PR Green Force Usai Tahan Imbang Persela

Oktafianus Fernando menendang bola ke gawang Persela. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Laga Persela Lamongan melawan Persebaya Surabaya, Jumat (30/3), menjadi ajang untuk menyaksikan belum selesainya salah satu PR Persebaya: finishing touch. Dalam pertandingan away pertama Bajol Ijo di Liga 1 2018 ini kita belum melihat produktivitas lini depan Persebaya dalam mencetak gol.

Peluang bukan tidak ada. Bahkan, Persebaya berhasil melesatkan 8 tembakan ke gawang Dwi K. Namun, hanya satu tembakan yang membuahkan gol. Bandingkan dengan saat menjamu Perseru Serui. Menjamu di kandang sendiri, saat itu Persebaya hanya mampu menciptakan 5 tembakan ke gawang dan hanya 1 yang membuahkan gol.

Sedangkan Persela hanya 3 kali mengancam gawang Miswar Saputra, namun satu tembakannya membuahkan gol. Bila dipersentase, tentu serangan Persela lebih efektif daripada Persebaya. Sekali lagi, finishing touch masih menjadi PR yang untuk sementara belum terpecahkan oleh coach Alfredo Vera (AV).

Beruntung coach AV memasukkan David da Silva pada menit ke-55 menggantikan Rishadi Fauzi. Keputusan yang jitu. Menit ke-69, striker asal Brasil itu berhasil menyeimbangkan skor setelah Persebaya kebobolan lebih dulu pada menit ke-57.

Iklan

Saya mencoba memberikan catatan atas jalannya pertandingan Persebaya di kandang Persela.

Lini Belakang

Meladeni pemain dengan speed tinggi dan lincah seperti Sadil Ramdani, duet Otavio Dutra dan Fandri Imbiri kerap keteteran. Itu terjadi di menit-menit awal laga saat Sadil menerima umpan terobosan dari rekannya. Fandri terlihat tidak mampu mengejar kecepatan Sadil. Beruntung tendangan Sadil gagal merobek jala Miswar Saputra.

Dutra dan Imbri pemain bertubuh jangkung. Postur semacam itu sering kesulitan meladeni striker lawan dengan tubuh lebih mungil, tetapi punya skill dan kecepatan tinggi. Bila Rahmat Irianto tidak cedera, sejatinya anak Sugiantoro itu layak masuk starter eleven. Apalagi, selama ini Rahmat cukup dingin dalam meredam gempuran lawan dan bisa melakukan marking dengan baik.

BACA:  Motivasi dari Lapangan Karanggayam

Lini Tengah

Untuk kali ini, saya angkat topi dengan Robertino Pugliara. Bukan hanya karena assist-nya kepada da Silva yang akhirnya berbuah gol, tetapi dalam dua laga terakhir performance Pugliara sudah lebih baik daripada saat turnamen pramusim.

Bila saat lawan Perseru serangan Persebaya mudah dibaca karena selalu mengalir dari Oktafianus Fernando dan Irfan Jaya, saat bertanding di Stadion Surajaya lini tengah sudah lebih berani melakukan serangan dengan lebih menusuk ke jantung pertahanan. Gol da Silva adalah buah dari keberanian Pugliara menggedor dari sektor tengah pertahanan Persela.

Tetapi, lini tengah bukan tidak menyisakan PR. Absennya Nelson Alom dan M. Hidayat membuat lini tengah Persebaya kehilangan pemain yang eksplosif saat melakukan serangan sekaligus dingin dalam mengamankan zona pertahanan ketika diserang.

Laga Persebaya melawan PSMS Medan di Piala Presiden 2018 menjadi bukti bahwa Persebaya membutuhkan tipe pemain seperti Nelson Alom untuk menemani Rendi Irwan dan Misbakus Solikin. Saat itu Nelson Alom berhasil mencetak gol, sehingga Persebaya berhasil menyamakan skor menjadi 3-3 sebelum berakhir dengan kekalahan di babak adu penalti.

Lini Depan

Dalam laga berikutnya saat Persebaya menjamu Barito Putra, coach AV perlu memasang da Silva sejak peluit kick off dibunyikan. Bermain selama 36 menit, da Silva berhasil melakukan tendangan tepat sasaran ke gawang Persela sebanyak 2 kali dan melenceng 1 kali. Statistik yang tidak buruk untuk sebuah debut striker baru.

BACA:  Melarang Bonek Datang, Melanggar Regulasi AFC

Walaupun tidak mudah menaklukkan tim besutan pelatih Jacksen Tiago, Persebaya seharusnya bisa memanfaatkan laga melawan Barito Putra di pekan ke-3 untuk memperbesar surplus gol. Di setiap laga kandang, seharusnya Persebaya bisa memetik kemenangan dengan surplus minimal 2 gol bila ingin bertengger di papan atas Liga 1.

Karena itu, gaya bermain banyak mengoper bola ke belakang di 15 menit akhir saat skor imbang, apalagi tertinggal, harus ditinggalkan. “Penyakit” ini masih terlihat dalam laga kontra Persela. Sebab, strategi semacam itu terbukti kerap menjadi awal musibah bagi Persebaya.

Itu pula yang terlihat dari Sidik Saimima dalam laga Persebaya lawan Arema FC di semifinal Piala Gubernur Kaltim. Operan Saimima ke rekannya di daerah sendiri justru menjadi petaka saat berhasil disambar Thiago Furtuoso dan menjadi awal bencana bagi kekalahan Persebaya dari rival bebuyutannya itu.

Terlepas semua catatan dari saya yang hanya sebutir debu di tribun stadion, penggawa Persebaya Surabaya tetap harus mendapat acungan jempol karena berhasil mencuri poin di kandang Laskar Joko Tingkir. Lupakan laga lawan Persela.

Saatnya berbenah untuk menyongsong kemenangan melawan Barito Putra di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, Ahad (8/4). Salam satu nyali, wani! (*)

*) Hari Setiawan, tinggal di harisetiawan.com dan twitter @harisetiawan165

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display