Di Stadion: Arek-arek Bonek dan Persebaya

Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

/1/

ketika bendera berkibar: suara-suara terdengar, jerit, tangis, keringat, bahagia, rumput yang mewangi sepanjang zaman, kembang api menghadirkan lanskap. bangku yang setelah sekian lama kosong, merapat pada sore yang hijau. dalam tempo yang singkat harapan Mereka tak ubahnya jarum jam yang terus berputar, timpa-menimpa tanpa sengaja pun tanpa curiga. membekas di setiap telinga kita.

/2/

piala-piala, potret masa lalu yang tergantung pada dinding itu konon kabarnya tergantung juga pada ingatan Mereka. ia telah tinggal dalam denyut-denyut Mereka. tinggal dalam doa yang tuhan tak lelah mendengarnya. sekian lama Mereka membelah hutan belantara, menciptakan rasa percaya bahwa setiap perjuangan tak akan pernah sia-sia. kini harapan Mereka untuk kembali melihat senja di kampung halaman telah terobati. senja telah pulang, sepiring roti dan secangkir kopi jadi hidangan.

Iklan

/3/

bendera-bendera yang berkibar itu juga konon kabarnya muasal dari rasa cinta itu. nyanyian itu konon tetap terdengar meski bangku-bangku dalam stadion kosong. jeritan itu juga selalu menempel di dinding stadion. dan tanpa pernah kita duga sebelumnya, kita berada di dalamnya. hujan pun turut serta memayungi detak-detiknya.

/4/

di sore yang hijau, Mereka kembali pulang ke stadion. seperti yang pernah kau katakan: ia adalah rumah, alasan pulang tak ubahnya ibadah. rasa cinta memang terlampau megah untuk tidak dirayakan.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display