Persebaya, Kami Khawatir Gol Kamu

Iklan

Persebaya saat ini bertengger di posisi 13 klasemen sementara dengan raihan poin dua (2). Secara posisi klasemen tersebut, Persebaya berada di posisi tiga tingkat jauh lebih baik dari juara Liga 1 2018 lalu, yaitu Persija Jakarta. Tapi, pencapaian tersebut tidak bisa dikatakan baik dan positif untuk Green Force. Pasalnya hingga pekan ketiga tersebut, anak asuh Djadjang Nurdjaman ini harus rela berada di bawah posisi debutan baru Perseru Badak Lampung FC.

Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap Perseru Badak Lampung FC, mereka bahkan berhasil menorehkan poin tiga (3), hasil dari satu kemenangan melawan Kalteng Putra. Menariknya hasil tersebut didapat di kandang Kalteng Putra.

Bandingkan dengan Persebaya. Tim ini bukan dibentuk dengan materi pemain dan tim kepelatihan baru seperti Badak Lampung FC. Mayoritas pemain diisi muka lama yang membantu mereka bertengger di posisi lima (5) klasemen akhir Gojek Liga 1 2018 lalu. Selain itu, berbeda dengan Badak Lampung, Bajol Ijo juga mendapatkan dukungan berlimpah dari suporternya. Selama 3 laga awal Liga 1, dua pertandingan dilakukan di kandang. Salah satunya melawan Kalteng Putra yang harus diakhiri dengan skor sama kuat 1-1. Sedangkan ketika melawan PSIS, pertandingan juga harus diakhiri dengan skor sama kuat 1-1.

Bonek dan Bonita untuk kali ini memang pantas memiliki kekhawatiran dengan performa Persebaya. Pasalnya tim ini sudah bermain dan berkumpul bersama-sama cukup lama. Tepatnya sejak fase pre-season, Piala Indonesia hingga Piala Presiden lalu. Lain dengan kondisi musim lalu dimana persiapan liga dilakukan agak terlambat dibandingkan klub-kub lainnya.

Iklan

Melihat permainan Persebaya dari tribun dalam beberapa pertandingan terakhir, memang harus diakui lebih menyerang dari biasanya. Serangan demi serangan terus dilakukan sepanjang pertandingan seperti sepasukan tentara yang terus bergerak maju perlahan dengan membawa sejumlah senjata dan amunisi. Tanpa takut dan tak kenal lelah. Menariknya, senjata yang dipakai untuk membombardir pertahanan musuh ini adalah sebuah meriam dari kaki Ruben Sanadi. Skema serangan yang kurang lebih bertumpu pada mobilitas tinggi dan crossing Ruben tersebut dilakukan hampir sepanjang 90 menit pertandingan.

Tidak ada yang salah dengan pilihan skema tersebut. Tapi di sinilah publik mulai dibuat khawatir. Suara-suara publik ini kurang lebih sama. Respons Bajol Ijo terhadap perubahan permainan lawan (sebagai respons atas kondisi di lapangan) nyaris kurang terlihat. Alih-alih publik justru diajak untuk terus melihat skema crossing yang sama guna menanti kejutan yang ditawarkan oleh Persebaya. Sayangnya kejutan itu tidak pernah muncul. Mungkin karena lawan yang sudah lebih dulu merespons skema ini dengan jauh lebih baik (berdasarkan kondisi permainan di lapangan) sehingga potensi keberuntungan Green Force untuk mencetak gol dan mendapatkan 3 poin pun untuk sementara harus diurungkan.

Perjalanan memang masih panjang. Masih ada 31 pertandingan di depan. Masih sangat mungkin klub-klub lainnya juga mengalami fase sulit untuk mencetak gol atau mendapatkan 3 poin di masa depan. Tapi satu yang harus tim kepelatihan dan pemain ingat bahwa keajaiban dan keberuntungan itu harus dibuat bukan untuk ditunggu. Sama halnya seperti tak bisa mencari gol lewat crossing, tapi ada beragam cara lainnya untuk mencetak gol. Contohnya melalui skema tendangan bebas, sepak pojok, penalti, umpan pendek terukur, through pass atau dengan tendangan jarak jauh sekalipun.

Semoga libur lebaran ini tim pelatih dan para pemain juga manajemen bisa memanfaatkan momen ini untuk merefleksi kembali perjalanan Persebaya selama tiga pertandingan awal yang sudah dijalani untuk mempersiapkan diri pada 31 pertandingan di depan. Akhir kata, kami berharap kekhawatiran bonek-bonita bisa mereda di pertandingan ke-4 (empat) dan slogan bersejarah, Kami Haus Gol Kamu bisa menghapus judul tulisan diatas sebelumnya. Mohon maaf lahir dan batin!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display