Persebaya, Tidak Ada Salahnya Belajar dari Kisah Liverpool

Foto: Joko Kristianto/EJ
Iklan

Pertama-tama saya ucapkan selamat kepada Liverpool yang baru saja memenangkan Piala Liga Champions untuk keenam kalinya.

Kisah Liverpool ini cukup dongeng dan bisa menginspirasi banyak klub di seluruh dunia bahwa untuk jadi juara uang bukan segala. Tapi untuk juara klub juga butuh uang yang tidak sedikit.

Liverpool sebagai salah satu klub punya nama besar di Inggris maupun di Eropa faktanya juga pernah tenggelam mengalami masa kelam yang sulit, terlilit hutang ratusan juta pounds yang sempat membuat mereka menjadi klub medioker.

Namun sejak investor baru bernama FSG (Fenway Sports Group) asal Amerika Serikat mengambil-alih saham mayoritas Liverpool dari George Gillett dan Tom Hicks, Liverpool saat ini telah berubah menjadi salah satu Klub Eropa dengan pemasukan yang fantastis juga finansial yang sehat.

Iklan

FSG sendiri bukanlah “Sugar Daddy” seperti Roman Abramovic (pemilik Chelsea) atau Sheikh Mansour (pemilik Manchester City) yang rela menggelontorkan banyak dana untuk mendatangkan pelatih hebat dan banyak pemain hebat agar klubnya segera juara. Praktis FSG hanya fokus melunasi hutang-hutang Liverpool di masa lalu dan mengubah sistem manajerial di Liverpool agar klub ini lebih sehat dan bermartabat.

BACA:  Siapa Akan Bangkit Persebaya atau Persis Solo?

Proses ini memakan waktu yang sangat lama. Sejak 2010 FSG mengakuisisi mayoritas saham Liverpool, barulah di 2018/2019 ini Liverpool bisa mengangkat piala prestisius yaitu Liga Champions.

Juaranya Liverpool di Liga Champions 2018/2019 juga bukan tanpa proses yang instan. Di masa lalu Liverpool dicap sebagai klub yang hanya mencetak pemain-pemain berbakat lalu dijual dengan harga tinggi untuk menambah pemasukan. FSG pasti menyadari bahwa untuk menjadi tim yang juara tentu harus punya modal yang besar.

Pada tahun 2015 setelah finansial Klub mulai sehat dan stabil, FSG memulai gerilya pertamanya untuk membawa Liverpool jadi Tim Juara dengan merekrut pelatih Top asal Jerman yaitu Jurgen Klopp. Sejak saat itu pemain-pemain dengan harga selangit mulai didatangkan ke Liverpool seperti kiper Allison Becker yang sempat menjadi kiper termahal sebelum Kepa Arrizabalaga direkrut Chelsea. Kemudian Bek tangguh yang juga termahal sejauh ini yaitu Virgil Van Dijk. Belum lagi pembelian cerdik seperti M. Salah, Sadio Mane, Fabinho, Robertson dll.

Intinya untuk jadi juara butuh keuangan yang sehat, butuh modal yang besar.

BACA:  Bonek Menolak Dutra

Sejatinya Liverpool juga punya akademi yang modern dan profesional tetapi mereka masih belanja pemain jor-joran. Begitu juga Real Madrid, begitu juga Barcelona, begitu juga Manchester United. Semua klub besar Eropa pasti punya akademi pembinaan pemain muda yang besar, modern dan profesional. Namun demi juara dan menjaga reputasi nama besar mereka selalu rela menggelontorkan banyak uang untuk merekrut pemain hebat.

Kisah ini tentu bisa menginspirasi Persebaya. Bahwa nama besar saja tidak cukup. Untuk jadi juara dan menjaga reputasi nama besar maka dibutuhkan pemain dan pelatih yang hebat yang punya mental juara.

Semuanya bukan isapan jempol belaka. Nama besar sudah ada, modal basis suporter besar juga sudah ada, stadion dengan kapasitas besar juga sudah ada. Semua hanya kembali ke Presiden Klub Persebaya ingin Persebaya yang seperti apa? Apakah hanya ingin menjadi klub medioker yang hanya mengorbitkan pemain-pemain muda saja atau jadi klub juara yang selalu bersaing nyata memperebutkan gelar juara?

Salam Satu Nyali – You’ll Never Walk Alone

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display