Jika berbicara tentang Persebaya, tentu tak bisa lepas dari history panjangnya. Prestasi yang pernah diraihnya, dan segudang pemain-pemain bintang yang tergabung di dalamnya. Banyak sekali hal yang menarik untuk dibahas atau dijadikan bahan obrolan dari klub berjuluk “Bajol Ijo” ini.
Sebagai salah satu klub sepak bola legendaris di Indonesia dan termasuk salah satu pendiri PSSI, dapat dikatakan bahwa Persebaya adalah salah satu klub yang tak pernah kehabisan cara untuk menghasilkan bibit-bibit terbaik pesebakbola nasional yang hebat. Beberapa pemain berhasil menjadi bintang jebolan kompetisi internal Persebaya, sebut saja seperti Bejo Sugiantoro, Uston Nawawi, Anang Ma’ruf, Aji Santoso, Mat Halil, Alm. Rusdy Bahalwan, Eri Irianto, Evan Dimas Darmono, Andik Vermansah, Taufik, Rendi Irwan. Bahkan saat ini muncul nama-nama baru seperti Rui Arianto dan Marselino Ferdinan. Beberapa pemain tersebut bahkan saat ini sudah menjadi legenda bagi Persebaya maupun Indonesia.
Melihat dari sederet pemain-pemain bintang yang dihasilkan, nampaknya klub yang semula bernama Soerabajasche Indische Voetbal Bond (SIVB) itu ditakdirkan berjodoh dengan para pemain legendanya. Antara Persebaya dan pemain-pemain legendanya seolah punya ikatan yang sangat kuat, baik dalam hal pembinaan bibit-bibit muda maupun bagi pencapaian prestasi Persebaya sendiri. Sebut saja, sepak terjang Almarhum Rusdy Bahalwan yang sukses dalam karirnya sebagai pemain maupun sebagai pelatih. Arek Suroboyo jebolan klub internal Persebaya (Assyabaab) itu sukses mengantarkan Persebaya untuk merengkuh gelar juara di era perserikatan pada tahun 1976 sebagai pemain dan juara Liga Indonesia tahun 1997 sebagai pelatih.
Lebih lanjut, ada hal yang menarik dari sinergitas harmonis antara Persebaya dan pemain legendanya. Hal tersebut nampak ketika Persebaya dipaksa untuk mati suri oleh PSSI sehingga terjadilah dualisme dengan munculnya “Persebaya siluman”. Selama kurang lebih lima tahun, Persebaya asli yang kemudian berganti nama menjadi Persebaya 1927 tak boleh ikut berkompetisi secara resmi. Selama itu pula, para legenda Persebaya seperti Mat Halil dan Endra Prasetya masih setia untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Persebaya masih ada dan sangat layak untuk diperjuangkan. Bak gayung bersambut, pada 8 Februari 2017 melalui kongres tahunan PSSI di Hotel Aryaduta Bandung, keberadaan Persebaya akhirnya kembali diakui.
Setelah Persebaya dapat kembali berkompetisi, berbagai prestasi kembali didapat. Misalnya saja seperti berhasil menjadi kampiun Liga 2 2017. Dalam perjalanannya selama mengarungi kompetisi, Persebaya kerap mengalami pasang-surut dalam permainannya. Banyak korban pelatih yang harus angkat kaki karena dianggap gagal mengangkat performa Persebaya seperti Coach Iwan Setiawan, Coach Alfredo Vera, Coach Djajang Nurjaman, dan Coach Wolfgang Pikal.
Namun setelah itu, Persebaya bak bertemu jodohnya. Sang legenda yang dulu sukses sebagai pemain, kini mencoba peruntungan menjadi arsitek Bajol Ijo. Ya, Aji Santoso datang ketika kondisi tim kurang kondusif dan ditambah track record kepelatihannya yang tidak begitu baik. Namun secara di luar dugaan, Coach Aji dengan dibantu legenda lain seperti Coach Bejo dan Coach Uston malah sukses untuk membawa Persebaya bangkit dan menjadi runner up Liga 1 2019. Dan yang terbaru mereka juga sukses mengantarkan Persebaya menjadi yang terkuat di Piala Gubernur Jatim.
Kombinasi yang sungguh indah memang antara Persebaya dengan sang legenda. Laksana dua sejoli yang sedang merajut asmara, keduanya berusaha saling melengkapi dan saling mengisi satu dengan lainnya. Semua itu dilakukan untuk mencapai satu tujuan. Tujuan itu adalah membawa Green Force terbang setinggi-tingginya di angkasa. (*)