Persebaya Bermain Monoton dan Miskin Fantasi

Osvaldo Haay saat lawan PS TIRA. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

EJ – Persebaya menelan kekalahan ke-8 musim ini usai ditaklukkan PS TIRA di Gelora Bung Tomo, Selasa (11/9) kemarin. Kekalahan ke-8 tersebut membuat Rendi Irwan dan kawan-kawan hingga pekan ke-21 masih terjerembab di papan bawah.

Kekalahan Persebaya pada laga debut pelatih Djadjang Nurdjaman membuat posisi Bajul Ijo di papan klasemen Liga 1 semakin terancam. Baru mengoleksi 25 poin dari 21 pertandingan, Persebaya kini hanya berjarak dua poin saja dari zona relegas.

Pada laga kontra PS TIRA kemarin, Persebaya memang pantas meraih hasil buruk. Sepanjang laga, skuat Green Force gagal menunjukkan identitas permainan yang menjadi ciri khas Persebaya selama ini.

BACA:  Rachmat Irianto Akan Terapi Cedera di Jakarta

“Menurut saya, Persebaya semalam bermain monoton tanpa determinasi. Yang lebih disayangkan lagi, mereka bermain miskin fantasi. Terlepas dari pemain-pemain PS TIRA yang lebih cerdik membaca situasi,” ungkap Dhion Prasetya dari komunitas Pemerhati Sejarah Persebaya.

Iklan

Kurangnya kreativitas dari lini tengah membuat Persebaya kesulitan menembus pertahanan PS TIRA. Para juru gedor Bajul Ijo seperti menemui tembok tebal PS TIRA yang digalang oleh Abu Bakr Radanfah dan kolega.

BACA:  Nyanyian Iwak Peyek dari Bonek untuk Abah Imron

“Aliran bola kesukaan David da Silva pun tidak terlihat. Ditambah lagi, kreativitas yang biasa muncul dari sayap dan second line pun tidak muncul,” imbuhnya.

Kurangnya determinasi dan kreativitas dalam membongkar pertahanan lawan inilah yang menjadi pekerjaan rumah Djadjang Nurdjaman. Menurut Dhion, Djadjang harus segera mengevaluasi tim sebelum menghadapi Sriwijaya FC di pekan selanjutnya.

“Ada beberapa hal yang harus diperbaiki. Salah satunya adalah fihting spirit pemain. Pemain juga harus lebih kreatif menciptakan peluang,” ujar penulis buku Persebaya and Them tersebut. (rvn)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display