Pekan kedua Liga 1 2020 datang terlambat untuk Persebaya Surabaya. Di saat tim-tim lain sudah memasuki pertandingan ketiga, justru Persebaya dan Persija harus memainkan satu laga lebih sedikit imbas keadaan kesehatan dunia yang tengah memburuk. Di saat tim-tim lain mulai settled dengan timnya, Persebaya masih saja mengotak-atik pemain yang layak ada di full-back kiri. Tapi apa benar posisi itu yang menjadi masalah?
Pekan pertama menghadapi Persik Kediri memperlihatkan bukan pada posisi itu yang menjadi masalah utama Persebaya saat ini. Posisi yang saat itu diisi oleh Rachmat “Rian” Irianto tidak terlihat begitu rapuh. Meski Rian memang tidak bermain bagus karena bukan posisi aslinya. Selanjutnya M. Alwi Slamat dicoba pada pertandingan terbaru Persebaya saat menghadapi Persipura (14/3/2020), hasilnya tidak bagus tidak juga jelek.
Lantas apa posisi full-back kiri itu menjadi masalah? Untuk sepanjang musim ke depannya mungkin akan menjadi suatu masalah besar untuk Persebaya. Namun saat ini dengan perolehan 1 poin dari 2 laga kandang jelas bukan letak full-back kiri yang menjadi persoalan. Toh pelatih kepala Persebaya Aji Santoso juga dulunya full-back kiri jadi ya bisa-lah untuk menasehati secara “lebih” kepada setiap pemain yang akan beliau turunkan pada posisi tersebut.
Masalah Persebaya saat ini sebenarnya ada pada keseimbangan tim pada saat menyerang dan bertahan. Selalu memainkan formasi 4-3-3 menjadi bukti bahwa coach Aji memang penggila sepak bola menyerang. Tetapi apa sepak bola hanya soal mencetak gol ke gawang lawan? Mungkin memang benar dengan filosofi “Kalau kita kebobolan 2 gol kita balas dengan 3, kebobolan 4 kita balas 5” lantas kalau kita kebobolan 1 gol lawan Persik tapi hanya balas 1 gol bagaimana? Kebobolan 4 gol lawan Persipura tetapi hanya balas 3 gol bagaimana? 5 poin hilang dari 2 laga home.
Gengsi itulah yang selalu terbawa pada setiap pertandingan ketika memainkan formasi 4-3-3 dengan dua gelandang menyerang Konate dan Hambali saat melawan Persik dan hanya meninggalkan Aryn di gelandang bertahan. Lantas pertanyaannya adalah apa Aryn Williams seorang gelandang bertahan?
Mungkin jawabannya bisa dilihat ketika beberapa kali Persik langsung berhadapan dengan 4 bek sejajar Persebaya. Sedikit berubah ketika menghadapi Persipura dengan memainkan Kambuaya yang lebih bertipe petarung, tetapi kebobolan dua gol awal membuat Aji kembali ke gengsi awalnya memainkan Rendi dan mengembalikan formasi ke awal dengan dua gelandang menyerang. Tidak salah, semua pelatih akan melakukan seperti itu ketika timnya kebobolan dua gol terlebih dahulu di kandang.
Bagaimana kalau coach Aji sedikit meminggirkan gengsinya terlebih dahulu dan coba sejenak membuka referensi formasi dengan 3-4-1-2. Mungkin Persebaya bisa memaksimalkan potensi sebuah tim yang mempunyai 3 bek handal timnas dalam diri Ridho-Hansamu-Rian. Mungkin keseimbangan lebih terjaga jika ketika posisi bertahan ada 5 bek yang akan cover kiper. Dan mungkin saja dengan double pivot Aryn-Hidayat akan membuat semua kembali ke tugas awal dimana Aryn membagi bola dan Hidayat sebagai petarung. Atau mungkin saja dengan kembali ke posisi nomor 10, sang kapten yang dielu-elukan sambil Makan-Makan akan kembali ke potensi terbaiknya. Dan dengan dua striker tinggi besar dalam diri DDS-Eid akan membuat keran gol Persebaya akan mengalir deras. Tetapi itu semua hanya sebatas kemungkinan, mungkin saja Aji mau melepas sedikit gengsinya.
Salam Satu Nyali, Wani!