. Syukur-syukur tuan rumah mendapat hukuman/melanjutkan pertandingan di tempat yang lain (pertandingan usiran).
Seakan tidak cukup hanya memprovokasi dengan aksi-aksi kotor mereka di lapangan, satu pemain yang paling terlihat menonjol tingkah laku tidak terpujinya adalah penjaga gawang dari Martapura. Di saat rekan-rekan se-timnya sudah memberikan applause ke tribun penonton menurunkan tensi dan ketegangan, dengan sangat tidak bertanggung jawab seorang pemain profesional, penjaga gawang dari tim tamu, melempar botol air mineral ke arah tribun penonton tim tuan rumah. Tak cukup hanya itu, si penjaga gawang pun terlibat baku hantam dengan perangkat pendukung pertandingan tuan rumah. Apapun dalihnya hal ini sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang pemain profesional.
Di dalam tribun penonton tidak hanya hadir suporter laki-laki tapi juga suporter perempuan, tidak menutup kemungkinan juga terdapat balita, anak-anak, atau orang tua. Melihat tingkah laku yang seperti itu, setiap orang yang berakal sehat pasti marah, jengkel, tak sedikit yang tak tahan ingin turun dari tribun dan meminta pertanggungjawaban atas ketidaksopanan dan kekurang ajaran yang bersangkutan. Tapi semua yang berada di tribun menahan diri, provokasi demi provokasi yang dilakukan di dalam pertandingan, setelah pertandingan seperti nampak disengaja apakah ini akan dibiarkan saja tanpa ada sanksi dari pihak yang berwenang.
Lebih lanjut kejadian ini pun bukanlah kejadian yang pertama, arsip-arsip online bisa menunjukkan apa yang diperbuat oleh Martapura saat melakukan tandang ke tim tuan rumah. Bukan kali ini saja tim Martapura melakukan provokasi-provokasi. Tanpa ada hukuman dan sanksi yang pantas hal ini akan terus berulang karena terjadi pembiaran dan hal ini menjadi sesuatu yang akhirnya biasa dan bisa diterima. Sudah sepantasnya pihak berwenang dalam hal ini Komdis PSSI dapat memberikan hukuman berat kepada pemain maupun tim yang tidak menjunjung tinggi sportifitas, dan dengan sengaja melakukan provokasi baik di dalam pertandingan terlebih kepada penonton dan suporter di luar pertandingan siapapun itu.
Fenomena provokasi-provokasi seperti ini mulai terlihat di sepak bola kita. Jika hal ini tidak segera dihentikan ditakutkan ke depan akan sangat mahal harga yang harus dibayar. Apabila terjadi kerusuhan maupun bentrok akibat perbuatan bodoh satu dua pemain yang melakukan provokasi dan tidak menghormati sportifitas dan seduluran/persaudaraan antar suporter tim sepak bola di Indonesia. Lebih baik dicegah sekarang daripada dibiarkan sudah terlanjur membudaya. Salam Satu Nyali, Wani!
Surabaya, 31 Juli 2017