Bukan rahasia umum lagi jika hubungan antara Surabaya dengan Malang tidak harmonis. Jumat, 6 mei 2016 adalah laga tandang Arema melawan Madura United di ajang TSC A. Laga digelar di Stadion Gelora Bangkalan. Lalu apa masalahnya?
Tidak ada masalah apapun dan tidak ada yang perlu dipermasalahkan (seharusnya). Semua akan berjalan kondusif jika para pengayom tidak buta atau pura-pura tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Nama Bonek memang seksi. Setiap apa yang dilakukan Bonek akan selalu menjadi pusat perhatian dan ladang panen berita (buruk khususnya) untuk media di Indonesia. Menurut saya, ini adalah kebodohan.
Bonek tidak pernah iri dengan siapapun dan tidak pernah meminta perhatian atau disegani siapapun. Bonek tidak butuh itu.
Lalu apa hubungannya dengan kebodohan? Mungkin ini hanya soal saling mengerti, memahami dan menghormati. Ini soal apresiasi
Wahai media, apa kalian lupa ikrar perjanjian damai antara Bonek dan Aremania pada 22 Februari 2011 di Polda Jatim untuk saling menghargai dan menghormati? Ini salah satu isi perjanjiannya: “Tidak diperkenankan memasuki atau berkonvoi menggunakan atribut di wilayah masing-masing.”
Wahai bapak penegak hukum yang bijaksana dan adil sebagai pengayom masyarakat. Dengan hormat, siapapun tidak ingin terjadi kericuhan antar suporter. Apalagi jika nyawa yang menjadi taruhannya. Mengapa anda tidak menghimbau Aremania untuk mengingat ikrar tersebut kemudian melarang mereka datang ke Bangkalan?
Dengan tidak adanya pernyataan untuk melarang Aremania hadir, Bonek merasa ada pembiaran dan keberpihakan.
Ini bukan kali pertama namun kali ketiga kericuhan terjadi. Apakah ini adil?
Mereka bilang Bonek bodoh dengan melakukan tindakan anarkis. Siapa yang lebih bodoh membiarkan Aremania memasuki kandang buaya?
Mereka bilang Bonek bodoh dengan melalukan aksi sweeping. Siapa yang lebih bodoh melukai dan merusak kendaraan berplat L (warga) yang sedang berlibur di Malang?
No leader, just togerher. Bonek tidak memiliki pemimpin untuk disegani. Bonek tidak memiliki motor penggerak untuk melakukan aksi
Jika ini dibiarkan, apakah selamanya akan terus begini? Sederhana saja. Jika ikrar perjanjian damai terus-menerus diabaikan, maka selamanya akan begini. (*)