Sudahlah, Jangan Pernah Melarang Bonek Awaydays

Foto: Militan Luar Kota for EJ
Iklan

“Dari pada sibuk melarang, lebih baik lakukan mitigasi risiko. Polisi bisa melibatkan panpel lokal, manajemen Persebaya, dan elemen Bonek. Bicarakan baik-baik bagaimana mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin bisa terjadi.”

SEKALI lagi Bonek memberi bukti. Semakin dilarang awaydays (mendukung Persebaya di kandang lawan), Bonek makin nekat datang.

Kabar baiknya. Awaydays Bonek belakangan selalu relatif tertib. Kalau pun ada sebagian kecil yang bertindak kriminal, polisi sudah punya skema penanganan. Mulai persuasi sampai penindakan.

Yang terbaru adalah larangan bagi Bonek mendukung langsung Persebaya ke kandang PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Aslinya tidak ada penolakan dari Slemania atau BCS (Brigata Curva Sud), dua elemen pendukung terbesar PSS Sleman. Tetapi, karena ada rekomendasi larangan Bonek ke Sleman dari Polda DIJ, panpel PSS Sleman tidak memberi kuota kepada Bonek.

Iklan

Tapi, inilah Bonek. Semakin dilarang, mereka makin nekat. Bukannya ciut nyali. Bonek yang menerabas Sleman makin bergelombang. Yang estafet ada. Tapi, yang berangkat dengan bus, kendaraan sewa, mobil pribadi, dan kereta lebih banyak lagi jumlahnya.

Yang terjadi adalah ajaib. Diperkirakan, setengah tribun Stadion Maguwoharjo diisi Bonek.

Dan harap diingat, ribuan Bonek di tribun penonton itu bertiket. Sebab, panpel dan aparat menerapkan pemeriksaan tiket berlapis. Kalau mereka bisa duduk di tribun, itu bukan hasil membobol pintu stadion.

Anda yang menonton pertandingan di TV, pasti dengan jelas bisa mendengar Song for Pride menggema menjelang kick off.

Sepanjang pertandingan, chant khas Bonek tidak kalah keras dari suara pendukung PSS. Bahkan, di menit-menit awal, nyanyian khas saat tribun Green Nord (GN) 27 melakukan Poznan Dance, terdengar sangat jelas di layar kaca.

Apa yang terjadi di Sleman bukan pertama. Di Liga 1 tahun 2018, kita semua ingat bagaimana Bonek dilarang awaydays ke Stadion Subroto, Magelang, saat melawat ke kandang PSIS Semarang.

Suporter PSIS tidak ada penolakan. Larangan itu datang dari polisi. Tapi yang terjadi adalah 10 Bonek dipulangkan, 100 lainnya datang.

Saat Persebaya di Liga 2, larangan yang sama juga muncul dari kepolisian Madiun dan Tuban. Yang terjadi, Bonek yang berangkat ke Madiun dan Tuban sangat banyak. Walau mereka tertahan beberapa km dari stadion.

Bonek punya seribu akal untuk menerabas semua larangan itu. Karena, mereka hanya ingin mengawal tim kebanggannya. Itulah janji Bonek seperti dalam chant berjudul Emosi Jiwaku: Yakinlah bahwa kau tak sendirian/di sini kami selalu mendukungmu//.

Saran saya, sudahi saja larangan Bonek untuk awaydays. Jangankan di Pulau Jawa, Persebaya bertanding ke pelosok Serui, Papua, saja Bonek berangkat mendukung kebanggaannya. Pendek kata, selama Persebaya bertanding di planet bumi, Bonek pasti ada di belakangnya.

Dari pada sibuk melarang, lebih baik lakukan mitigasi risiko. Polisi bisa melibatkan panpel lokal, manajemen Persebaya, dan elemen Bonek. Bicarakan baik-baik bagaimana mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin bisa terjadi.

Saya yakin Bonek sekarang sudah jauh lebih baik. Ingat, saat Bonek awaydays ke Bali, banyak dari mereka yang berangkat sambil berwisata. Tidak sedikit pula yang menginap di hotel.

Dan saya tahu sendiri, saat semifinal Liga 2 antara Persebaya vs Martapura FC di Bandung, banyak Bonek yang berangkat dengan pesawat terbang dari Surabaya. Di Bandung mereka menginap di hotel atau apartemen.

Siap awaydays, Lur? (*)

*) Bonek tinggal di Jember, bisa disapa di Twitter @harisetiawan165

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display