EJ – Luar biasa! Kalimat yang mewakili permainan Persebaya saat melawan Arema. Kemenangan 4-1 tak lepas dari tim yang bermain dewasa. Bermain dewasa secara harfiah, adalah tahu kapan harus dan tidak melakukan sesuatu, dan itu dijalankan betul oleh anak asuh Aji Santoso. Kini Persebaya berada di peringkat 4 klasemen sementara dengan dua laga sisa di akhir musim.
Ada dua peluang yang bisa diraih Persebaya musim ini. Menjadi tim paling produktif di Liga 1 sama seperti prestasi musim lalu dan juga masuk tiga besar untuk bisa bermain di level Asia. Tiga laga selanjutnya, Persebaya diharapkan masih bermain konsisten dan bermain dewasa. Aji Santoso tahu apa yang harus dilakukan bersama timnya.
Gol Cepat dan Perubahan Taktik
Persebaya langsung mencetak gol tiga menit selepas peluit dibunyikan. Aryn Williams yang berhasil intersep langsung menusuk dan lakukan shooting dari luar kotak pinalti. 1-0 Persebaya unggul. Setelah mencetak satu gol rupanya Persebaya masih coba melakukan serangan terutama melalui flank kiri. Ketika kehilangan bola Persebaya terapkan high pressing.
Diogo Campos punya peran sebagai orang pertama yang mengganggu lawan yang pegang bola. Cara ini cukup efektif, Arema kesulitan tembus lini tengah Persebaya yang dijaga juga oleh Aryn dan Alwi.
Arema masih kontrol permainan dengan sesekali melakukan serangan melalui flank kanan yang dimotori oleh Konate. Cara ini beberapa kali berhasil masuk ke final third namun belum mampu ciptakan shoot on target. Cara bertahan Persebaya dengan high pressing menjadi sebab Arema sulit kembangkan permainan karena selain kalah dalam duel di lini tengah, Arema sering lakukan passing di daerahnya sendiri.
Coba Bertahan dengan Defence Line Rendah
Arema masih saja coba paksa masuk pertahanan Persebaya. Tetapi kali ini Persebaya ciptakan situasi defence line yang lumayan rendah. Makan Konate terus coba bongkar melalui flank kanan. Akan tetapi ia seperti bermain seorang diri, karena Comvalius atau Ohorella berada jauh dari posisinya. Sehingga bola kerap kali di-passing kembali ke belakang. Arema coba baca situasi lagi untuk kembali lakukan serangan. Persebaya merespon hal tersebut dengan cara menuggu.
Catatan lain adalah, Oktafianus dan Fandi Eko seperti tak maksimal dalam bertahan, keduanya sering terlambat untuk bantu pertahanan. Fandi yang berperan sebagai attacking midfielder dirasa juga kurang maksimal dalam transisi bertahan ke menyerang.
Gol kedua bagi Persebaya lahir dari situasi yang bisa dikatakan hasil dari defence line rendah. Aksi solo run Da Silva dari final third tak mampu dihalau para pemain lawan. Kecepatan, driblling, dan body balance yang cukup baik membantu ia melakukan hal tersebut, sehingga membuat Persebaya unggul 2-0.
Setelah Unggul Dua Gol, Persebaya Bermain 4-4-2 Flat
Unggul dua gol membuat Persebaya melakukan kontra strategi. Fandi Eko yang kurang terlihat perannya dalam 28 menit digantikan oleh Rendi Irwan. Masuknya Rendi tak lantas membuat Persebaya melakukan serangan demi serangan seperti pada laga sebelumnya ketika Rendi masuk maka tim akan lebih menjadi offensif. Jika pada menit awal Persebaya melakukan high pressing, kali ini justru bertahan dengan menggunakan low block, tanpa high pressing. Arema masih kesulitan tembus final third. Nur Hardianto yang kurang optimal diganti dengan Rivaldi Bauwo pada menit 38.
Pada 10 menit akhir babak pertama, Persebaya coba bertahan dengan 4-4-2 flat. Da Silva dan Rendi terlihat berdiri sejajar di depan. Bukan Diogo, tetapi Rendi. Alasannya tentu karena Arema memanfaatkan flank dalam penyerangan mereka. Diogo punya kelebihan rebut bola dan kecepatannya yang bagus. Maka ia ditempatkan di flank pada saat terjadi 4-4-2 flat. Cara ini terbukti ampuh, hingga babak pertama berakhir, tak satupun Arema melakukan shoot on target.
Babak Kedua, Tak Banyak Lakukan Perubahan, Tiga Gol Tercipta
Tak banyak yang bisa dilakukan kedua tim. Masih sama memainkan apa yang mereka peragakan akhir babak pertama. Arema masih coba kuasai bola sedang Persebaya masih bertahan dengan cara 4-4-2 flat. Tetapi kali ini Arema beberapa kali bisa masuk ke final third. Sebenarnya 4-4-2 yang dilakukan Persebaya bukan tanpa celah. Pada centre space menyisakan ruang yang cukup terbuka tetapi hal ini tidak mampu dimanfaatkan oleh Arema yang masih melakukan serangan melalui sisi sayap.
Low block dengan cara zonal marking ini punya keuntungan. Salah satunya adalah mengurangi duel man two man marking yang kerap menciptakan fouls. Persebaya melakukan itu dengan baik. Sehingga duel-duel keras tidak terjadi. Hingga pertandingan usai, wasit hanya mengeluarkan satu kartu kuning untuk masing-masing tim.
Arema tak Bisa Manfaatkan Centre Space
Unggul dua gol membuat Arema ingin mengejar ketertinggalan. Comvalius yang minim kontribus diganti dengan striker lincah Riky Kayame pada menit ke 73. Tambahan dua pemain depan diharapkan mampu membongkar pertahanan Persebaya yang semakin rendah, hanya menyisakan ruang di centre space. Tak dapat dimanfaatkannya ruang ini karena lini kedua Arema lebih berada di flank. Jelas kerugian sebenarnya karena pada ruang ini tercipta ruang besar yang bisa digunakan untuk shooting-shooting dari luar kotak pinalti.
Lagi-lagi melalui skema counter attack, kali ini giliran Diogo Campos yang berhasil mencatatkan namanya di papan skor lewat assist Aryn. Sebagai catatan, dalam laga ini Aryn sumbangkan satu assist, satu gol, dan empat intersep.
Arema berhasil memperkecil ketertinggalan melalui Hamka Hamzah, ia berdiri bebas tanpa kawalan di kotak enam belas. Centre space yang kosong tersebut secara tidak langsung sebenarnya bisa terbaca lewat gol Hamka ini. Di menit-menit akhir, Da Silva sumbangkan bracenya ketika mendapatkan assist dari Irfan Jaya yang menusuk melalui flank kiri. Derby Jatim kali ini berakhir dengan skor Persebaya 4, Arema 1.
Catatan Sepak
Persebaya sore itu menyuguhkan permainan yang membanggakan. Persebaya bermain sebagaimana mestinya permainan sepak bola itu dimainkan. Bukan hanya tentang filosofi, tetapi juga tentang kedewasaan dalam bermain. Ruben Sanadi dkk, tahu betul betul harus berbuat apa, kapan menyerang kapan bertahan, kapan melakukan rotasi dalam waktu singkat. Aji Santoso sekali lagi membuktikan bahwa Persebaya bisa bermain dengan apa yang ia inginkan. Kemenangan besar melawan Arema ini memang layak diraih Persebaya. (arv)