Merenungi Kembali ‘Kita Persebaya”

Pemain Persebaya saat latihan di Lapangan THOR /Foto: Oscar Baadila
Iklan
Izinkan kami tetap membersamai langkah-langkahmu, dalam suka dan duka, dalam merasakan kemenangan maupun kekalahan!

 

Kemarin (25/01) Persebaya lagi-lagi mendapatkan pelajaran berharga dari lawannya. Bermain di Bali melawan Barito Putera, ternyata mereka justru meneruskan rekor kekalahan menjadi 4 kali. Dengan permainan yang ah sebaiknya sudah tak perlu dikomentari lagi. Persebaya sepertinya memang berada pada fase jenuh.

Kalau boleh menilik beberapa pertandingan terakhir, Persebaya seperti kehilangan nyawa. Banyak yang mengatakan bahwa salah satu faktornya akibat kehilangan Rivera yang biasa membantu menghidupkan permainan. Ya memang tidak bisa dipungkiri kalau Rivera memiliki faktor yang cukup besar dalam permainan bagus Persebaya, tapi kemudian akan muncul pertanyaan, “Apakah Persebaya hanya bergantung pada beberapa pemain saja untuk menjadi bagus?”

Persebaya musim ini memang sebetulnya memiliki performa yang cukup bagus selama dinahkodai Paul Munster. Permainan rapi dan disiplin itu sangat membantu tim dalam meraih poin-poin penting. Hingga kemudian permainan yang menyenangkan untuk dilihat itu perlahan memudar. Pemain sering kelimpungan memberikan bola pada temannya sendiri, termasuk pada saat-saat kritis di depan gawang lawan.

Iklan

Lama-kelamaan permainan tim seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya, terutama ketika gawangnya kebobolan dulu oleh lawan. Padahal kalau diingat, gaya main Persebaya itu khasnya ya meski dicecar berbagai macam serangan oleh lawan, mereka akan lebih gencar menyerang. Tidak sembarangan. Masing-masing pemain terlihat memperhitungkan betul segala kesempatan yang muncul dan berusaha memanfaatkannya dengan baik.

Lalu apakah performa Persebaya akhir-akhir ini salah pemain? Atau salah pelatih? Atau malah salah manajemen? Oh tidak bisa kalau hanya meminta pertanggungjawaban pada satu pihak. Persebaya itu tim. Satu atau dua orang yang salah ya tetap satu tim yang rugi. Semua pihak yang harus bertanggung jawab.

Kalau boleh mengingatkan kembali, dulu tim ini punya ‘Kita Persebaya’ yang digaungkan. Bukan hanya pada kalangan internal Persebaya saja, tapi juga pada suporter yang menjadi salah satu elemen pendukung. ‘Kita Persebaya’ itu identitas. Sudah seperti keyakinan bagi mereka yang mencintai Persebaya. Seperti doa yang selalu dirapal setiap pertandingan dan momen. Bahkan saat Persebaya kalah, jatuh, tersungkur. ‘Kita Persebaya’ memberikan kekuatan untuk kembali bangkit dan berusaha semaksimal mungkin.

‘Kita Persebaya’ mengajarkan untuk lebih memiliki Persebaya. Lebih menyatu, bekerja sama, saling membantu, dan saling melengkapi sebagai Persebaya. Bukan hanya tentang manajemen, pelatih, staf, pemain, maupun suporter, tapi seluruh elemen yang mendukung dan mencintai Persebaya. Kita adalah Persebaya. Persebaya itu kita. Apapun yang kita lakukan adalah sebaik-baik untuk Persebaya.

Cobalah renungi kembali, makna ‘Kita Persebaya’! Ajak semua anggota tim duduk bersama untuk mengingat kembali, apa yang diinginkan dan apa yang menjadi tujuan bersama! Ajaklah keluarga untuk bertemu dengan manajemen dan anggota tim! Renungkan kembali bahwa keluarga juga merupakan bagian dari Persebaya. Begitu pula Bonek. Mereka juga bagian tak terpisahkan dari Persebaya.

Jikalau mengakses kebersamaan dengan tim sangatlah terbatas, izinkanlah kami mengirimkan video-video untuk menyemangatimu lagi! Izinkan kami tetap membersamai langkah-langkahmu, dalam suka dan duka, dalam merasakan kemenangan maupun kekalahan! Mari kembali menjadi ‘Kita Persebaya’!

 

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display