EJ – Sehari setelah laga PSIS melawan Persebaya, EJ memutuskan berkunjung ke Stadion Persib Sidolig, Kamis (16/11). Di stadion yang berada di Jl Jend. A. Yani Bandung ini, EJ bertemu dengan beberapa anggota Viking Persib Club, kelompok suporter Persib terbesar. Diskusi dadakan terjadi membahas banyak hal mulai Viking, Bobotoh, Bonek, hingga Boling (Bondho Maling).
***
Hujan deras mengguyur kota Bandung saat EJ memutuskan mengunjungi Stadion Persib. Di stadion yang digunakan sebagai tempat latihan Persib itu, tampak sekelompok orang sedang bermain sepak bola. Meski sebagian lapangan tergenang air, mereka tetap bersemangat menendang si kulit bundar.
Di lorong menuju lapangan, terlihat sekitar enam orang tiduran di lantai. Berselimut sarung, mereka berusaha menghangatkan badan dari hawa dingin akibat hujan deras. Ternyata, mereka adalah Bonek yang memutuskan menginap di stadion ini.
“Di lantai atas masih banyak, mas,” kata Soni, anggota Viking yang EJ temui di toko merchandise milik Viking. EJ memang sedang mencari ruang redaksi website milik Viking untuk studi banding. Namun di kompleks stadion ini, tidak terdapat kantor redaksi. Yang ada adalah toko merchandise.
Alhasil, EJ memutuskan untuk berbincang-bincang dengan dua anggota Viking yang sedang berada di toko tersebut. Mereka adalah Soni dan Usdul. Setiap hari, mereka datang ke toko yang menjual merchandise buatan Viking.
“Produksi berita website Viking dikerjakan di rumah masing-masing. Tak ada ruang redaksi khusus,” ujar Usdul saat EJ menanyakan alamat redaksi vikingpersib.co.id.
Pun saat EJ menanyakan sekretariat Viking, mereka mengatakan jika markas yang ada di Jl Gurame tersebut baru saja digusur Pemkot Bandung untuk penghijauan.
“Dulu jika Persebaya bertanding, banyak Bonek menginap di sana. Sekarang, Bonek yang sedang berada di Bandung, ditampung di basecamp-basecamp milik anggota Viking,” tutur Soni.
Tentang Viking
Viking Persib Club didirikan tahun 1993. Sejak saat itu, jumlah anggota yang bergabung dengan Viking semakin banyak. Menurut Usdul, jumlah anggota Viking saat ini mencapai 50.000 orang. Mereka tersebar di beberapa distrik di kota Bandung hingga kabupaten di Jawa Barat bahkan luar negeri.
“Setiap anggota Viking diwajibkan melakukan registrasi ulang setiap tahun. Jika sudah ditetapkan sebagai anggota, mereka akan mendapat Kartu Tanda Anggota (KTA),” ucap Soni.
Viking sering melakukan perjalanan tandang saat Persib bermain di luar Bandung. “Setiap ada pertandingan tandang, kami selalu mengkoordinasi anggota-anggota yang ingin melakukan perjalanan away. Tujuannya agar perjalanan tersebut berjalan lancar dan terdata siapa-siapa saja yang berangkat,” lanjutnya.
Soni menambahkan jika tidak mungkin bagi anggota Viking yang tidak mempunyai bekal dan buta kota di mana Persib bertanding, memutuskan berangkat. “Mereka punya rasa malu meminta-minta kepada warga setempat. Jika tidak punya bekal, mereka tidak akan berangkat. Kehormatan bagi kami adalah segalanya,” tutur Soni.
Sebagai sebuah kelompok suporter, Viking mempunyai struktur yang jelas. Saat ini, Viking diketuai Herru Joko, salah satu pendiri Viking Persib. Ia membawahi pengurus-pengurus dan ketua di masing-masing distrik. Kejelasan struktur organisasi inilah yang membuat mereka dengan mudah mendata para anggotanya. Jika salah satu anggota berbuat salah, mereka akan mengetahuinya dengan cepat.
Antara Bonek dan Boling
Soni mengaku ikut prihatin dengan adanya insiden pemukulan dan pemerasan karyawan GBLA. “Saya yakin jika pelakunya bukan Bonek. Kasihan hanya gara-gara ulah segelintir orang, nama Bonek menjadi jelek di mata masyarakat,” ucapnya.
Masyarakat memang sempat khawatir dengan kehadiran Bonek mendukung Persebaya dalam gelaran delapan besar Liga 2. Karena itulah, izin keamanan dari Polda Jawa Barat sempat tertahan dan baru turun sehari jelang pertandingan pembuka.
Faktanya, beberapa insiden kriminalitas terjadi saat pertandingan perdana Persebaya. Korbannya tak hanya warga namun juga Bonek. Para pelaku yang sering disebut Boling tersebut menyasar siapa saja yang bisa dijadikan korban.
Saat diskusi sedang gayeng, ada salah satu bobotoh yang datang dan mengaku jika handphone-nya dibawa lari saat pertandingan Persebaya.
Ia adalah salah satu bobotoh yang berasal dari Sukoharjo, Jawa Tengah. Bersama rombongan, ia berangkat ke Bandung ikut mendukung Persebaya. Namun niat baik itu rupanya berbuah kesialan. Handphone-nya dibawa lari beberapa Boling. “Mereka mengatakan ingin meminjam handphone saya untuk foto-foto. Namun setelah ditunggu lama, mereka tak kembali,” ujarnya memelas.
Akhirnya ia memutuskan untuk mencari orang-orang yang membawa kabur handphone-nya. Di saat itulah, ia ketinggalan rombongan. Celakanya, dompetnya terbawa teman-temannya. Jadilah ia tidak membawa apa-apa dan hanya baju menempel di badan.
“Bobotoh dan Bonek bersaudara. Makanya saya percaya,” jawabnya saat ditanya mengapa ia meminjamkan handphone-nya kepada orang yang tak dikenal. Ia tidak menyadari jika orang-orang itu bukan Bonek melainkan Boling.
Untungnya, ada bobotoh lain yang mau mengantarkannya ke toko Viking di Stadion Persib. “Sebenarnya saya ingin ke kantor polisi. Namun teman saya menyarankan untuk menemui pengurus Viking di sini.”
Ia memang meminjam handphone bobotoh yang mengantarnya untuk menghubungi teman-temannya.
Apa yang menimpa bobotoh di atas adalah contoh di mana perilaku Boling sudah sangat meresahkan. Insiden ini tentu saja membuat nama Bonek tetap jelek.
Setelah diskusi ringan dan waktu sudah beranjak malam, EJ memutuskan untuk pamit. Dari kunjungan ke toko Viking, ada beberapa sisi positif Viking yang bisa dijadikan pelajaran. Juga ada pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan Bonek terutama mengatasi perilaku Boling. (iwe)