Komer Dukun Bola

Iklan

Pusing, sungguh pusing. Jika dulu ketika break tontonan sepak bola nasional, biasanya masih ada peluang untuk menonton sepak bola luar negeri di stasiun televisi. Entah itu bola Italia, Inggris, Spanyol, Jerman, Prancis, ya kalau beruntung hampir setiap hari hanya melalui layar kaca, seorang pecinta sepak bola benar-benar disuguhi tontontan dari lapangan hijau.

Hampir satu bulan, Komer, lelaki tinggi kurus berambut klimis ini bingung. Tak ada sepak bola yang bisa ia lihat kecuali tayangan ulang baik di YouTube atau televisi berbayar. Ia pun jenuh, sebab baginya hiburan adalah sepak bola, dan pekerjaan setiap hari tak lepas dari bola.

“Lek gak tekan bal-balan aku wegah golek duit,” begitu ia pernah bilang.

Ya, padahal Komer ini profesinya suka tak jelas. Setiap pagi ia bekerja sebagai guru, siangnya jualan es kopi, menjelang sore ia tak pernah absen main bola di lapangan Desa Purbosuman, jika malam ia kerja sebagai tukang servis handphone. Kalau ditanya kerjamu apa, Komer selalu jawab, “pemain bal-balan.”

Iklan

Ya, namanya juga Komer. Jadi bukan Komer cari duit di sepak bola, tapi tanpa sepak bola ia tak bisa cari duit. Bisa dilihat seminggu terakhir, ia sering ndak masuk kerja, di kantornya tidak menjalankan work from home seperti rekan-rekan lainnya.

Minggu itu, dari rumahnya terdengar suara, “Anang Ma’ruf oper kiri kepada Andi Oddang, Andi Oddang terus giring bola ke tiang dekat, melewati Bio Paulin, dan yaak… yaak.. ah, sayang sekali pemirsa. Persebaya Surabaya masih belum berhasil cetak gol ke gawang Persipura Jayapura, sehingga papan skor masih menunjukkan angka kosong kosong.”

Rupaya Komer sedang nonton tayangan ulang pertandingan Persebaya melawan Persipura melalui YouTube. Dan yang tak biasa, ya itu, bengok-bengoknya itu lho, bikin tetangga pada keluar rumah. Komer pun ingat waktu pertandingan itu ia dan temannya mbonek dari desa ke kota dengan nggandul truk.

Siang hari, jalanan menuju Tambaksari pada waktu itu sudah ramai. Jika Persebaya main di Surabaya, itu tandanya Surabaya sedang punya hajatan. Ya, meski hampir setiap pertandingannya selalu disiarkan langsung rasanya ada yang kurang jika tidak melihat pertandingan secara langsung. Meski juga harus menguras kantong hasil dari menabung atau utang temennya, malah ada yang jual barang kesayangannya demi agar bisa melihat tim kesayangannya main.

Salah satu tim lokal yang ia sukai ya Persebaya. Kalau Persebaya kalah? Ya Persebaya, kalau Persebaya kalah terus? Ya tetap Persebaya. Pokoknya Persebaya sampek kiamat, begitu katanya. Kalau di Italia ia biasanya suka AS Roma, biar sama-sama 1927 katanya. Sedang di Inggris, semua klub ia suka kecuali Manchester United. Karena yang terakhir ini, ia kadang tak disukai temannya. “Lha ngopo kok ndak seneng MU? Kan MU menangan, aneh kowe ki Mer.” “Ya biarin, pokoknya aku benci MU sampek kiamat, titik.”

Di sosial media, Komer sering mention Aji Santoso, pelatih Persebaya saat ini. Entah itu saran atau masukan. Tapi tiap kali ia mention di akun Twitter Aji Santoso selalu benar. Pernah pas jeda pertandingan ia mention agar memasukkan Rendi Irwan, pertandingan berubah dan Bajol Ijo mendapat poin sempurna. Suatu ketika ia mention puluhan kali ke Aji Santoso agar pakai formasi 4-2-1-3, karena sang lawan, Borneo FC kuat di tengah. Benar Persebaya pakai formasi itu. Tapi Aryn dan Hambali kurang padu. Di jeda pertandingan akun Komer dipenuhi dengan segala pisuhan.

Komer lalu mention Aji Santoso agar memasukkan Alwi untuk menggantikan Hambali. Benar saja, babak kedua dimulai pergantian itu terjadi. Sampai-sampai banyak yang bilang Komer itu dukun, ada yang bilang Komer itu punya orang dalam, malah ada yang bilang sambil cekikian jika Komer itu sebenernya pelatih. Akhirnya Follower-nya sampai hafal, Komer identik dengan bacot. Kalau arek-arek bilang, Komer ki cen cangkeme banter, tapi bener. Jadi mau menghujat dia juga kalah karena tidak punya dasar.

Kalau Persebaya main, tempat nonton bareng di Warkop Pitulikur menjadi favorit dan selalu penuh. Komer beberapa kali hadir di sana. Arek-arek juga “titen,” atau hafal jika rambutnya miring ke kanan, Persebaya menang, dan akan kalah jika miring ke kiri. Kadang ia pakai helm terus pas nonton bareng supaya arek-arek tidak tahu hasilnya. Dan ketika Persebaya kalah helm itu baru dibuka, rambut Komer miring ke kiri.

Hadirnya ia di tempat nonton bareng di Surabaya atau di desanya sana, Purbosuman, selalu menjadi pro dan kontra. Terutama saat Persebaya main. Karena masalah rambut Komer itu sudah kondang di kalangan suporter Persebaya. Ia pun akhirnya di-banned supaya tidak hadir dalam acara nonton bareng di manapun di seluruh Indonesia. Tempat nonton bareng Persebaya selalu ada poster, Komer dilarang masuk. Padahal sekarang rambutnya gundul. (*)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display