Pada 18 Juni 2020, Persebaya telah memasuki usia yang dibilang sudah tidak muda lagi yakni berusia 93 Tahun. Dengan usia yang hampir 1 abad atau menuju 100 tahun, Persebaya sebagai klub sepak bola profesional sudah selayaknya meraih beberapa prestasi yang diimpikan oleh manajemen klub dan seluruh Bonek di manapun berada. Ibarat seseorang, Persebaya sudah memiliki investasi di masa muda dan menikmati hasilnya di masa tuanya. Investasi tersebut misalnya akademi pemain muda, klub Internal Persebaya, dan juga profesionalitas klub menuju Persebaya yang sustainable seperti yang dicita-citakan Presiden klub Azrul Ananda.
Di tahun ini, ulang tahun Persebaya menurut penulis sensasinya berbeda. Namun makna yang dihasilkan lebih terasa dan mengena ke seluruh Bonek-Bonita termasuk yang penulis rasakan. Akibat adanya pandemi Covid-19, kita tentu tidak bisa bertemu dengan jumlah orang yang banyak atau bahkan berkerumun. Apalagi kasus positif Covid-19 di Surabaya masih tertinggi di Jawa Timur dan masuk wilayah zona merah.
Dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Persebaya selalu menggelar laga uji coba atau laga Anniversary di Gelora Bung Tomo dan juga perayaan di Gelora 10 Nopember. Tahun ini Persebaya menyapa seluruh Bonek-Bonita hanya melalui daring dan tentunya Bonek-Bonita juga sudah rindu (kangen) menyaksikan Persebaya berlaga kembali.
Banyak acara dan lomba yang diadakan manajemen Persebaya dan media komunitas suporter melalui daring terutama di media sosial. Misalnya lomba menulis atau writer contest lalu ada juga menggmbar Wong Mangap yang diadakan oleh Persebaya di akun instagram resmi Persebaya.
Guna mengobati rasa rindu tribun Bonek-Bonita beberapa media komunitas suporter juga mengadakan lomba karaoke menyanyikan anthem Song For Pride dengan dilengkapi atribut Persebaya dari rumah masing-masing dan juga adanya konser virtual yang dihadiri dari perwakilan tribun.
Acara seperti ini tidak ada di tahun-tahun sebelumnya, dan mugkin ini bisa diteruskan di tahun-tahun berikutnya. Karena selain mengobati rasa kangen Bonek tehadap Persebaya, beberapa lomba tersebut bisa menjadi wadah kreatifitas arek-arek Bonek untuk berkarya sesuai passion mereka masing-masing. Dan ternyata bakat mereka sungguh luar biasa mulai dari menulis, menggambar, desain hingga bernyanyi.
Manajemen, perwakilan tribun, dan juga maskot Persebaya Jojo dan Zoro berziarah ke makam Alm. M. Pamoedji (Pendiri SIVB atau Persebaya) untuk berziarah dan mendoakan beliau dan juga demi kesuksesan Persebaya. Ziarah makam seperti ini menurut penulis tidak boleh hilang setiap tahunnya. Karena kita harus selalu mendoakan dan menghargai para legenda dan pendiri Persebaya.
Presiden Azrul Ananda dan manajemen juga mengadakan syukuran dan doa bersama di kantor Disway di Jl. Walikota Mustajab. Beberapa Bonek juga melakukan perayaan di rumah masing-masing dengan menyalakan petasan atau flare sendiri. Meskipun ada beberapa Bonek yang masih merayakan dengan cara konvoi dan berkerumun akan tetapi mereka tetap menjaga ketertiban dan menaati protokol kesehatan.
Beberapa ucapan juga diberikan oleh para pemain, pelatih, Bonek–Bonita, dan beberapa klub Liga 1 lainnya. Bagi penulis, ulang tahun ini mungkin secara fisik kita tidak bisa bertemu langsung, namun hati Bonek-Bonita masih sama yakni berjuang dan setia mendukung demi kejayaan Persebaya. Ulang tahun yang sederhana namun memiliki makna yang cukup berarti. Semoga pandemi ini segera berakhir dan bonek semuanya tetap sehat dan bisa menyaksikan Persebaya berlaga dan berjaya kembali. (*)