Green Force Persebaya Surabaya akhirnya mampu mempercundangi Arema FC 1-0. Kemenangan ini tentu saja disambut gembira oleh para Bonek yang beberapa hari sebelum pertandingan memperlihatkan militansinya dalam berburu tiket. Kapasitas Gelora Bung Tomo benar-benar penuh sesak oleh kehadiran mereka. Nyanyian demi nyanyian terus menggema selama 2×45 menit nyaris tanpa jeda. Berbagai spanduk dari bermacam ukuran menjadi bumbu menarik dari tribun penonton.
Di tulisan ini saya mencoba mengulas serta menganalisa sedikit mengenai pertandingan tadi. Memulai pertandingan dengan taktik kejutan, di mana coach Alfredo Vera memilih Rishadi Fauzi dan kapten Rendi Irwan sebagai starter. Keduanya terakhir bermain sebagai starter adalah di matchday kedua ketika melawan Persela di Lamongan. Robertino Pugliara juga di pasang langsung dari menit pertama.
Di babak pertama, Persebaya sangat dominan dalam menguasai jalannya pertandingan. Ball possession 70-30 serta shot on goal 9 berbanding 1 menunjukkan bagaimana Bajul Ijo unggul secara permainan. Namun tidak adanya gol yang tercipta memperlihatkan lini depan yang masih kurang tajam.
Di babak kedua, praktis pertandingan seperti hanya dimiliki oleh Persebaya secara mutlak. Serangan demi serangan terus mengalir deras. Arema FC sendiri bermain bertahan lebih ke dalam lagi dan nyaris menempatkan seluruh pemain mereka di daerah sendiri. Irfan Jaya, David da Silva, dan Misbakus Solikin dimasukkan untuk menggantikan Feri Pahabol, Rishadi Fauzi dan Rendi Irwan.
Di tulisan sebelumnya, saya menyampaikan jika Arema FC sangat rawan kebobolan di atas menit ke 70 dan benar, kebuntuan kali ini pun pecah di menit ke 83. Adalah Cak Misba yang mencatatkan namanya di papan skor, 1-0 untuk Bajul Ijo. Setelahnya, baru Singo Edan bermain lebih keluar dan terjadi jual beli serangan. Akhirnya pertandingan selesai dan Persebaya berhasil membungkus 3 poin dari derby ini. Dengan hasil ini Green Force naik ke papan atas dan bertengger di peringkat 4 melalui raihan poin 11.
Dari catatan permainan secara keseluruhan Persebaya bermain baik, cepat dan mendominasi. Green Force juga bermain cukup ngeyel dengan pressing tinggi dan tempo cepat nyaris di sepanjang pertandingan. Meraih poin penuh dengan cleen sheet, secara fair, credit dan acungan jempol juga harus diberikan kepada coach AV dengan strateginya kali ini.
Setelah terakhir kali melawan Perseru, Persebaya akhirnya berhasil kembali meraih kemenangan dengan bermain cleen sheet alias tanpa kebobolan. Keputusan coach AV dengan menyimpan DDS dan menampilkan Rishadi Fauzi terlebih dahulu dinilai tepat untuk menguras fisik dan konsentrasi para pemain bertahan Arema.
Semenjak masuk, DDS langsung nyetel, membuat lini belakang Arema kocar-kacir dan ”menghasilkan” 2 kartu kuning untuk pemain Arema setelah dia dilanggar keras. Pilihan pemain yang ditampilkan di semua lini juga secara umum berhasil bermain dengan gemilang dari awal. Pun demikian dengan pilihan memasukkan Irfan Jaya dan Misbakus Solikin. Nama terakhir bahkan menjadi penentu kemenangan.
Berkaca pada pertandingan tadi, mungkin kritik atau saran yang bisa diberikan adalah masih belum maksimalnya lini serang dalam mengkonversi peluang demi peluang. Dari total 16 tembakan, 3 di antaranya yang on goal dan yang masuk 1. Konsentrasi lini belakang juga agar dapat ditingkatkan lagi terutama pada menit-menit crucial, jika menilik dari beberapa peluang Singo Edan di akhir babak pertama dan babak kedua. Kedisplinan saat naik ataupun turun harus diperbaiki lagi. Selebihnya, terlepas dari kemenangan dengan satu gol, Persebaya terlihat cukup superior kali ini.
Jika menengok dari penampilan di lapangan, hasil dan statistik pertandingan, bisa jadi Persebaya pelan-pelan telah menemukan pakemnya. Instruksi coach AV untuk bermain dengan tempo dan pressing tinggi mampu diperlihatkan secara konsisten hampir selama 90 menit. Variasi serangan juga cukup beragam. Apabila dilihat dari lini perlini, komposisi dasar tim ini juga mulai terlihat. Untuk lini belakang, sambil menunggu kembalinya Otavio Dutra, line up dari pertandingan kali ini mungkin dapat dipertahankan. Hanya disiplin dan konsentrasi yang perlu ditingkatkan, terutama dikala transisi saat harus turun dengan segera dari situasi menyerang ke bertahan.
Trio lini tengah juga menunjukkan permainan yang baik dalam menjadi sumber kreasi penyerangan. Ini ditunjukkan dengan variasi umpan-umpan, baik itu panjang maupun tiki-taka pendek merapat. Hampir jarang kita saksikan di pertandingan ini serangan umpan lambung dari lini belakang langsung ke depan. Hampir semua melalui lini tengah. Ini menunjukkan kinerja serta ngeyelnya para gelandang dalam menyusun serangan serta dalam memotong serangan lawan. Komposisi di lini ini dapat dipertahankan dengan rotasi yang disesuaikan dengan kondisi dan strategi tim.
Yang juga menarik adalah komposisi trisula di lini depan. Variasi dan pergerakan di sektor ini tadi sangat merepotkan Arema FC. Dengan pulihnya Irfan Jaya, ditambah nanti kembalinya Osvaldo Haay dari timnas serta tetap nyetelnya Rishadi “Fauzimovic”, menjadikan opsi di lini ini semakin beragam.
Khusus untuk Irfan Jaya, dari penampilannya yang cukup baik tadi, saya berharap agar segera menemukan kembali permainannya seperti dulu yang mampu mengantarkannya menjadi pemain terbaik Liga 2. Secara keseluruhan, ketajaman para penggedor berupa finishing touch dalam mengkonversi peluang harus ditingkatkan.
Kini saatnya kita para Bonek mensyukuri raihan dan hasil dari laga tadi. Adanya beberapa catatan minor baik dari atas lapangan maupun dari sektor tribun tidak mengurangi kesuksesan laga akbar ini. Khusus untuk dulur Bonek, kehadiran dan support yang ditampilkan tadi sangat luar biasa. Faktor ini juga yang ditenggarai mampu mendukung kondisi fisik para pemain untuk bemain trengginas di sepanjang pertandingan tanpa lelah. Setelah ini Green Force akan kembali melawat ke Kalimantan untuk menghadapi ujian lainnya melawan Borneo FC. Semoga pakem tim semakin paten dan hasil positif dari laga ini akan berlanjut minggu depan.
Salam satu nyali, WANI!