Meski Aremania, Saya Ingin Persebaya Cepat Bangkit

Foto: Tribunnews.com
Iklan

Salam satu nyali, wani!

Walaupun saya seorang Aremania, namun saya mengakui bahkan saya ingin mendekatkan diri pada Persebaya. Klub ini adalah salah satu saingan terbesar Arema. Sayangnya, nasib Persebaya sendiri berada di ujung tanduk.

Saya sangat sedih ketika mengetahui bahwa salah satu tim sepak bola terbesar di Indonesia tidak diakui keberadaannya oleh federasi sepak bola negaranya sendiri, yaitu PSSI. Terus terang, sampai sekarang saya masih tidak terlalu mengerti mengapa demikian. Namun yang paling penting adalah bagaimana saya bisa mengutarakan suara dukungan terhadap Persebaya agar bisa bangkit lagi.

Saya juga tidak peduli dengan citra buruk Bonekmania. Toh, semua suporter sepak bola juga pastinya pernah bertindak vandalis, walaupun saya tetap tidak membenarkannya. Saya hanya merasa Bonekmania kerap kali dipandang tidak adil karena banyaknya media yang cenderung berat sebelah dalam menyikapi tindakan Bonekmania. Mengapa selalu Bonekmania, padahal suporter-suporter lain juga memiliki oknumnya tersendiri yang tak jarang juga berbuat ulah?

Iklan

Persebaya adalah salah satu alasan utama dunia persepakbolaan di Indonesia terasa lebih berwarna ketimbang sekarang. Dulu, dulu sekali, ketika saya masih duduk di bangku SD, saya masih belum menjadi penggemar sepak bola Indonesia. Namun saya sangat senang bisa menonton ISL di layar televisi. Karena saya benar-benar dapat melihat berbagai klub sepak bola tanah air, dari Sabang sampai Merauke bertanding melawan satu sama lain. Tentu saja, Persebaya adalah salah satu bagian penting dari kebhinnekaan persepakbolaan Indonesia. Saya sangat merindukan masa-masa itu. Hanya di masa itu saya dapat menonton pertandingan Arema kontra Persita Tangerang dan tim-tim lain dari berbagai daerah.

Namun, semua berubah ketika PSSI dibekukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga yang baru, Imam Nahrawi. Pro dan kontra masih ada sampai sekarang. Namun saya yakin, ini semua demi kemaslahatan persepakbolaan Indonesia agar tidak dicokoli oleh mafia-mafia kerah putih. Sejak saat itulah, tim-tim sepak bola Indonesia bersusah payah meramaikan kembali dunia persepakbolaan Indonesia. Namun saya masih merasa pertandingan-pertandingan yang digelar selama PSSI dibekukan masih belum semeriah ISL.

Saya sendiri kurang tahu tentang bagaimana munculnya sebuah tim baru bernama Surabaya United (kini Bhayangkara Surabaya United). Saya enggan berbicara lebih jauh soal itu namun saya menyayangkan konflik antara Persebaya dan PSSI yang merugikan Persebaya. Saya masih heran bagaimana sebuah tim sepak bola yang cukup legendaris itu bisa dihapus oleh PSSI. Padahal para Bonekmania berjuang keras agar tim sepak bola kesayangannya bisa maju. Sebagai seorang Aremania, saya bisa merasakan kesedihan para Bonekmania walaupun dari jauh. Saya hanya bisa mendukung Bonekmania agar dapat mengembalikan tim kesayangannya. Tanpa Persebaya, persepakbolaan Indonesia terasa hampa. Siapa lagi saingan terberat Arema selain Persib kalau bukan Persebaya? Siapa lagi yang bisa bernyanyi bersama Vikingmania secara akrab kalau bukan Bonekmania? Siapa lagi?

Saya berharap agar Persebaya bisa bangkit, apalagi HUT Persebaya yang ke-89 jatuh tepat pada tanggal 18 Juni. Jika Persebaya muncul lagi, akan lebih menarik lagi apabila manajemen Persebaya mengadakan sebuah pertandingan trofeo, yang menghadirkan satu klub kawan Persebaya dan satu klub saingan terberat Persebaya. Tujuannya agar dapat mempererat tali silaturahmi antar klub dan antar suporter. Saya juga berharap agar oknum Bonekmania yang sering melakukan tindak vandalis tidak bermunculan lagi. Ke depannya, saya ingin melihat Persebaya menjadi salah satu tonggak kemajuan persepakbolaan Indonesia.

Salam satu nyali wani dan salam satu jiwa!

*) T. A. <atala****@gmail.com>

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display