Keberanian Aji dan Angkernya GBT bagi Pemain Persebaya

Foto: Rizka Perdana Putra/EJ
Iklan

Selesai sudah pertandingan perdana Persebaya Surabaya melawan Persik Kediri pada hari Sabtu malam (29/2). Tiupan panjang peluit wasit Thoriq Alkatiri mengakhiri babak kedua pertandingan tersebut dengan skor akhir 1-1. Tim tamu sukses mencuri poin dari kandang tuan rumah pada pekan perdana Liga 1.

Ini merupakan ironi bagi Persebaya dimana sebelumnya, mereka sukses mempecundangi Persik dengan skor 3-1 pada Piala Gubernur Jawa Timur 2020. Kegagalan meraup poin penuh di kandang membuktikan bahwa Persebaya selalu kesulitan pada pertandingan pertama di dua musim terakhir. Gelaran perdana Persebaya di Liga 1 musim lalu, Persebaya takluk pada tim tuan rumah Bali United dengan skor 2-1.

Kegagalan Persebaya meraup poin penuh menjadi catatan bagi coach Aji Santoso untuk mempersiapkan lagi skema permainan tim agar lawatan ke kandang Persija Jakarta dalam lanjutan pekan kedua  tidak menjadi misi yang sia-sia. Penulis menyoroti keputusan berani dari Coach Aji Santoso di pertandingan ini. Mulai dari susunan pemain Persebaya sampai beberapa pemain yang menurut penulis underperform di laga tersebut.

Pada susunan starting XI Persebaya, coach Aji menurunkan trio gelandang di lini tengah yaitu Makan Konate, Aryn Williams, dan Hambali Tholib. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam pemilihan tersebut, namun keputusan berani coach Aji untuk menurunkan Hambali Tholib untuk mengawal lini tengah Bajol Ijo cukup membuat penulis kaget. Padahal masih ada nama M. Hidayat dan Alwi Slamat di bench pemain yang telah lebih dulu mengenal tingginya tekanan bermain di Gelora Bung Tomo dengan dukungan ribuan Bonek.

Iklan

Memang, selama pertandingan pramusim penampilan Hambali cukup apik. Bahkan pada pertemuan sebelumnya melawan Persik, Hambali berhasil menceploskan gol ke gawang Persik lewat sontekan free kick cantik. Sepertinya coach Aji ingin mengulang memori indah tersebut dengan berani memainkan Hambali di pertandingan kali ini.

Pertandingan babak pertama dimulai dengan intensitas yang lumayan tinggi. Kedua tim saling jual-beli serangan. Menurut penulis, tim tamu juga berani untuk bermain terbuka guna mengimbangi Persebaya di menit-menit awal pertandingan bahkan sampai beberapa kali mengancam gawang Persebaya. Sampai pertengahan babak pertama, Persebaya masih kesulitan untuk membongkar pertahan Persik yang bermain militan dan bahkan menurut penulis, Persik lah yang berhasil memegang kendali permainan di babak ini.

BACA:  Arti Kehadiran Pemain Muda Bagi Aji Santoso

Penulis menyoroti kinerja beberapa pemain Persebaya yang underperform terutama lini tengah Persebaya. Koordinasi dan kerjasama trio gelandang Persebaya Makan Konate, Aryn William, dan Hambali Tholib penulis rasa gagal mengawal lini tengah Persebaya, terutama Hambali. Entah grogi atau demam panggung bermain di depan ribuan Bonek yang hadir di Gelora Bung Tomo membuat sentuhan magis Hambali menjadi tenggelam. Hambali seolah menjadi invisible man di pertandingan tersebut. Ia kerap tergesa-gesa dalam memberikan umpan, melakukan kesalahan passing sampai kehilangan bola yang tidak perlu. Begitu pula dengan Makan Konate yang sepertinya juga masih grogi bermain di depan ribuan Bonek. Kerjasama keduanya seringkali tidak berjalan sehingga membuat skema satu-dua sentuhan khas Persebaya tidak terlihat atau bahkan hilang di babak pertama ini.

Dilansir dari Flashscore.com, match statisctics menunjukkan penguasaan bola sebesar 60:40 untuk keunggulan Persik atas Persebaya. Data statistik tersebut semakin menegaskan bahwa ada sesuatu yang salah di lini tengah Green Force. Namun dibalik underperform-nya kedua pemain tersebut, penulis memberikan kredit kepada Aryn Williams yang bermain spartan dalam memotong alur serangan Persik. Di babak ini, Aryn sukses dalam mengawal lini tengah Persebaya dari gempuran serangan pemain Persik.

Terhambatnya aliran bola dari tengah ini membuat trio pemain depan Persebaya kekurangan asupan bola. Beberapa kali penulis melihat Mahmoud Eid sampai harus turun ke tengah menjemput bola. Selain itu, kawalan ketat A. Ibo terhadap David Da Silva juga membuat pemain plontos tersebut mati kutu. Beruntung satu assist dari skema set piece oleh Mahmoud Eid berhasil diceploskan menjadi gol melalui sundulan Hansamu Yama Pranata. Pemain belakang ini seolah membayar lunas hutang atas handsball-nya yang menyebabkan gol penalti ke gawang Persebaya Surabaya. Skor 1-1 bertahan sampai wasit meniup peluit tanda berakhirnya babak pertama.

Pada babak kedua, Persebaya inisiatif melakukan serangan. Beberapa kali peluang yang didapatkan hampir berhasil dikonversi menjadi gol. Perubahan dilakukan oleh coach Aji dengan memasukkan Ricky Kambuaya menggantikan Hambali Tholib yang underperform. Masuknya Ricky Kambuaya cukup membawa angin segar bagi lini tengah Persebaya. Meskipun belum begitu sempurna, skema permainan yang dibangun bersama Makan Konate dan Aryn Williams cukup sukses mengobrak-abrik pertahanan Persik Kediri. Terhitung sebanyak 10x percobaan dilakukan oleh Persebaya untuk mengoyak gawang Persik di babak ini, namun sayang, dewi fortuna sepertinya masih berpihak ke tim tamu karena beberapa peluang gagal dimanfaatkan menjadi gol. Sampai akhir babak kedua, skor bertahan 1-1 bagi kedua tim.

BACA:  Lambat Panas, Persebaya Tertahan di GBT

PR Lawan Persija

Tentu catatan atas pertandingan hari ini menjadi PR bagi coach Aji untuk segera membenahi Persebaya sebelum melawat ke Ibu Kota melawan tuan rumah Persija Jakarta. Selain lini tengah yang underperform, Persebaya juga harus mewaspadai serangan balik dari lawan. Beberapa kali pemain belakang Persebaya terlihat cukup keteteran mengantisipasi serangan balik lawan. Posisi bek kiri Persebaya yang dijaga Rachmat Irianto beberapa kali menjadi sasaran empuk pemain Persik untuk mendekati gawang Persebaya. Meskipun sempat beberapa kali melakukan kesalahan dan pengambilan bola yang berisiko dari Rachmat Irianto, gawang Persebaya tetap tidak kebobolan di babak kedua ini.

Persebaya juga perlu melakukan alternatif skema serangan ketika kedua penyerang sayap Persebaya dimatikan. Selain kurang supply dari lini tengah, penulis rasa kedua penyerang sayap Persebaya pada pertandingan tadi seperti kehilangan magisnya. Tusukan-tusukan dan crossing-crossing mematikan yang biasanya di lakukan oleh Irfan Jaya dan Oktafianus Fernando seolah hilang. Catatan ini menjadi PR bagi coach Aji untuk pertandingan selanjutnya.

Secara keseluruhan, penulis berpendapat bahwa hasil imbang merupakan hasil yang adil untuk kedua tim yang sama-sama bermain terbuka dan menghibur. Meskipun dalam hati penulis tentu saja ingin Persebaya yang menang, namun dengan melihat permainan tadi semoga coach Aji dapat segera melakukan evaluasi terhadap kekurangan tim dan menemukan formula yang pas agar Persebaya kembali di jalur kemenangan. Baiknya bagi Persebaya adalah mengetahui kekurangan tim sedini mungkin sehingga masih ada cukup waktu bagi Persebaya untuk berproses membenahi diri.

Terlepas dari itu, Penulis juga harus memberikan kredit kepada semua pemain Persik Kediri yang spartan dan disiplin dalam pertandingan tadi, terutama coach Persik Joko Susilo yang belajar dari pertandingan sebelumnya, sehingga Persebaya kesulitan dalam mengembangkan permainan dan mencetak gol. Ke depan, semoga Green Force mampu tampil lebih baik lagi dan konsisten serta dapat mencuri poin penuh di kandang Macan Kemayoran Persija Jakarta.

Salam SATU NYALI… WANI!.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display