Yoyok Sukawi Seharusnya Malu Pada Panser dan Snex

Foto: EJ
Iklan

CEO PSIS Semarang, A.S. Sukawijaya alias Yoyok Sukawi, menyalahkan Bonek atas pertandingan yang sempat terhenti setelah Persebaya mencetak gol ke-4, Jumat (20/9/2019). Padahal, sudah jelas suporter PSIS masuk ke lapangan karena memprotes kinerja manajemen dan Panpel.

Asal persoalannya adalah karena pertandingan digelar tanpa penonton. Sejak awal, Bonek dan suporter Semarang sudah sama-sama kecewa kenapa pertandingan harus berlangsung tanpa penonton. Penjelasan Panpel tak bisa dinalar: karena big match dan berpotensi mengganggu keamanan.

Alasan itu tak masuk akal karena memang Panser Biru dan Snex punya hubungan mesra dengan Bonek. Bahkan pertandingan itu sejak awal hendak dijadikan sebagai ajang bersilaturahmi. Niat baik itu yang justru dihalangi Panpel.

Sebagai suporter, aksi Pak Wareng sebagai tokoh Panser Biru masuk ke lapangan untuk protes cukup bisa dipahami. Alasan permaklumannya logis dan sederhana: emosi itu timbul karena kecintaan terhadap tim. Jika sejak awal pertandingan digelar dengan penonton, harusnya suporter Semarang bisa memenuhi tribun untuk memberikan dukungan penuh. Dan itulah yang hendak disampaikan ketika turun ke lapangan.

Iklan

Suporter Semarang juga menuntut agar hal serupa tak terjadi lagi di big match selanjutnya. Sudah jelas suara yang terdengar: “isin lho pak, isih ono 2 pertandingan neh, musuh PSS karo Arema.”

Suporter Semarang khawatir 2 pertandingan itu kembali digelar tanpa penonton. Karena itu mereka menuntut kepastian. Ironisnya Yoyok Sukawi yang mencoba menenangkan, tak sanggup memberikan kepastian. Dia hanya mampu meminta ke Pak Wareng dan lainnya untuk bersabar agar pertandingan bisa dilanjutkan.

Alih-alih instrospeksi, Yoyok Sukawi justru melempar kesalahan ke Bonek. Statement yang dilontarkan juga mengada-ada. “Murni kesalahan dari suporter Bonek yang memaksa masuk, menjebol pintu. Aparat keamanan kewalahan saat Bonek merangsek masuk stadion,” ujarnya sebagaimana disampaikan lewat berbagai media.

BACA:  PSIS Waspada Diogo Campos, Berharap Ketajaman Bruno Silva

Faktanya, Bonek masuk ke stadion karena dibukakan pintu. Mobilisasi massa pun begitu tertib. Oleh aparat, Bonek diarahkan masuk ke tribun timur, sedangkan suporter Semarang lewat pintu selatan. Jangankan upaya merusak fasilitas stadion, dorong-dorongan saja tak terjadi sedikit pun.

Yang paling fatal, Yoyok menyampaikan narasi yang berpotensi merusak hubungan baik Bonek dengan Semarang Fans. “Teman-teman Panser Biru dan Snex terkonsentrasi di Semarang untuk menggelar nonton bareng. Setelah Bonek masuk jumlah besar, otomatis anak-anak Panser ikut masuk. Sekali lagi ini murni kesalahan Bonek,” kata Yoyok.

Kalimat itu seolah hendak mengajak Bonek dan Semarang Fans untuk saling menyalahkan satu sama lain. Padahal, proses masuk ke stadion dilalui dengan penuh kebersamaan antara Bonek, Panser Biru, dan Snex. Mereka berbaur sejak dalam perjalanan menuju stadion. Suasana begitu cair.

Banyak juga Bonek yang tiba di Jawa Tengah sebelum hari pertandingan berlangsung, menginap di rumah-rumah sejumlah komunitas atau individu Panser Biru dan Snex. Dari tempat menginap bersama itu kemudian sama-sama bergerak ke stadion, meski sudah tahu akan dihambat oleh blokade aparat di tiap perempatan jalan.

Bahwa Bonek tetap datang ke Kota Magelang, itu soal lain. Tidak ada aturan di negeri ini yang melarang warga negaranya untuk berpergian dari satu kota ke kota lainnya. Magelang bukan kota yang punya otoritas khusus sehingga untuk masuk harus pakai paspor atau visa. Dan Bonek adalah juga warga negara Indonesia.

BACA:  Gaya Cool Wolfgang Pikal Memantau Tim dari Tribun VVIP

Terlebih, tujuan kepergian ke Magelang adalah untuk bersilaturahmi. Harusnya, Yoyok malu pada Panser Biru dan Snex. Mereka menjadi tuan rumah yang baik, atas dasar solidaritas dan kesadaran dari pribadi-pribadi, tanpa ada yang membiayai. Mereka jauh lebih baik ketimbang penyelenggara pertandingan yang dapat duit dari suporter. Panpel PSIS harus belajar dari Panser Biru dan Snex dalam memperlakukan tamu.

Saling memutar cawan ciu, berbagi arak, hingga memberi makanan dan bahkan bertukar atribut dilalui. Terima kasih sebesar-besarnya wajib disampaikan dari Bonek untuk Semarang Fans. Karenanya, sepanjang pertandingan berlangsung secara bergantian lagu-lagu persaudaraan terus berkumandang. Bahkan, Bonek melantunkan anthem Bersinar dan meneriakkan chant PSIS ketika pertandingan terhenti, sebagai bentuk respect terhadap aksi protes suporter Semarang Fans sekaligus untuk mendinginkan suasana.

Sebaliknya, narasi yang disebarkan Yoyok seolah menunjukkan bahwa publik Semarang tak berkenan atas kedatangan Bonek. Dan itu bisa berdampak panjang.

Karena itu, sebelum semuanya terlambat, Yoyok Sukawi harus menarik semua ucapannya yang menyudutkan Bonek. Yoyok juga harus meminta maaf secara terbuka kepada semua pihak: Bonek, Panser Biru, Snex, serta seluruh pecinta sepak bola tanah air yang menginginkan sepak bola sebagai pemersatu, bukan pemecah belah.

Sekali lagi, harusnya Yoyok malu pada Panser Biru dan Snex.

*) Muhammad Choirul Anwar, warga negara Indonesia yang kebetulan ditakdirkan Tuhan untuk mencintai Persebaya.

**) EJ Sharing adalah rubrik yang berisi opini dari pembaca emosijiwaku.com. EJ tidak bertanggungjawab atas isi tulisan.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display