Monotonnya Permainan Persebaya dan Penyakit “Irfan Jaya Dependencia”

Irfan Jaya. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Sudah 270 menit atau tiga pertandingan terakhir Persebaya gagal menceploskan gol ke gawang lawannya. Setelah gol dari Fandry Imbiri ke gawang Persigo Semeru FC, tidak ada lagi gol yang diciptakan oleh Ricky Kayame dan kawan-kawan. Hal ini tentu mengkhawatirkan mengingat di babak delapan besar nanti lawan yang dihadapi oleh Persebaya tentunya semakin susah. Jika paceklik ini berlanjut akan membuat langkah Persebaya promosi ke Liga 1 semakin berat.

Menurut opini saya, ada dua faktor utama yang membuat Persebaya paceklik mencetak gol pada tiga pertandingan terakhirnya.

Monotonnya Permainan Persebaya

Minim variasi serangan. Itulah faktor utama mengapa Persebaya gagal mencetak gol (tentunya tidak pernah menang) dalam tiga laga terakhir. Permainan ball possesion yang diterapkan oleh coach Alfredo Vera lama kelamaan sudah dapat dibaca oleh lawan-lawannya. Permainan Persebaya juga mirip gaya main Manchester United saat dilatih Louis Van Gaal yang terkesan monoton dan membosankan.

Iklan

Pakem dengan memberikan umpan ke sektor sayap untuk memberikan crossing ke striker kini juga mudah terbaca oleh bek lawan. Ricky Kayame sebagai striker utama pada tiga pertandingan terakhir ini juga seringkali mundur ke tengah untuk menjemput bola karena penjagaan dari bek lawan. Ditambah lagi dengan pergerakan statis dari winger serta sering terlambatnya pemain Persebaya, utamanya Rendi Irwan, Ricky Kayame dan Oktafianus Fernando, dalam membuat keputusan antara harus mengumpan, menembak langsung ke gawang, atau menggiring bola terlebih dahulu membuat alur serangan dari Persebaya sangat mudah ditebak oleh lawan.

BACA:  Persebaya Men-Juventus-kan Diri

Kini lawan hanya perlu main defensif untuk menunggu pemain Persebaya melakukan kesalahan dan menghajarnya lewat sekali counter attack layaknya gol tunggal dari Kalteng Putra.

Untuk menghadapi lawan dengan tipe defensif seperti itu dibutuhkan variasi serangan seperti tendangan dari luar kotak penalti. Dengan memanfaatkan kemampuan tendangan jarak jauh Misbakhus Solikin, Muhammad Hidayat dan Irfan Jaya seharusnya Persebaya dapat memanfaatkan keunggulan tersebut saat dalam keadaan deadlock. Bukan malah berlama-lama membawa bola,berputar-putar, dan mengembalikan bola ke belakang saat dalam keadaan buntu. Kasus tersebut tidak terjadi sekali dua kali saja namun dari awal musim saya sering melihat kejadian tersebut saat keadaan buntu.

Ketergantungan terharap Irfan Jaya

Harus diakui peran Irfan Jaya di Persebaya musim ini sangat vital apalagi setelah kehadiran coach Alfredo Vera masuk menggantikan coach Iwan Setiawan. Tusukan, crossing cut inside, serta kemampuan dalam melakukan set pieces yang dilakukan Irfan Jaya memberikan dimensi yang berbeda dalam penyerangan Persebaya. Terbukti sejak Irfan Jaya rutin menjadi starter melawan Persinga Ngawi di Ngawi (15/7) setiap Irfan Jaya tidak bermain bagus maka Persebaya tidak pernah meraih poin penuhpada pertandingan tersebut.

BACA:  Refleksi Akhir Tahun 2019: Sampai Kapan Konflik Klub Internal Persebaya?

Terbukti pada pertandingan lawan Persinga, Persatu Tuban di Tuban (28/8), Kalteng Putra di Palangkaraya (26/9) dan Persigo Semeru FC di Jember (04/10) Persebaya meraih hasil tidak maksimal. Bahkan ketika Irfan tidak bermain di dua pertandingan terakhir, Persebaya tidak pernah mencetak gol. Selain pertandingan tersebut, sejak Irfan rutin menjadi pilar utama dia selalu mencetak gol atau memberikan asis di setiap pertandingannya. Ketika Irfan Jaya mencetak gol atau memberikan asis hanya sekali Persebaya gagal meraih poin penuh. Yaitu saat melawan Persepam Madura Utama di Pamekasan (10/7).

Ketergantungan ini harus segera dihilangkan coach Alfredo. Sebab jadwal pertandingan yang padat membuat harus coach Alfredo melakukan rotasi dan Irfan juga bukanlah robot yang bisa bermain setiap pertandingan tanpa henti. Pada pertandingan lawan Kalteng Putra di Surabaya (12/10), ia harus absen karena cedera perut.

Mungkin itu menurut saya dua hal yang harus dibenahi oleh coach Alfredo dalam menyongsong babak delapan besar. Semoga kekalahan dari Kalteng Putra membuat coach Alfredo melakukan evaluasi dan improvisasi terhadap permainan Persebaya utamanya tiga laga terakhir yang paceklik gol. Semoga tim kebanggaan kita Persebaya Surabaya dapat meraih hasil maksimal di Liga 2 dan dapat promosi ke Liga 1 tahun depan. Sekian dan Salam Satu Nyali! Wani!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display