Liga 1 telah memasuki pekan kedua, di mana Persebaya telah meraup 4 poin dari dua laga yang dilakoni, saat menjamu Perseru Serui dan melawat ke Lamongan. Terlalu dini untuk meletakkan pesimistis Persebaya akan mampu bercokol di papan atas seperti target manajemen hingga akhir musim kompetisi 2018 ini.
Melihat peta kekuatan lawan-lawan yang bakal dihadapi Green Force, dalam dua pekan ini menunjukan kualitas tim dan Liga 1 memang ketat dan rapat. Tidak ada jaminan sebuah tim tuan rumah akan mendapatkan poin penuh, di mana kita masih terbuai dengan iklim Liga 2 yang menjadi kemudahan Persebaya melewatinya, baik tandang maupun kandang.
Melihat tayangan live televisi, ada keraguan apakah Persebaya mampu mengatasi tim-tim lainnya. Masih ada 16 tim yang akan dihadapi Persebaya, yang kesemuanya memiliki pengalaman dan kedalaman skuad di atas rata-rata. Keraguan ini tidak serta merta hadir dalam benak, berdasar pada 2 laga yang telah dilalui, ketika kontra Serui, Persebaya nyaris tidak mendapat poin, pun demikian ketika di Lamongan. Nampak Persebaya masih “demam panggung” di kompetisi bergengsi ini.
Kepiawaian Alfredo Vera meracik formula tim yang tahan pada iklim kompetisi sangat dibutuhkan. Dia tentu paham karakter seluruh pemain tim lain yang merumput di Liga 1. Setidaknya, pengalaman membesut Persipura saat itu bisa menjadi catatan pemain Persebaya yang mana yang mampu menahan pemain tim A, B, C, dst. Karena, skuad yang ada saat ini adalah peninggalan dari coach Iwan Setiawan yang diteruskan oleh Alfredo, dengan penambahan pemain berdasar skema dan keinginannya tentunya.
Ada hal penting dan menarik dari kepercayaan diri pelatih berkebangsaan Argentina ini pada stok pemain yang dia miliki. Semangat memberdayakan pemain lokal lebih diprioritaskan. Tak ayal beragam pujian dia dapatkan dari koleganya sesama pelatih maupun pengamat sepak bola nasional, ketika dia lebih memilih Riky Kayame dan Rishadi Fauzi sebagai stok penyerang, tak hanya penyerang. Beberapa pemain hasil binaan internal pun dia percayakan penuh mengisi starting eleven bahkan bermain full time. Ini sebuah kelangkaan yang tidak dimiliki pelatih-pelatih di Liga 1.
Jika kita menargetkan untuk tetap bertahan di Liga 1 itu lebih realistis. Setidaknya, musim ini biarlah sebagai pelatihan dan penambahan pengalaman pemain “alumni” Liga 2. Anggap saja musim ini sebagai kawah candradimuka Persebaya. Jika membandingkan dengan dua alumnus Liga 2 lainnya, Persebaya lebih menunjukan kesiapan dan kematangan mentalitas pemain-pemainnya, ditambah dukungan Bonek yang luar biasa. Sekali lagi, ini memang terlalu dini untuk diungkapkan.