Persebaya dan Investasi di Tengah Kompetisi yang Tak Pasti

Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Beberapa hari ini, Bonek dibuat resah dengan geliat di bursa transfer Liga 1. Pemain incaran atau lebih tepatnya, pemain idola bonek satu per satu lepas ke klub lain. Andik Vermansah berlabuh ke Madura United dan Evan Dimas ke Barito Putera. Bonek pun tambah gemes melihat striker andalannya, David da Silva juga telah memilih berkarier di luar negeri.

Kegemasan Bonek ini tentunya sangat beralasan. Saya pribadi sebagai seorang Bonek juga gemas melihat pemain ini satu per satu lepas dari Persebaya. Siapa yang tidak ingin melihat permainan Persebaya yang yahud ditambah dengan sederet pemain yang punya nama tentu akan menambah gairah dalam menonton pertandingan Persebaya.

Namun ada pendapat menarik yang dikatakan oleh mas Dhion Prasetya, salah satu pengamat Persebaya. Beliau mengatakan bahwa salah satu penyebab manajemen belum bergerak adalah kabar kompetisi liga 1 tahun 2019 yang belum jelas bergulirnya kapan. Belum jelasnya kompetisi ini bisa menjadi batu sandungan mengingat akan berakibat pada tidak jelasnya program yang akan disusun manajemen.

BACA:  Bersamaan Jadwal Timnas, Persija vs Persebaya Bisa Digelar di Surabaya

Oke mari kita mencoba berpikiran lain. Jika diibaratkan Persebaya adalah sebuah perusahaan (pada dasarnya memang perusahaan karena berbentuk PT) investasi pemain di saat kompetisi belum pasti berjalan adalah sebuah kesia-siaan. Pak Azrul sebagai “nahkoda” tentunya akan berpikir seribu kali lipat untuk merekrut pemain sementara kompetisi belum pasti berjalan.

Iklan

Ketika Persebaya sudah merekrut seorang pemain bintang dengan harga milyaran tentunya akan menambah beban pengeluaran untuk tim Persebaya. Pengeluaran tanpa diimbangi pemasukan yang jelas adalah sebuah momok menakutkan bagi perusahaan manapun. Tentunya ini akan mempengaruhi perusahaan dan dapat membuat perusahaan ini kolaps.

Jika kompetisi belum pasti berjalan kapan waktunya, mengandalkan pemasukan dari tiket tentunya tidak bisa diharapkan dikarenakan ketiadaan pertandingan. Sedangkan mengandalkan pemasukan dari sponsor juga merupakan hal yang susah karena kompetisinya belum jelas. Maka yang dapat diandalkan untuk menambah pos pemasukan adalah penjualan dari bisnis merchandise. Dari bisnis merchandise tentunya kita dapat berpikir, apakah mampu menutupi pengeluaran yang harus dikeluarkan setiap bulannya bila kompetisi terus mandeg?

BACA:  Ini Harga Tiket Barito vs Persebaya, Bonek Dijatah 1000 Tiket di Tribun Utara

Kasus mafia skor yang sedang melanda persepakbolaan Indonesia mungkin jadi perhatian khusus jajaran manajemen beserta tim. Bila nantinya kasus ini mengakibatkan kompetisi sepak bola Indonesia di-banned seperti dahulu kembali maka sejumlah pemain yang telah dikontrak mahal tersebut akan sia-sia dan akan menambah beban bagi klub.

Namun investasi tetaplah investasi. Resiko kerugian akan selalu ada. Persebaya sebagai sebuah perusahaan tentunya harus lebih berani mengambil keputusan. Saya berpendapat resiko apapun harusnya siap dihadapi Persebaya. Persebaya mempunyai Bonek yang sangat loyal. Bonek adalah modal terbesar yang dimiliki Persebaya dalam menghadapi situasi dan kondisi sesulit apapun. Termasuk resiko bila nantinya kelanjutan kompetisi yang masih belum jelas kapan berlangsungnya.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display