Gelombang bonek menuju Jakarta semakin banyak. Jalur Pantura menjadi favorit banyak Bonek yang melakukan perjalanan dengan cara estafet. Hal tersebut juga membuat fenomena baru di kalangan suporter sendiri. Posko istirahat dan bantuan untuk bonek.
Beberapa kelompok suporter klub lain membuat semacam rest area untuk para Bonek yang akan menuju Jakarta. Di media sosial kemarin ada dari kelompok pendukung PSIS Semarang, Persiku Kudus, juga di selatan mulai dari Solo, Jogja, Sleman, dan kota-kota di Jawa Barat melakukan hal yang sama. Tujuan utamanya adalah memberi support moral dan tumpangan istirahat serta bantuan makanan minuman sekedarnya. Belum lagi nanti juga akan disambut “tuan rumah” suporter Persija Jakarta sebagai tempat di mana nanti Bonek akan melakukan aksinya.
Fenomena ini menarik. Hubungan antar suporter sangat cair. Bonek sebagai pelaku utama perjalanan ini harus dan wajib menjaga diri baik saat keberangkatan maupun kepulangan nanti. Kerelaan dan keikhlasan mereka adalah hal yang tidak ternilai. Dan tidak ada paksaan sedikit pun. Hanya atas dasar persaudaraan dan kemanusiaan.
Jika dulu kala ada perjalanan pasukan Sultan Agung ke Batavia, Longmarch pasukan Siliwangi dari Jogja, perjalanan perwakilan Siliwangi menuju Majapahit , saat ini fenomena dalam bentuk lain terjadi pada Bonek dan suporter klub lain. Saat Bonek mengawali tret tet tet di medio 1980-an, fenomena ini belum terlihat.
Tujuan Bonek ke Jakarta dalam jumlah besar bukanlah untuk menonton Persebaya. Ini saja keanehan sendiri sebuah suporter memperjuangkan klubnya sampai melakukan awaydays dalam jumlah sangat besar. Bonek harus tetap menjaga semuanya. Passion dan semangat yang sangat luar biasa ini bisa menjadi energi positif jika ditempatkan pada tempatnya. Begitu juga sebaliknya.
Bonek sedari dulu adalah fenomena tersendiri. Dan harus diakui banyak fenomena negatifnya jika hanya melihat dari luar saja. Perpindahan generasi Bonek telah sedikit banyak dan berangsur mengikis hal yang negatif menuju lebih baik. Semoga semakin membaik.