Drama di awal musim kembali disuguhkan oleh Bajul Ijo. Skuad muda Persebaya gagal meraih tren positif di lima laga pembuka Liga 1 2022. Tiga kekalahan, 1 hasil imbang, dan 1 kemenangan jelas bukan pertanda positif bagi tim yang ditargetkan masuk tiga besar.
Nada sumbang seperti “lolos degradasi saja syukur” pun kian menggema di media sosial. Jika tidak berbenah, sinisme suporter itu bisa saja menjadi kenyataan. Lantas, apa yang menjadi penyebab hasil minor Persebaya sejauh ini?
Mayoritas analisis menyoroti materi pemain yang minim pengalaman sebagai biang kerok hasil minor tersebut. Kendatipun demikian, masih banyak yang percaya terhadap potensi dari skuad muda ini. Persoalannya, the young guns Persebaya tidak memiliki dukungan psikologis yang cukup karena minimnya pemain senior yang bisa jadi teladan serta ketiadaan psikolog dalam susunan backroom-staff Persebaya.
Analisis yang lebih spesifik menyoroti pola unggul tipis, banyak buang peluang, dan kebobolan di menit-menit akhir. Ini merupakan penyakit kronis Persebaya yang terus berulang sejak musim lalu! Ditengarai penyebab persoalan ini adalah lemahnya lini pertahanan dan konsentrasi tim dalam menghadapi set piece.
Presiden Persebaya, Azrul Ananda, punya pandangan serupa. Setelah pertandingan lawan Madura United, Aji Santoso segera melakukan drill khusus agar anak asuhnya dapat terhindar dari kebobolan dari situasi tersebut. Malang tak dapat ditolak, untuk tak dapat diraih. Persebaya masih saja kebobolan dari set piece sehingga menelan kekalahan dari Borneo FC.
Terlalu Banyak Buang Peluang
Meminta tanggung jawab atas kegagalan Persebaya meraih kemenangan hanya kepada lini pertahanan jelas bukan tindakan yang tepat. Lini serang Persebaya harus dimintai pertanggungjawaban yang sama. Sebabnya, mereka kurang bisa mengkonversi banyak peluang emas menjadi gol. Lini serang Persebaya sering buang-buang peluang sejak musim lalu!
Salah satu contohnya setelah Persebaya unggul tipis atas Madura United. Berada di atas angin, Persebaya sangat mudah membongkar pertahanan lawan dan menciptakan peluang emas. Sayangnya, tidak terhitung peluang yang terbuang percuma karena barisan serang Persebaya terlalu memaksakan diri untuk melakukan tendangan jarak jauh!
Saat melawan Borneo FC, kondisinya sedikit berbeda. Sejak babak kedua dimulai, Persebaya banyak memperoleh peluang emas di area kotak penalti lawan. Seusai berhasil menyamakan kedudukan, keran peluang kian terbuka deras. Sayangnya Juninho tidak mampu menaklukan Dwi Kuswanto meski tinggal berhadapan dengan kiper gaek tersebut. Tendangan Sho dan Marsel yang harusnya bisa jadi gol malah melambung tinggi di atas mistar lawan.
Kurangnya Kolektivitas Lini Serang
Salah satu penyebab ketidakmampuan mengkonversi peluang menjadi gol adalah rendahnya kolektivitas barisan depan Persebaya. Hal ini sebenarnya dapat diprediksi karena 90% barisan depan Persebaya diisi oleh muka-muka baru. Dari skuad musim lalu, hanya Supriadi yang bertahan. Tentu mereka butuh waktu untuk membangun chemistry. Tapi sampai kapan Bonek harus menunggu? Apakah pertandingan pra-musim serta TC di Jogja tidak mampu menghasilkan chemistry tersebut? Ataukah materi kolektivitas antar pemain depan masih kurang?
Secara statistik, separuh gol yang sudah tercipta merupakan hasil kerjasama yang apik di area kotak penalti lawan. Umpan pendek antara Brylian-Juninho-Sho saat melawan Persita dan serangan balik cepat yang terkoordinir ketika lawan Borneo terbukti efektif dalam menghasilkan gol. Jika kolektivitas dapat membuahkan hasil, mengapa pemain lebih suka untuk menghabiskan momentum dengan kemampuan individunya? Kalau tidak, keterlambatan mengambil keputusan terbukti bisa berakibat fatal seperti saat lawan Madura.
Apakah ini merupakan dampak dari image Persebaya sebagai kawah candradimuka pemain sehingga unjuk gigi kemampuan individual adalah cara cepat meraih karir yang lebih menjanjikan di masa depan? Ataukah ada penyebab lain sehingga yang dominan adalah ego alih-alih tujuan bersama meraih kemenangan?
Membenahi lini pertahanan dan antisipasi set piece mungkin bisa menghindarkan Persebaya dari kekalahan. Namun, tujuan dari tim yang bertanding di lapangan adalah meraih kemenangan. Kebobolan berapa gol pun, kemenangan masih bisa diraih jika Persebaya mencetak gol lebih banyak. Oleh karena itu, kolektivitas dan ketepatan pengambilan keputusan merupakan kunci dari ketajaman lini depan Persebaya yang juga harus diperkuat oleh Aji Santoso cs. Sisanya adalah urusan yang maha kuasa.
Irfan Ardhani
Bonek, tinggal di Sleman.