Catatan Untuk Shin Tae-yong dan PSSI

Pelatih tim nasional Indonesia Shin Tae-yong asal Korea/Foto : PSSI
Iklan

ANDA BICARA APA COACH?

Tanggal 12 Oktober 2022, laman media sosial twitter diramaikan soal isu, pelatih timnas Indonesia Coach Shin Tae Yong (STY), menyatakan bahwa jika ketua PSSI mundur, maka beliau akan ikut mengundurkan diri juga. Sebuah statement murah dari pelatih bintang 5 jebolan Piala Dunia 2018.

Berkaca dari beberapa pelatih timnas garuda, Coach STY ini berada dalam best National Team Coach atau Pelatih yang dianggap terbaik Indonesia, setelah Era Luis Milla yang terkenal saat Indonesia berhasil mengcomeback Uni Emirate Arab dengan Skor 3-2, sebuah prestasi yang terulang setelah sekian lama Indonesia sulit mengalahkan negara sekaliber dataran Timur Tengah.

Coach Shin, juga dianggap sukses saat mengantarkan Heu Ming Son dan kawan-kawan saat berhasil memaksa juara piala dunia 2014 Jerman, harus angkat koper lebih cepat dipiala dunia 2018 Russia, sebuah catatan apik dan pembuktian bahwa Asia bisa melumat team terbaik Eropa.

#STYOUT menggema di seluruh lini masa twitter, saya tidak bisa memberi sebuah tanggapan berarti, namun jika anda datang kesini, atas nama sebuah politik identitas, kami persilahkan angkat kaki, kembalilah makan Toppoki hangat mu diatas gedung pecakar langit kota Seoul.

Iklan
Muhammad Iriawan ketua umum PSSI/Foto : PSSI

PSSI LAHIR DARI BUMBU NASIONALISME

Persatuan sepak bola Indonesia atau yang sering disebut PSSI, dibeberapa tahun bahkan dekade terakhir ini memang sedang gencar dijadikan sebuah panggung politik identitas, sebuah batu loncatan bagus untuk memasang sebuah nama diatas plakat politik dan menjadikan dirinya sebagai panggung untuk melaju entah sebagai pimpinan wilayah maupun sekedar menjadi pengisi kursi di dewan rakyat.

Ke 7 klub para pendiri adalah cikal bakal lahirnya PSSI, tak lupa juga saudara jauh PSM Makassar yang belum bisa hadir karena terkendala jarak saat itu. Sepak bola sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia, maka ketika semua aspek bahkan sepak bola dikuasi belanda saat itu, PSSI hadir sebagai alat perlawanan untuk melawan penjajahan Indonesia lewat jalan lapangan hijau.

 

TAK ADA PELATIH YANG MENCINTAI TIMNAS SELAYAKNYA POGACNIK

Olimpiade Helisnki 1953, Ketua PSSI saat itu Bapak Maladi (Ketum PSSI 1950 – 1959), kepincut dengan sosok KUTILANG (kurus tinggi langsing) asal Yugoslavia, sebuah nama negara yang asing. Jika kita berbicara dengan mereka yang lahir di era 1998 – 2000an, sebagian akan akrab jika harus menyebut nama Josep Broz Tito dahulu baru mereka sadar bahwa ada Negara yang bernama Yugoslavia.

Mendatangkan Pogacnik tidak semudah mendatangkan sebuah barang import yang melawati proses mudah kemudian menjadi bahan konsumsi masyarakat Indonesia, Pogacnik harus memiliki ijin khusus bekerja dari pemerintah Yugoslavia.

Seperti yang ditulis Detik Sport, hikayat Antun Pogacnik 23 juli 2013, Maladi saat itu harus memutar otak dengan mengundang Timnas Yugoslavia B untuk hadir di Indonesia dan menyelanggarakan pertandingan persahabatan dengan Persija , Persebaya, PSSI Jateng, Persib dan Timnas Indonesia, itu pun juga harus dengan izin Presiden Soekarno, agar bisa mengibarkan bendera Yugoslavia dan para pemain Yugoslavia dapat mendengarkan lagu kebangsaan mereka.

Sejarah sudah banyak diciptakan oleh Antun Pogacnik untuk timnas Indonesia, bahkan dia merasa bahwa Indonesia selayaknya rumah bagi dia. Hingga skandal Senayan 1962 saat pemain timnas terlibat kasus suap karena faktor ekonomi kala itu.

Pogacnik sempat menangis meratapi pemainya yang hanya dibayar senilai beberapa butir telur dan sabun, hingga akhirnya tidak memiliki gairah melatih lagi, dan harus menunggu 1 tahun untuk mundur karena persoalan lutut, itupun Presiden Soekarno harus menunda keputusan pensiunnya 1 tahun.

 

SEPAK BOLA DAN POLITIK INDETITAS ADALAH KUNCI!

Sebenarnya PSSI dan Politik memang meliki kedekatan yang erat, hampir tercatat banyak orang-orang yang dekat dengan kongsi penguasa selalu menjadi orang nomor 1 di PSSI.

Terlalu jauh jika menarik mundur, yang kemarin saja lah, yang katanya ” COACH adalah Pelatih “, itu saja beliau langsung mencalonkan diri, dan ajaibnya menang.

Saya tidak tau, apakah memang lawan politik beliau dipemilihan gubernur kala itu memang tidak ada yang kompeten sehingga beliau merasa dirinya cocok dan terpanggil untuk memimpin sebuah daerah. Jujur dalam sebuah perbincangan mengenai PSSI seperti layaknya obrolan warung kopi antar teman biasanya, rata-rata punya pemikiran yang sama, “orang PSSI nggak tau Bola”.

Benar juga bagi saya, tapi apakah mantan pemain sepakbola harus menjadi ketua PSSI? saya hanya bisa bergumam, sepertinya mereka mantan pemain juga belum bisa ditunjuk jika tidak memiliki sebuah kompetensi dasar management organisasi.

Memang tidak asing disepak bola eropa ada mantan pemain yang bisa menjadi wakil direktur klub, maupun apalah sebutanya dalam sebuah klub sepakbola, kembali lagi bisa jadi memang mereka sudah belajar akan kompetensi tersebut.

Kompetensi mengatur jalannya roda organisasi yang saya rasa sulit jika hanya mengandalkan keahlian menendang bola. Jujur dalam hati saya selalu berharap kepada seluruh pemain sepakbola khususnya Indonesia mengambil pendidikan lanjutnya khususnya berhubungan dengan sebuah pekerjaan yang nantinya bisa mengisi pos team sepakbola khususnya dalam management team.

Saya tidak mau mendengar lagi ada politisi yang mencalonkan diri hanya bermodal ucapan “mencintai timnas”, duduk termenung ditribun selayaknya berfikir keras atau apapun cara menjual dirinya agar diingat publik, misal dengan membawa pelatih top untuk ajang kampanye.

 

HARGA DIRI TIMNAS LEBIH MAHAL DARI PIALA ANDA

 Jika benar hari ini STY harus angkat kaki, saat Ketum berbicara “SAYA MUNDUR”.. Saya orang yang akan tertawa untuk menyembunyikan tetesan air mata tangis yang mengalir di wajah.

“Miris sekali Tuhan aku dilahirkan di sini, di Indonesia semua nya layaknya sandiwara. kenapa anda paksa saya melihat semua ini“.

Masih basah dalam ingatanku tentang tragedi kanjuruhan, disaat Polrestabes malang bersujud untuk meminta maaf sebesar-besarnya.

Ini malah ada yang bermain lempar bola tudingan antara PSSI dan Brodcaster, hari ini saya ingin lempar jersey kebanggan ku, jersey dengan logo garuda di dada ini. Namun saya tidak bisa, ada Garuda di sini, ada setiap nyawa dan keringat yang mengahrumkan bangsa ini.

Saya hanya menunduk dan mengelap air mata dengan jersey ini, Tuhan jika ini sebuah cobaan, maka tolong cabutlah cobaan ini dari sepak bola Indonesia.

Untukmu Shin Tae Yong, pergilah kembali ke sana, kami akan benar-benar membencimu selayaknya mereka yang lari dari tanggung jawab saat melihat rival ku pergi setelah melihat sepakbola untuk terakhir kalinya.

 

Ditulis oleh pemilik akun twitter :

@Dancow_puti @apaansih_Anjing

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display