Persebaya gagal mempertahankan keunggulannya atas tim tamu Sriwijaya FC. Skor 1-1 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.
Sebetulnya anak asuhan Alfredo Vera ini tidak kalah kualitas dari tim tamu yang bertabur bintang. Terbukti hingga menit ke-44 permainan Misbakus Solikhin dkk lebih dominan dibanding dengan Laskar Wong Kito ini. Ketidakhadiran Nelson Alom karena cedera ditutupi dengan apik oleh Izaac Wanggai yang kali ini mendapatkan menit bermain sejak awal pertandingan. Izaac sendiri bermain selama 57 menit sebelum kemudian digantikan oleh Rendi Irwan. Catatan statistik Wanggai adalah persentase umpan berhasil 92 persen, sentuhan 18 kali, intersepsi sebanyak 2 kali, bloking sekali, sapuan bersih dua kali dan kreasi peluang sebanyak dua kali.
Pembuktian pertama adalah gol cepat David da Silva di menit ke-10. Gol ini tercipta karena da Silva mampu mengolah umpan silang yang dikirimkan oleh Oktafianus Fernando. Dengan penempatan yang tepat plus sedikit skill individu dengan melewati dua pemain Sriwijaya, da Silva mampu menceploskan tendangan mendatar kaki kiri dengan terarah ke tiang jauh gawang Teja Paku Alam. Gol kelima David “Robocop” da Silva sepanjang musim ini.
Setelah unggul, para pemain Persebaya berupaya bermain lepas dan menciptakan beberapa peluang. Dua bek sayap, Ruben Sanadi dan Abu Rizal, bergantian menekan pertahanan Sriwijaya yang dikomandoi oleh Hamka Hamzah. Tim lawan juga berulang kali menekan gawang Persebaya Surabaya, kendati beberapa kali upaya anak asuhan Pelatih Rahmad Darmawan ini terhalang oleh jebakan offside yang diperagakan dengan baik oleh para pemain lini belakang Green Force.
Petaka terjadi di menit ke-45, ketika Osvaldo Haay terpeleset di sepertiga akhir pertahanan Persebaya saat akan mengumpan bola ke Ruben Sanadi. Bola lepas tersebut mampu dioptimalkan dengan baik oleh Makan Konate yang memberikan umpan datar kepada Beto Goncalves. Beto kemudian menghukum kesalahan Haay ini dengan pilu. Tendangan kerasnya merobek gawang Miswar Saputra. Gol penyeimbang ini begitu sesak di dada para penonton dan Bonek di seantero negeri. Hasil imbang ini berlanjut hingga turun minum.
Di babak kedua, inisiatif serangan malah banyak dilakukan oleh tim tamu. Di kubu tuan rumah penyakit lama kembali kambuh. Sektor kiri pertahanan yang diisi oleh Ruben Sanadi kembali menjadi eksploitasi sumber awal penyerangan Hamka Hamzah dkk. Selain itu, sektor depan sepertinya terjadi kebuntuan. Seperti Osvaldo Haay seperti kurang bermain lepas ketika bermain di kandang sendiri. Beberapa peluang memang berhasil dikreasikan olehnya. Namun akan lebih baik jika bola tersebut dioperkan ke kawannya yang longgar, seperti peluang di menit ke-56.
Pergantian pemain ganda di menit ke-57 yang menarik Izaac Wanggai dan Osvaldo Haay dengan Rendi Irwan serta Ferinando Pahabol sepertinya membawa angin segar. Terbukti beberapa tusukan-tusukan berbahaya tercipta dari Rendi Irwan dan Pahabol. Sayang dalam beberapa kesempatan Pahabol terlalu lama membawa bola. Ini menjadi PR tersendiri bagi tim pelatih Persebaya.
Penalti di menit ke-60 pun harusnya bisa dimaksimalkan. Yang jadi pertanyaan, kenapa David da Silva bersikukuh mengambil tendangan ini? Bukankah seharusnya ini adalah jatah dari sang kapten, Misbakus Solikhin? Okelah penalti ini akhirnya gagal dikonversikan menjadi sebuah gol. Okelah setiap striker top di muka bumi ini pernah gagal menendang penalti. Tapi, di saat krusial seperti ini sudah seharusnya tendangan 12 pas ini diambil oleh yang ditugasi mengambil. Ini dari sudut pandang saya ya. Anda boleh setuju, boleh tidak!
Selepas kegagalan penalti ini, permainan Green Force terlihat sedikit berantakan. Sektor kiri yang berlubang, sektor tengah yang kurang kuat dalam bertahan dan sektor penyerangan yang tumpul semakin memperkuat stigma ini. Masuknya Rishadi Fauzi seperti tak membantu. Hanya ada beberapa pemain yang bermain heroik kali ini. Abu Rizal Maulana dan Oktafianus Fernando beberapa di antaranya.
Beruntung Persebaya tak kalah di kandang kali ini. Kompetisi memang masih panjang. Namun kalau masih bermain di kandang seperti kali ini, posisi berapa yang kalian ingin capai rek? Main di kandang itu semangatnya harus berlipat-lipat. Jangan grogi!
Kami (tak) hanya haus gol kamu. Tapi kami (juga) ingin kalian bermain ngosek. Seperti halnya salah satu bait pada lagu Song For Pride:
Semangat kami…Tak kan…
Pernah lelah dan terhenti…
Berjuanglah… Engkau…
Demi kebanggaan kami…
Wani!