4 Alasan Mengapa Persebaya Tidak Segera Memecat Iwan Setiawan

Iwan Setiawan.
Iklan

Dosa Iwan Setiawan kepada Bonek usai kekalahan lawan Martapura FC akhir April lalu sangatlah berat. Meski Iwan telah meminta maaf, Bonek takkan pernah bisa melupakan peristiwa itu hingga kapan pun.

Tuntutan Bonek kepada manajemen hanya satu: Pecat Iwan. Hukuman larangan mendampingi tim dan denda Rp 100 Juta tak akan bisa menghapus dosa-dosa Iwan.

Menanggapi tuntutan Bonek, manajemen tidak lantas memecat sang pelatih. Usai kemenangan Persebaya atas Persepam MU di bawah asisten pelatih Ahmad Rosyidin, manajemen malah memperpanjang hukuman Iwan. Ia dilarang mendampingi tim di sisa pertandingan Persebaya sebelum break puasa dan lebaran. Langkah ini diambil agar suasana kondusif di tubuh tim Persebaya tidak terganggu.

Apa yang dilakukan manajemen bisa jadi menimbulkan tanda tanya besar. Mengapa manajemen tidak langsung memecat Iwan namun malah memperpanjang hukuman?

Iklan

Dugaan yang mengemuka adalah manajemen tidak mau mengeluarkan kompensasi pemecatan Iwan sebagai pelatih. Jika seorang pelatih yang masih terikat kontrak dipecat di tengah jalan, tentu manajemen harus mengeluarkan kompensasi yang tidak sedikit. Namun melihat sumber dana di belakang manajemen, yakni PT Jawa Pos Group, yang mempunyai dana melimpah, maka alasan ini kita kesampingkan. Rasanya dengan dosa besar Iwan kepada Bonek, uang berapa pun akan dikeluarkan manajemen.

Lantas mengapa manajemen tidak segera memecat Iwan Setiawan?

Saya mencoba menganalisa alasan-alasan yang mungkin dipertimbangkan manajemen sehingga mereka tidak segera memecat Iwan. Apa saja?

  1. Persebaya belum menemukan pelatih pengganti
BACA:  Iwan Dilarang Dampingi Tim Latihan dan Saat Lawan PSBI

Mencari seorang pelatih bukan perkara mudah. Manajemen pasti tak ingin gegabah mencari pengganti. Keputusan merekrut Iwan sebagai pelatih sebelum kompetisi berjalan ternyata menjadi blunder manajemen. Manajemen tentu tak ingin melakukan blunder untuk kali kedua. Sedikitnya stok pelatih yang tersedia ditambah kompetisi yang sudah berjalan membuat manajemen kesulitan mencari pelatih. Saya menduga jika manajemen sedang bergerilya mencari pelatih yang cocok untuk menangani Persebaya. Dan tentu saja, pelatih yang minimal mempunyai lisensi B AFC sebagai syarat lisensi pelatih di Liga 2.

  1. Ahmad Rosyidin berlisensi B Nasional

Ahmad ditunjuk sebagai pelatih sementara yang memimpin para pemain, baik saat latihan maupun pertandingan. Banyak suara yang meminta manajemen menetapkan anggota TNI ini sebagai pelatih menggantikan Iwan. Apalagi rekor bagusnya dalam dua kali pertandingan Persebaya di Liga 2, yakni kemenangan melawan Persepam MU dan keberhasilannya menahan imbang PSIM di kandangnya. Namun, ada yang menghalangi Ahmad menjadi pelatih Persebaya, yakni lisensi kepelatihannya. Ia tercatat hanya berlisensi B Nasional. Jika manajemen menetapkannya sebagai pelatih kepala maka ia tidak memenuhi syarat yang ditetapkan PSSI. Secara fakta, Ahmad memang menjadi “pelatih kepala”. Namun yang tercatat di PSSI sebagai pelatih Persebaya tetap Iwan. Itulah mengapa Iwan masih dipertahankan karena statusnya dan belum ditemukannya pelatih pengganti yang memenuhi syarat.

  1. Tak ingin suasana kondusif tim terganggu
BACA:  Manajemen Suspend Iwan Setiawan dan Denda Rp 100 Juta

Sejak kemenangan Persebaya melawan Persepam MU, suasana tim berubah menjadi kondusif. Keberhasilan menahan imbang PSIM saat away tentu menambah kondusifitas tim. Persebaya masih mempunyai satu kali laga sebelum break puasa. Suasana kondusif inilah yang membuat manajemen tidak langsung memecat Iwan. Manajemen tidak ingin suasana tim yang sudah kondusif menjadi terganggu dengan adanya pemecatan pelatih. Manajemen pasti ingin agar proses pemecatan tidak menimbulkan masalah. Kita masih ingat kasus Rachmat Afandi yang mensomasi manajemen terkait pemutusan kontraknya. Terlepas siapa yang benar, kasus Rachmat Afandi menjadi pertimbangan manajemen untuk tidak buru-buru memecat Iwan. Manajemen ingin memastikan jika nantinya tak ada permasalahan menyusul pemecatan sang pelatih yang bisa mempengaruhi suasana tim.

  1. Menunggu break puasa dan lebaran

Kompetisi Liga 2 akan libur saat bulan puasa dan lebaran. Lebih dari satu bulan kompetisi tidak berjalan. Inilah waktu yang tepat bagi manajemen untuk mengakhiri drama. Manajemen akan menemukan pelatih pengganti dan kemudian memecat Iwan. Pemecatan pelatih tidak terlalu berpengaruh pada suasana tim karena para pemain tidak sedang berkompetisi.

***

Iwan sudah selesai sejak dijatuhkannya hukuman dari manajemen. De jure, Iwan masih menjadi pelatih kepala. Namun de facto, ia telah kehilangan jabatannya. Cepat atau lambat, manajemen pasti akan memecat Iwan. Semua hanya persoalan waktu. (*)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display