Melahirkan atau Membeli Bintang, Pilih Mana Green Force-ku?

Persebaya berlatih di Stadion Jenggolo, Selasa (4/12). Foto: Yosia Reborn for EJ
Iklan

Musim 2018 telah usai. Persebaya, sebuah tim promosi asal Surabaya berhasil finish pada posisi papan atas, tepatnya posisi kelima. Sebuah hasil yang memuaskan untuk seukuran tim promosi.

Sebutan tim promosi memang tidak berlebihan, jika kita menilik pada awal musim dengan persiapan yang sangat berat. Termasuk ketika Azrul Ananda, Presiden Persebaya mengatakan dalam catatannya Terima Kasih Sudah Mendukung Semampunya (2018) bahwa Persebaya merugi dikisaran Rp 9 Miliar saat berkompetisi di Liga 2. Bahkan Azrul menambahkan jika nilai tersebut belum termasuk angka pelunasan gaji tahun-tahun sebelumnya.

Maka, tidak berlebihan apabila pergerakan Green Force di bursa transfer musim lalu tidak terlalu agresif, khususnya untuk sektor pemain asing. Sebuah artikel dari portal berita Indosport yang berjudul Klub Termahal dan Termurah yang Berlaga di Liga 1 2018 menyebutkan bahwa Persebaya Surabaya memiliki skuad termurah untuk musim 2018. Nilai pasarnya sekitar EUR 700.000 atau sekitar Rp 11,6 Miliar. Data ini bersumber dari transfermarkt, sebuah situs yang mencatat lalu-lintas pemain sepak bola dunia.

Wajar. Hal tersebut tidak lepas dari kebijakan Persebaya yang ingin mengembangkan potensi pemain muda. “Pondasi tim kita yang dari Liga 2 ternyata lumayan. Dan ini muda-muda, jadi kita punya prospek. Kalau bukan tahun ini, dua-tiga tahun lagi ini tim masih punya potensi untuk berkembang. Dengan penambahan yang tepat, kita yakin bisa membangun tim yang luar biasa,” ujar Azrul Ananda dalam wawancaranya Azrul Ananda Bicara Bursa Transfer, Pemain Lokal dan Asing Persebaya (2018).

Iklan

Fokus Pembinaan

Sejak dahulu, Persebaya dikenal sebagai tim yang selalu melahirkan bintang. Ketika Persebaya menjuarai Perserikatan 1987-1988, ada Mustaqim, Syamsul Arifin, Putu Yasa, Maura Hally, Budi Yohanes, Yongki Kastanya dan Yusuf Ekodono. Setelah itu, muncul generasi baru seperti Uston Nawawi, Anang Ma’ruf, Bejo Sugiantoro hingga Andik Vermansyah dan Evan Dimas. Jangan lupa juga Rachmat Irianto, yang menjadi tumpuan timnas di kelompok usia. (Koran Jawa Pos, 13 Juni 2017 hlm. 22)

Ah, rasanya tidak ada pembinaan yang sekeren ini. Persebaya selalu berpikir untuk jangka panjang demi menghasilkan bintang-bintang pada masa mendatang. Bahkan ketika dualisme 2010 lalu pun kompetisi internal ini tetap berjalan. Ini menunjukkan bahwa proses pembinaan sangat diperhatikan dan menjadi prioritas.

BACA:  Harga Diri (Tidak) Hanya di Hadapan Arema FC

Musim lalu, tim Persebaya U-19 dikirim ke Australia untuk pemusatan latihan. Sebuah keputusan yang sangat positif. Sebab, kita tahu mungkin sangat jarang ada sebuah tim yang mengirim tim kelompok umur-nya ke berbeda Benua untuk sekedar pemusatan latihan. Dan, Persebaya melakukannya. Hasilnya sangat spektakuler, Tidak Terkalahkan!. U-16 yang kiprahnya terhenti di babak 8 besar Elite Pro Academy juga tidak bisa dikatakan hasil yang buruk. Pun demikian dengan PS Kota Pahlawan yang hampir melaju ke babak 32 besar Nasional Liga 3.

Persebaya dikenal sebagai tim yang sangat pede untuk memberi kepercayaan kepada pemain muda lulusan kompetisi internal. Oke rek, sekarang mari kita bicara dengan data. Musim 2018, Persebaya memiliki banyak pemain jebolan internal. Laga melawan PSIS Semarang di Magelang menjadi yang paling sedikit menurunkan starter dari jebolan internal, hanya satu yakni Oktafianus Fernando. Sedangkan yang paling banyak adalah ketika away ke Serui, dengan tujuh pemain starter. Bahkan sebutan “ The Winning Team” coach Djanur yang berhasil melibas tim-tim besar ternyata rata-rata menggunakan lima pemain lulusan internal (selengkapnya lihat tabel).

Jika dirata-rata secara menyeluruh, musim ini 36 persen pemain starter Persebaya berasal dari jebolan internal. Artinya, pelatih masih mempercayai kualitas lulusan internal untuk bersaing dalam kompetisi kasta tertinggi Indonesia.

Tabel: Pemain jebolan internal yang menjadi starter di Persebaya musim ini

Pekan Lawan Jumlah Starter Prosentase (%)
1 Perseru Serui 5 45
2 Persela Lamongan 4 36
3 Barito Putera 3 27
4 PS Tira 4 36
5 Sriwijaya FC 5 45
6 Mitra Kukar 4 36
7 Arema FC 4 36
8 Borneo FC 3 27
9 Persib Bandung 5 45
10 Madura United 5 45
11 Persipura Jayapura 4 36
12 Persija Jakarta 3 27
13 PSM Makassar 4 36
14 Bali United 2 18
15 Bhayangkara FC 2 18
16 PSMS Medan 2 18
17 PSIS Semarang 1 9
18 Perseru Serui 7 64
19 Persela lamongan 5 45
20 Barito Putera 4 36
21 PS Tira 3 27
22 Sriwijaya FC 3 27
23 Mitra Kukar 3 27
24 Arema FC 3 27
25 Borneo FC 2 18
26 Persib Bandung 5 45
27 Madura United 5 45
28 Persipura Jayapura 5 45
29 Persija Jakarta 5 45
30 PSM Makassar 5 45
31 Bali United 5 45
32 Bhayangkara FC 5 45
33 PSMS Medan 4 36
34 PSIS Semarang 6 54
RATA-RATA 36
BACA:  Gelora Persebaya

 

Jadi, Melahirkan atau Membeli?

Melihat kondisi saat ini, hal yang paling rasional untuk Persebaya adalah melahirkan pemain bintang. Membeli pun bisa aja, namun sepertinya hal itu bukan prioritas dari tim. Bukan tanpa alasan ketika manajemen Persebaya mengirim pasukan muda Bajol Ijo ke Australia dalam rangka pemusatan latihan. Ada harapan untuk para pemain muda tersebut di masa yang akan datang. Para pemain muda musim ini di skuad senior juga banyak belajar dari debutnya di Liga 1 2018. Dengan merasakan pengalaman kompetisi kasta tertinggi musim lalu, tentu musim depan akan lebih mudah bagi mereka untuk berkembang menjadi lebih baik lagi.

Saya tidak setuju jika ada yang beranggapan bahwa Persebaya adalah tim yang pelit. Sepak bola sudah memasuki era modern, di mana segala keuntungan yang diperoleh tentu akan digunakan untuk hal yang positif. Modal tim yang lebih baik, infrastruktur tim equipment, software, sport science, fasilitas latihan dan masih banyak lagi seperti yang dijabarkan Presiden Klub dalam video Keuntungan Buat Apa? di kanal YouTube resmi Persebaya. Sudah bukan jamannya untuk saling mencurigai satu sama lain tentang aliran keuntungan.

Persebaya tidak perlu jor-joran membeli pemain bintang. Masih ada banyak pekerjaan rumah (PR) untuk merevolusi Persebaya. Memperkuat struktur PT, program pembinaan yang komprehensif, marketing, menjalankan business plan untuk menjaga tim di masa yang akan datang. Semua membutuhkan lebih dari sekedar uang dan tenaga. Mari kita kurangi sifat egoisme dalam diri masing-masing, agar pelatih tidak merasakan adanya intervensi untuk memilih kebutuhan tim. Pun juga agar Persebaya masih terus dapat menelurkan bintang-bintang baru masa mendatang untuk Persebaya dan Indonesia.

Saya selalu ingat dengan kata-kata legendaris, “Nama Persebaya lebih besar dari pada siapapun”. Maka, mari kita bersama-sama terus menjaga nama besar Persebaya Surabaya.

Salam Satu Nyali, WANI!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display