Bonek terbentuk murni dari kecintaan akan tim Persebaya. Berawal dari spontanitas dan inisiatif para pendukung Persebaya inilah kemudian memunculkan kelompok-kelompok supporter yang berbeda-beda latar belakang demografi, usia, jenis kelamin, asal daerah/wilayah, tingkat ekonomi, sosial, budaya, dan atribut-atribut identitas lainnya yang berbeda-beda.
Perbedaan atribut identitas inilah yang kemudian mendorong mereka berkelompok menjadi satu dengan atribut identitas yang sama membentuk faksi-faksi yang berbeda di dalam tubuh Bonek, yang kemudian berimbas pada pilihan, sisi tribun (wilayah) dan kebiasaan (budaya) kelompok yang mana mereka lebih merasa nyaman untuk tinggal.
Melihat adanya faksi-faksi dan kelompok suporter dalam Persebaya, penulis berpendapat hal ini berpotensi menjadi titik rawan bagi Bonek untuk disusupi pihak yang tidak bertanggung jawab, dipecah belah, serta berpeluang memunculkan benturan dan gesekan antar kelompok di dalamnya. Kita yakin petinggi petinggi kelompok Bonek dan faksi-faksi suporter di dalamnya sudah menyadari dan mengerti bahaya yang bisa timbul dari hal ini.
Jauh dari maksud menggurui, penulis pun mengakui akan terbatasnya pengetahuan penulis terhadap dinamika kelompok-kelompok suporter di dalam Persebaya. Namun ijinkan penulis atas dasar kecintaan yang sama akan tim kebanggaan kita Persebaya, untuk memberikan sedikit pemikiran akan keberadaan kelompok maupun faksi-faksi di dalam Bonek pendukung Persebaya itu sendiri.
Persoalan ini bukan tidak mendapat perhatian dari manajemen, dalam salah satu edisi khusus liputan Persebaya, Jawa Pos pernah menurunkan ulasannya mengenai hal ini: “Besarkan Persebaya jangan Komunitas,” ulas mereka saat itu. Sebagai pernyataan dari pihak manajemen diharapkan himbauan itu dapat merangkul dan didengar oleh semua faksi dan kelompok suporter dalam Bonek dan himbauan ini pun patut kita apresiasi.
Langkah selanjutnya tinggal bagaimana Bonek beserta kelompok-kelompok di dalamnya menyikapi himbauan yang telah disampaikan. Sebagai tindakan nyata sudah seharusnya setiap kelompok mampu menempatkan Persebaya diatas kepentingan golongan, saling menghargai culture/budaya yang berbeda, mengecilkan perbedaan, fokus pada kesamaan dan kecintaan akan Persebaya, seperti belajar ber-Bhinneka Tunggal Ika did alam wadah Persebaya yang kita cintai ini.
Lebih lanjut, menghilangkan sekat dan melebur kelompok-kelompok yang ada mungkin bukanlah solusi yang terbaik, namun lebih kepada saling menghargai dan menghormati antar kelompok tanpa ada menang-menangan atau satu merasa lebih dari kelompok yang lain.
Alangkah baiknya demi Persebaya, identitas kelompok sementara kita simpan, dukungan untuk Persebaya kita teriakkan. Kreatifitas dan dukungan untuk Persebaya sama-sama kita kedepankan. Ambil budaya yang baik dari tiap kelompok, tinggalkan budaya yang jelek. Tak perlu malu untuk saling belajar, dan jangan sungkan buat bertukar saran, ide dan gagasan sesama pendukung Persebaya serta membangun komunikasi dengan sedulur Bonek yang lainnya.
Biarkan Bonek menjadi komunitas yang bersatu, cair tak berbentuk namun solid dan memiliki loyalitas. Biarkan budaya yang berbeda, latar belakang yang tak sama, pemikiran yang berbeda-beda namun disatukan oleh kecintaan yang sama, kecintaan yang satu akan Persebaya. Semoga kedepan Bonek semakin solid, dewasa, kreatif dan menjadi kiblat suporter terbaik di Indonesia.
Salam Satu Nyali, Wani!