EJ – Persebaya seperti bermain tanpa nahkoda. Mulai dari strategi hingga formasi. Long pass yang selalu gagal, built up bahkan sama sekali tidak berjalan. Persebaya coba terapkan high pressing, tetapi lawan malah dengan mudah built up serangan dari bawah. Ada yang salah selama 90 menit jalannya laga? Sekali lagi Persebaya harus mengubah strateginya disisa 10 pertandingan terakhir Liga 1, jika tidak ingin hasil di lima pertandingan terakhir yang tanpa kemenangan ini akan didapatkan lagi oleh anak asuh Wolfgang Pikal.
Babak Pertama: Persebaya Kalah dengan Tim yang Bermain Tanpa Winger
Persebaya bermain dengan formasi favortinya, 4-3-3. Minus Otavio Dutra, Diogo Campos,serta Osvaldo Haay. Tetapi di atas kertas Persebaya tetap unggul jauh dari skuat Persela Lamongan. Persela bahkan bermain tanpa winger murni. Ya, mereka menaruh satu pemain depan mereka pada flank jika built up melalui sektor flank kanan mau pun kiri diperlukan. Pemain yang berada pada post tersebut adalah kedua striker mereka, Alex Dos Santos dan Rafinha. Dan celakanya selama 45 menit para pemain Persebaya tidak bisa menahan serangan Persela yang sangat mudah membangun serangan dari sektor mana pun yang mereka mau.
Penyebabnya adalah Persebaya “ngeyel” dengan high pressing. Tetapi justru Persela dengan mudah melakukan serangan demi serangan ke kotak enam belas Bajol Ijo. Belum satu menit berjalan, Persebaya justru hampir saja kecolongan di awal. Rafinha yang tiba-tiba berada di flank kanan pertahanan Persebaya lolos dari kawalan Abu Rizal untuk memberikan umpan ke depan gawang. Beruntung, Alex sedang tidak berada di posisi yang tepat. Tetapi ini merupakan warning bagi para pemain belakang.
Pressing ketat terus dilakukan Persebaya hingga menit ke lima. Persela seperti kesulitan melewati final third. Tetapi hingga 10 menit laga berjalan, Persebaya tak satu pun melakukan shoot ke gawang Persela. Mengapa ini terjadi? Pertama, ketika pemain lini kedua (Rendi, Hidayat, Aryn) bisa merebut bola dari lawan, tetapi jarak lini kedua dengan lini depan berada cukup jauh, sementara Da Silva sudah dikunci oleh Demerson Bruno. Kedua, para pemain Persebaya masih menumpuk di final third. Sehingga yang bisa dilakukan adalah long pass. Yang ketiga, Persela menerapkan pressing one on one dengan para pemain Persebaya. Dengan cara tersebut Persebaya makin kesulitan bangun serangan. Alhasil, long pass menjadi satu-satunya cara.
Persela sangat mudah dalam built up serangan, mengapa? Karena Persebaya masih terus paksa high pressing sedangkan Persela mulai temukan cara untuk lepas dari pressing tersebut. Mengisi ruang kosong yang ditinggalkan pemain Persebaya, cara itu dilakukan dan Persela mulai bisa bangun serangan, bahkan dengan mudah melawati para pemain Persebaya.
Ketika bola berada di Izzmy, Hidayat dan Irfan coba pressing langsung. Tetapi Malik Risaldi, Demerson, dan Lucky Wahyu berada di antara sela-sela mereka. Praktis, Izzmy dengan mudah mencari rekan-rekannya yang mengisi ruang kosong tersebut. Built up pun dengan mudah dilakukan. Coach Pikal sepertinya tidak membaca situasi tersebut dan malah terus melakukan high pressure.
Hal itu terjadi lagi di menit ke 27, counter attack Persela tembus ke kotak enam belas Persebaya. Izzmy masuk dari sektor kanan mengirimkan umpan kepada Kei yang berdiri tanpa penjagaan. Syaifuddin dan Hansamu pun tak bisa blok pemain-pemain tersebut.
Pressing tersebut juga yang membuat Persebaya menerima tiga kartu kuning di babak pertama. Abu Rizal, Hansamu, dan Hidayat, mereka yang berperan penting dalam melakukan cara bertahan tersebut, sehingga duel-duel keras harus dilakukan. Hingga jalannya babak pertama berakhir, belum ada gol tercipta.
Babak Kedua: Pergantian Pemain Tak Efektif
Mengawali jalannya babak kedua, Persebaya langsung menyerang. Pada menit 47, Da Silva dapat peluang melalui sundulan hasil umpan Rendi Irwan. Tetapi sundulan tersebut masih bisa diblok oleh Dwi Kusnanto. Persebaya masih terus lakukan serangan demi serangan meski kesulitan dalam built up. High Pressure coba masih digunakan oleh anak asuh Pikal ini, tetapi lagi dan lagi pasukan Green Force menemui jalan buntu. Pressing “one on one” yang dilakukan hampir semua pemain Persela cukup membuat Persebaya kesulitan menyerang.
Pada menit 62 justru Persela yang kali ini mampu membuat gol. Memanfaatkan kemelut di depan gawang Miswar, Malik Risaldi yang notabene adalah pemain tengah mampu mencetak gol dari situasi tersebut. Satu gol Persebaya tertinggal. Merespon ketertinggalan tersebut, pada menit 68 Oktafianus yang jarang mendapatkan suplai bola dari lini kedua digantikan oleh pemain yang punya karakter sama, jika pada pertandingan sebelumnya saat melawan Persib Alwi Slamat masuk dan menjadi wing back, kali ini ia bermain sebagai winger. Rendi Irwan yang mengalami cedera terpaksa harus digantikan oleh Fandi Eko pada menit ke 72.
Bajol Ijo masih kesulitan menyerang, sementara Persela mulai menurunkan tempo. Pikal seperti tak bisa berbuat banyak dalam laga ini karena stok pemain tidak sepenuhnya punya kualitas sama dengan starting eleven. Ketertinggalan tersebut justru membuat pertandingan semakin keras, Aryn Williams juga mendapatkan hukuman kartu kuning dalam laga ini. Total empat pemain Persebaya mendapatkan kartu kuning. Ke empatnya merupakan lini sentral di mana para pemain harus berduel jika tetap menerapkan pressing tinggi. Bahkan hingga menit ke 80, total 43 fouls telah dilakukan kedua tim.
Menit ke 85 Pikal coba mengganti Irfan Jaya dengan Elisa Basna, entah apa yang akan dilakukannya dengan pergantian-pergantian pemain tersebut. Toh, permainan tak ada perubahan yang signifikan. Persebaya bahkan kalah dalam hal ball possession. Persela dengan 58% penguasaan bola, dan Persebaya hanya 42% saja.
Syaifuddin yang mengalami cedera pada menit ke 86 tak dapat pengganti, karena Persebaya telah menghabiskan semua jatah pergantian pemain. Di sisa laga, Persebaya harus bermain dengan 10 orang.
Catatan Sepak
Hasil minor ini tentu harus menjadi evaluasi secepat mungkin baik oleh jajaran pemain ataupun pelatih. Kekurangan beberapa pemain baik yang mengalami cedera ataupun pemanggilan TC Timnas menjadi tantangan apakah Pikal bisa bekerja dengan pemain yang ada, dapat bekerja di bawah tekanan karena bersamanya Persebaya belum pernah sekali pun mendapatkan tiga poin. Toh sebenarnya meski beberapa pemain absen, di atas kertas skuat Persebaya tak seharusnya bermain tanpa alur permainan yang tak begitu jelas. Menjamu PSS Sleman pada Selasa (29/10) akan menjadi bukti, apakah Pikal akan pecah telur kemenangan bersama Persebaya. Kekurangan pemain tentu tak bisa dijadikan alasan sepenuhnya.
Entah berapa kali penulis menyebut high pressing dalam analisisnya di atas. Tetapi memang gaya tersebut sepertinya kurang cocok dengan Persebaya. Sebagai catatan salah satunya adalah jumlah intersep dan tekel Aryn yang paling banyak adalah saat melawan PSIS dilaga debutnya, ia mecatatkan lima kali intersep dan juga empat tekel. Pada laga di bawah Bejo Sugiantoro tersebut Persebaya tak melakukan gaya tersebut. Sementara pada laga melawan Persela, Aryn hanya mencatatkan satu kali intersep saja. (arv)