Mengapa Saya Mem-Bonek-kan Anak-Anak Saya

Anak-anak saat Persebaya vs PS TIRA.
Iklan

Saya memiliki dua anak (8 tahun dan 3,5 tahun). Tiga tahun lalu, mereka tidak mengenal apa itu Persebaya dan siapa itu Bonek. Sampai pada suatu waktu (saat itu Bonek demo di rumahnya SIM di wilayah Surabaya Timur), kedua anak saya terjebak kemacetan dan di antara Bonek yang sedang melakukan demo. Mereka bertanya, “Itu siapa? Dan mau apa?” Dengan simple saya jawab sampai rumah akan papa jelaskan semuanya.

Sampai di rumah saya bukakan semua video tentang Persebaya yang dipaksa mati oleh federasi. Di situlah anak saya mulai mengenal Persebaya dan Bonek. Sampai saat ada aksi bela Persebaya, saya ajak anak-anak untuk ikut aksi bela Persebaya dan mereka menikmatinya. Setelah Persebaya diakui dan berlaga di Liga 2, hampir semua laga home Persebaya saya selalu ajak anak-anak ke stadion dan lambat laun dengan seiringnya waktu darah mereka telah hijau dan nyali mereka WANI.

Sampai akhirnya Persebaya berlaga di Liga 1, kami sekeluarga selalu hadir di laga home Persebaya. Dan di sinilah muncul ucapan dan orang-orang (baik yang saya kenal, maupun yang berpapasan dengan kami waktu kami berangkat mBonek). Mereka berkata “Anak kok diajari mBonek” dan tidak hanya sekali dua kali pernyataan itu kami dengar tetapi sering sekali. Pada waktu itu kami hanya jawab dengan senyum. Karena kami merasa gak ada pentingnya juga adu argumen dengan mereka.

BACA:  Kejanggalan-Kejanggalan Laga Martapura FC vs Persebaya
Anak-anak saat aksi Bela Persebaya

Melalui media ini, kami ingin menjelaskan kenapa kami mem-Bonek-kan anak-anak kami. Sebelum kami mengambil langkah untuk mengenalkan Persebaya dan mem-Bonek-kan anak, kami selaku orang tua sudah berfikir panjang apa dampak dan akibatnya untuk anak-anak kami kelak.

Iklan

Kami memilih untuk mem-Bonek-kan anak-anak karena menurut kami dengan menjadi Bonek, kami sangat terbantu untuk membentuk mental anak-anak dalam menghadapi kehidupannya kelak. Dengan memilih menjadi Bonek, ada beberapa poin yang bisa kami ambil hikmahnya, antara lain:

Kesabaran: Bonek dituntut bersabar lebih dari 5 tahun untuk mengembalikan Persebaya di Liga Indonesia.

Berjuang tanpa kenal menyerah: 5 tahun Bonek berjuang tanpa mengenal waktu dan biaya demi Persebaya.

Kesetiaan: Di saat Persebaya terpuruk, Bonek tetap mengawal untuk bangkit bersama.

Pengorbanan: Demi mengawal kebanggaan Bonek rela melakukan apa saja (dalam hal ini tindakan yang positif).

BACA:  Persebaya “Bukan” Tim Promosi

Kebersamaan: Bonek selalu bersama-sama dan berbagi demi mengawal Persebaya.

Sosial: Yang membangun musholla di GBT dengan tujuan mendekatkan diri Kepada Yang Kuasa siapa? Bonek juga sedang mendirikan panti asuhan, tindakan kemanusiaan selalu ada, dll.

WANI: Bonek berani “WANI” melakukan apa saja demi sebuah kebenaran.

Apakah ada alasan lain kalian memiliki pernyataan “Anak kok diajari mBonek.”
Apa karena Bonek tukang maling gorengan?
Apa karena Bonek tukang rusuh?

Maaf itu hanya sebagian kecil orang yang memanfaatkan nama Bonek untuk keperluan pribadi mereka. Perlu kami jelaskan betapa besar dan seksinya nama Bonek di Indonesia. Jika ada yang negatif tentang Bonek semua berbondong-bondong mengupas tuntas. Jika ada yang positif dari Bonek mereka pura-pura buta dan tuli. WANI!

Untuk kekalahan kemarin lawan PS TIRA, anak kami berucap pada waktu meninggalkan stadion, “Pa… sampaikan ke pemain Persebaya jangan menyerah. Ayo bangkit, jika besok menang (vs Sriwijaya), saya akan bancakan di sekolah (itulah nazarnya).”

Bermainlah dengan hati dan cinta, seperti ia tulus mencintaimu tanpa kenal lelah.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display