EJ – Rasa cinta bonek kepada Persebaya tidak pernah hilang. Bahkan saat seorang bonek tinggal jauh dari kota asal Persebaya yakni Surabaya.
Terbanglah tinggi kau di angkasa,tunjukkan pada semua mata dunia,Surabaya pun juga punya kebanggaan,Green Force Persebaya Emosi Jiwaku.Petikan lirik lagu Persebaya Emosi Jiwaku karangan Oka Gundul bisa menggambarkan apa yang dilakukan Wida Fude Siskawati.
Wida adalah seorang bonek asli Tambak Segaran 1 Surabaya yang sekarang bermukim di kota kecil Korle propinsi Hessen Jerman. Bersama suaminya Fude dan dua anak kecilnya. Kepada EJ Wida menceritakan bagaimana menjadi seorang bonek di Jerman.
“Sebagai perempuan saya saat kecil takut sama bonek. Dulu bagaimana seremnya bonek”kata Wida mengawali kisahnya.
Sudah menjadi rahasia umum kisah bonek masa lalu sangat kelam. Tindakan kekerasan dan criminal menjadi berita pada banyak media cetak dan elektronik saat itu. Wida yang merupakan alumni SMA 7 Surabaya pun banyak melihat dan mengalami kejadian tentang bonek.
“Dulu pas Persebaya main di Tambaksari sekolahku dipulangkan lebih awal”tambah Wida.
Sebagai warga kampung yang tidak jauh dari stadion legendaris Gelora 10 Nopember tentu saja mayoritas pemudanya adalah bonek. Setiap Persebaya berlaga kampung terasa sepi karena semua menuju stadion.
“Dulu ada Jatmiko dan teman-teman pemain Persebaya sering main di kampungku. Dulu ada yang pernah dipenjara pemuda kampungku karena criminal saat mbonek ”kenang Wida saat kecil.
Wida saat ini bersuamikan warga Jerman memiliki dua anak. Saat di Indonesia dulu mengajar Bahasa Jerman. Karena masih ada pandemic Covid-19 ini Wida tahun 2020 tidak bisa pulang ke Indonesia. Untuk mengatasi kangen orangtuanya Wida rajin membuat vlog bersama suami dan kedua anaknya.
“Aku memutuskan ngevlog dengan nama Bonek Jerman. Aku ingin menunjukkan diriku ini dari Surabaya yang cinta Persebaya dan tinggal di Jerman”tambah Wida.
Dengan menggunakan nama Bonek Jerman menurutnya bisa lebih mengenalkan Bonek dan Persebaya ke dunia Eropa. Fude menurut Wida jika bepergian kemanapun atau liburan selalu menggunakan aksesoris kaos ataupun jaket bertemakan bonek atau Persebaya.
“Di sini aku banyak teman dari banyak daerah di Indonesia juga banyak negara. Mereka akhirnya mengenalku sebagai Bonek Jerman asal Surabaya dari Korle”kata Wida.
Setiap kali bertemu teman baru Wida dan suami selalu menyisipkan cerita tentang bonek dan Persebaya. Yang paling sering diceritakan adalah bahwa bonek sangat militant dalam mendukung Persebaya dimanapun bermain. Kisah tentang bagaimana banyak bonek berjuang untuk bisa menonton, dukungan dalam stadion dan Surabaya memiliki stadion yang besar.
Fude suami Wida sendiri adalah juga suporter klub lokal FC Körle 1969. Fude pernah merasakan atmosfir Gelora Bung Tomo saat masih tinggal di Surabaya.
Saat pandemic ini Persebaya tidak mempunyai kegiatan atau berlaga. Juga bonek tidak bisa hadir di stadion. Sebagai bonek yang tinggal di Jerman tentu mengalami rasa rindu kepada bonek dan Persebaya. Teknologi informasi sangat membantu mengobati rasa tersebut.
“Untunglah saat ini hidup pada jaman ada Youtube, Instagram dan media sosial lain. Semua itu bisa mengatasi rasa kangen pada bonek dan Persebaya”tambahnya.
Sebagai bonek Wida juga berharap pandemic ini segera berakhir dan kembali pada kehidupan dan olahraga yang normal.
“Semoga bonek semakin kompak dan kreatif dalam mendukung Persebaya”pungkasnya.