In “David da Silva” We Trust

David da Silva merayakan golnya ke gawang Persela. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Konon di Brasil, setiap bayi laki-laki yang lahir selalu disematkan doa agar sang bayi kelak menjadi pesepak bola yang bagus dan tangguh. Sehingga dapat meningkatkan derajat, membanggakan keluarga, serta bangsa dan negara. Brasil menunjukan hal itu pada kontribusinya di segala level pesepak bola di seluruh klub di dunia, menjadi sebuah negara juara dunia terbanyak yang tidak akan terkejar negara manapun di planet ini.

Indonesia tak luput dari jujukan mereka mengadu nasib. Tidak sedikit pemain asal Brasil merumput di klub-klub Liga 1, salah satunya adalah Persebaya Surabaya. Klub promosi ini menggunakan dua pemain asal Brasil, Otavio Dutra dan David da Silva. Kehadiran dua pemain asal negeri samba di klub juara Liga 2 lalu tidak mulus dan lancar. Otavio Dutra mendapatkan protes keras dari beberapa kelompok suporter Persebaya. Namun, seiring sejalan Dutra menunjukan kelasnya sebagai pemain profeional yang total dan loyal pada klub yang dia bela. Dutra menjadi pemain penentu dalam setiap gol yang dia ceploskan, hal ini sama dengan pembuktian Dutra, bahwa dia belum habis.

BACA:  Rindu Magis Tambaksari

Belum selesai polemik rekrutmen pemain yang banyak mendapatkan kritikan Bonek, manajemen seakan “memelihara konflik” dari setiap keputusan yang mereka buat. Di akhir bursa transfer pemain, manajemen merekrut mantan penyerang klub Bahyangkara FC, David da Silva, yang notabene Bhayangkara FC di mata Bonek adalah sebagai klub yang pernah membajak nama Persebaya. Beragam julukan rekrutmen itu mendarat di manajemen, mulai dari sebutan “transfer panik”, “lelesan (sisa)” Bhayangkara FC, dll, mengingat Dutra pun mantan pemain klub juara Liga 1 musim 2017 lalu itu.

Rupanya, ada sebuah “tradisi” terselubung di Persebaya. Setiap kritikan harus dibalas dengan kemampuan di lapangan. Hampir semua pemain baru di Persebaya yang dikritik selalu dibalas sebuah kemampuan skill yang diperagakan. Sebut saja Ferinando Pahabol, Otavio Dutra, dan kini David da Silva.

Iklan
BACA:  Dilan, Bonek, dan Persebaya

Akibat dari maraknya berita rencana kehadiran Sylvano Comvalius, serta keinginan Bonek pada pemain asal Belanda yang telah membuktikan skill bersama Bali United, namun pada akhirnya justru manajemen mendaratkan David da Silva ke Persebaya. Sontak kritikan bertubi-tubi menghujam jajaran manajemen tadi.

David da Silva memang bertaji. Laga perdananya ber-jersey “Kapal Api” itu, dia mencetak gol penyeimbang sehingga Persebaya dalam lawatan di kandang Persela Lamongan (30/3) berhasil mengantongi 1 poin. Sepak bola adalah kolektivitas, Da Silva bersama kawan-kawannya di Persebaya telah tampil maksimal, kecerdikan coach Alvredo Vera memasukan Da Silva semakin melengkapi, bahwa setiap kritikan harus dibalas dengan kemampuan individu pemain yang sedang menjalani “masa hukuman” kritik itu.

Masih ada match selanjutnya untuk setiap pemain membuktikan kelas dan kualitas mereka, dengan dan atas nama Persebaya, bersama kita bisa!

Salam satu nyali!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display