Sejak era Liga Indonesia dimulai, pemain asing banyak berseliweran di Persebaya Surabaya. Tapi, belum ada yang bisa melebihi seorang Jacksen F. Tiago.
***
Beberapa anak tengah bermain sepak bola di jalan di sebuah perumahan di daerah Keputih. Mereka dibiarkan oleh sang pemilik rumah yang depannya dipakai bermain.
Padahal, tak jarang bola masuk ke dalam rumahnya. Tak lama berselang, sang pemilik keluar dari rumah.
Ternyata, dia adalah Jacksen F. Tiago. Dia merupakan salah satu pesepak bola asing yang paling sukses di kompetisi sepak bola Indonesia.
”Setiap hari anak-anak ini bermain di depan rumah. Saya biarkan saja karena saya juga bisa menyaksikannya,” kata Jacksen.
Meski masih berstatus sebagai warga negara Brasil, Jacksen termasuk lancar dalam berbahasa Indonesia. Bahkan, kata-katanya sudah seperti orang Indonesia.
Ini disebabkan lelaki yang kini berusia 48 tahun tersebut sudah datang ke Negeri Jamrud Khatulistiwa, julukan Indonesia, pada 1994. Saat kompetisi sepak bola di negeri dengan ribuan pulau tersebut berganti menjadi Liga Indonesia.
Sebuah konsep kompetisi yang menggabungkan antara perserikatan yang dianggap amatir dengan Galatama yang semiprofesional.
”Saya datang atas ajakan seorang agen pemain di Brasil yang kemudian dihubungkan dengan agen dari Rumania, Angel Ionita. Saya pun menerima ajakan tersebut,” kata Jacksen saat ditemui pada Sabtu (17/7/2016) di kawasan Keputih, Surabaya.
Dia menerima karena usianya yang sudah 26 tahun merasa sudah susah untuk berkembang di Negeri Samba, julukan Brasil. Hanya, Jacksen mengaku hanya bermain sepak bola yang bisa dilakukan.
”Banyak sekali pemain di Brasil. Usia 26 sudah dianggap tua,” ungkap Jacksen.
Hanya, ucap dia, negara yang akan ditujunya adalah Malaysia. Malaysia, ujarnya, sudah sering didengarnya, khususnya kompetisi sepak bola.
”Saya berangkat bersama enam rekan yang lain. Dari Rio de Janeiro, kami naik pesawat ke Swiss karena janjian ketemu dengan Angel di sana,” lanjut Jacksen.
Selain Jacksen, keenam rekannya yang lain adalah Carlos de Mello, Gomes de Olivera, Julio Cesar Da Costa, Fransisco, Jeferson, dan Edmilson. Saat di Swiss, mereka tak bisa bertatap muka.
”Namun, kami tanya ke petugas maskapai, nama agen ada di satu pesawat dengan kami. Tujuan kami adalah Singapura,” terang Jacksen.
Ternyata, oleh Angel, para pemain Brasil tersebut tak jadi ke Malaysia. Tapi, mereka dipindahkan ke Indonesia dan tiket ke Jakarta sudah disediakan. (Bersambung)