EJ – Tidak mau mengkhianati perjuangan Bonek, PT Persebaya Indonesia (PT PI) menolak tawaran merger dari Bhayangkara Surabaya United. Bhayangkara SU adalah gabungan antara PS Polri dan Surabaya United (SU). Merger tersebut diperlukan agar Persebaya bisa tampil di Indonesia Soccer Championship (ISC) yang akan digelar PT Gelora Trisula Semesta (PT GTS) akhir April.
Rabu sore, 20 April 2016, memang telah terjadi pertemuan antara pihak Persebaya dengan Bhayangkara SU membahas penyatuan kedua klub. Pertemuan digelar di Gedung Tri Brata Polda Jatim, Jl A. Yani, Surabaya. Beberapa perwakilan hadir di antaranya Cholid Goromah, perwakilan klub internal dan tim kecil (Persebaya), Irjen Pol. Condro Kirono (PS Polri), Gede Widiade, Haruna Sumitro (SU), Yeyen Tumena, Djoko Driyono (PT GTS). Pertemuan juga dihadiri Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji dan Dirlantas Polda Jatim Kombes Pol Ibnu Isticha.
Ram Surahman, ofisial Persebaya yang turut hadir dalam pertemuan itu, menyatakan kepada redaksi Emosi Jiwaku (EJ) bagaimana awal mula terjadinya pertemuan tersebut. Menurutnya, manajemen PT PI dikontak pihak Polri Jakarta seminggu sebelum pertemuan.
“Melalui Pak Lilik mantan manajer Persebaya, kami dikontak Dirlantas Polri seminggu lalu,” ujar Ram melalui sambungan telepon.
Dari kontak itulah, Polri melalui Koperasi Korlantas menawarkan pengelolaan Persebaya Surabaya.
“Telah terjadi 5-6 pertemuan antara Polri dan Persebaya Surabaya. Dalam pertemuan awal, kedua pihak membahas masalah MoU, logo, dan nama,” tambah Ram.
Pihak Polri menginginkan adanya tambahan logo di atas logo Persebaya dan tambahan nama “Bhayangkara”. Namun, Persebaya tetap menginginkan Polri hanya sebagai pengelola, sementara logo dan nama tetap tetap sesuai HAKI yang mereka miliki.
Terjadi kebuntuan pada pertemuan awal karena masalah logo dan nama. Sampai kemudian terjadilah pertemuan kemarin.
Dalam pertemuan itu, Djoko Driyono menjelaskan kepada perwakilan Polri bahwa sepak bola Surabaya harus diselamatkan. Namun dia menjelaskan jika yang berhak mengikuti ISC adalah klub Bhayangkara SU.
“PT GTS menawarkan dan mengusulkan merger antara Bhayangkara SU dan Persebaya agar bisa mengikuti ISC,” ujar Djoko Driyono.
Pihak Persebaya langsung menolak rencana itu. Ram menjelaskan jika ISC bukanlah sebuah liga namun hanya turnamen yang siapa saja boleh ikut. Jika PSSI masih dibekukan maka yang berhak mengelola atau menjalankan kompetisi adalah Tim Transisi dan BOPI.
Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji menambahkan jika Polri mendapat mandat dari Presiden dan Menpora untuk membenahi sepakbola.
“Pintu utama pembenahan sepakbola berada di Surabaya. Kami bertugas menuntaskan persoalan dualisme Persebaya,” kata Kapolda Jatim.
Dalam pertemuan itu, Polri tetap menginginkan tambahan nama “Bhayangkara” sebagai bagian dari Persebaya. Logo Persebaya juga berubah.
“Kami apresiasi penuh langkah Polri untuk menghidupkan lagi Persebaya. Namun, apabila itu syaratnya, kami tidak bisa memenuhi, lantaran itu sama saja dengan upaya peleburan asal-usul Persebaya,” tegas Cholid seperti dikutip dari Jawa Pos.
Melihat alotnya pembicaraan, pihak Persebaya memutuskan tidak melanjutkan pertemuan itu. Proses merger pun gagal.
Kepada EJ, Ram menjelaskan langkah manajemen menolak merger adalah demi menegakkan kebenaran dan legalitas. Manajemen juga menghormati perjuangan bonek selama ini dalam mengawal Persebaya yang sah secara hukum.
“Sekarang kami akan fokus berjuang di pengadilan menghadapi gugatan PT MMIB (PT Mitra Muda Inti Berlian, Red),” lanjut Ram. PT PI juga berkomitmen menyelesaikan masalah tunggakan gaji mantan pelatih dan pemain.
“Manajemen berharap teman-teman Bonek untuk ikut memantau dan mengawal perjuangan kami di pengadilan,” pungkas Ram. (bim)