Gelora Paramuda Persebaya

Foto : Official Persebaya
Iklan

Saat para fans dan wartawan meragukan pilihannya memenuhi skuadnya dengan anak-anak muda kala membangun tim Manchester United pasca usainya Perang Dunia II, Sir Matt Busby, manajer MU saat itu dengan yakinnya berucap ringan :

“If you’re good enough, you’re old enough”

Kalimat yang akan membekas hingga generasi manajer di masa kini. Itu terasa begitu ampuh kala skuad MU berhasil menjuarai liga Inggris hingga menjadi kampiun Eropa. Sayang anak-anak muda itu meninggal kala terjadi musibah kecelakaan pesawat Munich Air Disaster yang merenggut generasi emas skuad bentukan Sir Matt Busby tersebut. Namun platform pengorbitan pemain muda didikan akademi tetap diteruskan hingga kini.

Setali tiga uang dengan Persebaya musim ini, skuad tim senior banyak diisi oleh pemain muda. Mayoritas berasal dari internal klub atau akademi Persebaya sendiri, selebihnya mendatangkan pemain dari luar klub yang usianya terhitung masih muda juga.

Iklan

Jika mau dirata-rata, maka usia skuad ini berada pada usia 22 – 23 tahun. Usia emas generasi untuk mencapai raihan prestasi yang mungkin bertahan dalam setidaknya lima tahun ke depan.

BACA:  Alfredo Siapkan Pengganti David da Silva

Berikut beberapa langkah strategis yang dilakukan klub untuk membangun tim juara seperti yang disebutkan Coach Aji pada press conference di akhir musim lalu :

  • Dipertahankannya Head Coach Aji Santoso beserta seluruh staff dan asistennya
  • Direkrutnya kembali pemain-pemain eks EPA (Widi Syarief, Arief Catur, Denny Agus, Rizky Dwiyan) yang menjadi juara di tahun 2019 setelah disebar ke berbagai klub untuk mencari pengalaman dan jam tanding. Sebelumnya sudah ada nama-nama macam Ernando, Andhika, Rizky Ridho, Koko Ari, Dicky, Akbar, Supri yang juga jebolan EPA 2019 juga
  • Direkrutnya beberapa pemain muda potensial macam Andre Oktaviansyah dan Salman Alfarid. Keduanya pernah bermain di timnas U16 dan U19.
  • Memberi kontrak jangka panjang, lebih dari 1 tahun kepada para pemain muda tersebut. Seperti yang kita tahu trend di liga Indonesia, jarang sekali ada pemain dikontrak lebih dari 1 tahun
BACA:  Jayalah Negeriku, Jayalah Persebayaku

Tentu saja langkah ini terbilang tak populer pada saat trend yang terjadi adalah jor-joran membeli pemain jadi, membeli pemain bintang dengan nilai kontrak yang luar biasa mahal.

Merekrut pemain dengan usia muda juga dipandang rawan oleng secara mental, tidak bisa konsisten dalam bermain, apalagi harus berhadapan dengan supporter fanatik yang selalu menuntut kemenangan dalam setiap pertandingan.

Di satu sisi, membentuk pemain muda potensial adalah bentuk investasi jangka panjang. Di sisi lain, langkah tidak populer ini akan mengundang cibiran , diremehkan baik dari lawan namun juga dari pendukung sendiri. Sebuah pilihan yang sulit dan berat, seperti satu keping mata uang yang berbeda wajah.

Namun bila kita mengacu pada apa yang disampaikan Sir Matt Busby lebih dari 70 tahun yang lampau tadi, tidak ada salahnya memang untuk memberi ajang panggung buat paramuda kita kali ini sambil terus mendukung dan meyakini bahwa tim ini akan berhasil meraih kejayaan nantinya.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display