EJ – Kekacauan saat Celebration Game Persebaya melawan PSS Sleman beberapa waktu lalu menimbulkan rasa trauma kepada manajemen. Persebaya merasa berjalan sendirian tanpa kontribusi Pemkot Surabaya meski mereka telah mengeluarkan biaya sewa stadion Gelora Bung Tomo (GBT).
Masalah akses jalan dan parkir yang seharusnya menjadi tanggung jawab Pemkot sebagai pemilik GBT tidak bisa ditangani sehingga terjadi kekacauan.
Keluhan itu disampaikan manajer Persebaya, Chairul Basalamah, saat rapat dengar pendapat dengan DPRD Kota Surabaya di Gedung DPRD, Jumat (29/12). Rapat tersebut dihadiri langsung ketua DPRD Armudji dan Kadispora Afghan Wardhana.
“Kemarin (saat Celebration Game, red) sponsor kami tak bisa masuk. Mereka ketakutan di dalam mobil, karena tak bisa putar balik juga. Chaos di depan jalan,” ucap Chairul di depan anggota dewan.
Chairul tak mempermasalahkan jika Persebaya diperlakukan seperti penyewa lainnya. Namun dia meminta Pemkot juga membantu Persebaya.
“Kita merasa berjalan sendiri. Kita tidak ada masalah diperlakukan seperti penyewa lain. Kita memberikan pemasukan pajak ke Pemkot juga tapi ayo sama-sama. Kemarin terjadi lagi, nanti terulang lagi. Kami hanya ingin memberi hiburan kepada masyarakat,” lanjutnya.
Menanggapi keluhan Persebaya, Armudji meminta Pemkot tidak mempersulit Persebaya. “Pemkot jangan persulit izin jika Persebaya yang mengajukan. Karena Persebaya itu kebanggaan kita semua,” kata Armudji.
Rapat dengar pendapat tersebut akhirnya menghasilkan poin terkait penggunaan GBT yakni pihak pengelola, dalam hal ini Dispora, dilarang mempersulit penyewaan kepada Persebaya.
Sebelumnya, Persebaya berencana memindahkan kandangnya ke luar Surabaya jika Pemkot masih mempersulit mereka menyewa GBT. Saat ini, Persebaya sedang mempersiapkan timnya untuk musim kompetisi 2018 di Liga 1. (bim/iwe)
